Bab 04. Gangguan Di Lantai 12

5 1 0
                                    

Malam ini Nandira mendapat jatah shift malam, karena hotel itu merupakan hotel terkenal, maka kebersihan selalu diutamakan. Sebelum bekerja, Nandira mengumpulkan segenap keberanian. Demi uang, agar bisa membayar hutang.

"Mbak, Dira. Gimana tugas di lantai 12, aman?" tanya Nugrah, seperti biasa pria itu baru selesai bertugas.

Nandira memaksakan senyum. "Aman kok, Mas."

Nugrah menampilkan wajah penuh arti, yang sulit dibaca oleh Nandira. "Sip atuh. Semoga selalu aman. Kalau ada apa-apa bilang ke aku saja, Mbak. Mumpung lembur."

"Iya, Mas. Terima kasih. Saya naik dulu." Nandira pun berpamitan, menuju ke dalam lift.

Lagi-lagi, Nandira mulai merasa tidak tenang. Hatinya mendadak gelisah, di dalam lift. Dia hanya bisa melafalkan doa, sebelum memulai bekerja.

Entah kenapa, setiap kali ia ditugaskan di lantai yang sama. Tentunya hanya dirinya yang bertugas di sana.

Seperti kali ini Nandira mendapat tugas untuk membersihkan di lantai 12. Saat melewati sebuah lorong yang mengarah ke tangga darurat, ia merasakan keanehan.

'Astaga, baru masuk aja hawanya udah beda banget. Semoga aman.'

Di situ Nandira mengusap lengan, manakala bulu kuduknya meremang. Ia berusaha menampik hal tersebut dengan tetap fokus pada tugasnya.

"Hiks ... to-tolong ...."

Nandira menoleh ke belakang, merasa ada yang meminta tolong dari ujung lorong tersebut. Di mana dibagian itu terdapat tangga yang menuju kelantai bawah, padahal sepengetahuan dirinya, tempat itu kosong. Dan juga, tidak ada siapa-siapa selain dirinya.

Hening. Nandira lanjut bertugas, sembari bernyanyi guna menghalau ketakutan.

"Berlarut-larut dan pura-pura sempurna, sampaikan pada jiwa yang ... bersedih."

"Ji-jiwa yang bersedih ... hihi ...."

Nandira menghentikan nyanyiannya, ketika ada yang mengikuti lantunan lagu yang ia bawakan.

Tidak ada siapapun selain dirinya. "Ah paling cuma perasaan doang," gumamnya meyakinkan diri.

Tak cukup sampai disitu. Gangguan masih berlanjut manakala sebuah meja kecil yang berada tak jauh dari tempat ia berdiri tiba-tiba.

Prang.

"Allahu akbar!" pekik Nandira, tak sengaja menumpahkan air di dalam ember.
Bergeser sendiri sampai-sampai vas bunga yang ada diatasnya ikut terjatuh.

Tubuh Nandira menegang seketika. Keringat dingin mengucur begitu deras, namun sayang mulutnya seakan terkunci padahal ia ingin sekali berteriak minta tolong.

Hingga matanya memaksa untuk melihat interaksi makhluk astral itu yang lebih ekstrim. Kali ini meja yang tepat berada di depannya itu terangkat cukup tinggi lalu tiba-tiba jatuh seketika hingga hancur berantakan.

Brak.

'Kenapa lidahku kelu, badanku sulit untuk digerakkan.'

Nandira hanya bisa menangis dalam diam, apalagi dari bawah pintu kamar salah satu ruangan yang ia curigai.

"To-tolong ...."

Ia hanya bisa membaca doa di dalam hatinya. Tatkala kekakuan di tubuhnya menghilang. Ia bak mayat hidup, seperti ada yang menahan tubuhnya untuk tak bergerak.

Mata Nandira langsung berkunang-kunang, pengelihatannya langsung memburam dan kehilangan kesadarannya.

***

"Nan! Nandira, bangun, Nan!"

Aris menepuk-nepuk pipi Nandira, saat ia menyusul dan menemukan sahabatnya tergeletak tak berdaya di lantai.

Teror Arwah Perempuan Penunggu Hotel (Pindah Ke Kbm App)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang