Gewinner | Enhypen

X . Ngambek

Sepuluh : Ngambek

✨ Happy Reading ✨

Bel tanda pulang sudah berbunyi beberapa menit yang lalu.

Reyhan, Aska, dan Juan sudah stay di motor masing masing. Mereka bertiga masih menunggu Mahen yang belum keluar.

"Mahen kemana sih?" Tanya Juan dengan nada yang kesal.

"Pacaran dulu kali." Jawab Aska.

Juan menghela nafas panjang, "masa iya sempet sempet nya pacaran."

Reyhan menoleh ke arah Juan, "lo iri sama Mahen, Ju?"

"Di kagak lah ngapain iri."

"Heleh, gengsi lo tuh rendahin dikit Ju, takut di rebut orang nanti."

"Di terserah gue lah, bang."

Reyhan hanya tertawa mendengar respon Juan yang kesal.

Tidak berselang lama yang mereka tunggu sedari tadi akhirnya muncul bersama pacarnya.

Mahen berjalan mendekati para kakaknya itu dengan menggandeng tangan Chacha.

"Mau ke rumah sakit bang?" Tanya Mahen.

Mereka bertiga kompak mengangguk.

"Lo ikut?" Aska bertanya kepada Mahen.

Mahen terdiam, "kalian duluan aja deh, gue mau nganterin Aca pulang dulu. Ntar gue nyusul beneran deh."

"Ya udah, sekalian mampir rumah ya ambilin baju ganti buat Mahesa sama Sean. Bisa kan, Hen?"

Reyhan menatap lekat adik sepupu itu, dalam hati dia berkata jika Mahen menolak dia akan menyeret Mahen ke depan ruang inap Satya di rumah sakit, pacaran aja bisa masa di suruh ambil baju aja nggak bisa sih?

"Iya, gue ambil nanti."

Reyhan mengangguk lega, tidak jadi dia mengeluarkan banyak energi hanya untuk menyeret Mahen.

Akhirnya mereka bertiga, pergi dari hadapan Mahesa dan Chacha yang masih di parkiran.

"Ayo pulang."

Chacha mengangguk lalu naik ke jok motor belakang Mahen, dan keduanya mulai berjalan menjauhi sekolah itu.

Sesampai di rumah Chacha.

"Mahen beneran mau ke rumah sakit?"

"Iya."

"Bang Satya sakit nya parah ya?"

Mahen mengerutkan dahinya bingung, dari awal dia belum bilang kalo yang di rawat di rumah sakit itu Satya.

"Nggak usah kaget gitu Mahen, Aca udah tau kok dari bang Reyhan tadi pagi sebelum berangkat sekolah di depan rumah dia bilangnya."

"Iya."

Chacha merasa kesal dengan jawaban Mahen, "jangan iya iya mulu dong, kayak nggak ada jawaban lain aja."