Bab 05. Kamar Mandi

4 1 0
                                    

Sejak kejadian tadi, Aris jadi banyak diam. Dia jadi berpikir, bahwa Nandira juga merasakan gangguan yang sama. Dia bungkam seribu bahasa, bingung ingin memulai dari mana jika cerita.

Mereka berdua sedang istirahat sejenak, sebelum lanjut bekerja. Nandira sendiri sudah terlelap, menjadikan paha Aris sebagai bantalan.

'Mungkinkah Nandira pingsan karena diganggu juga?' batin Aris.

Dia tahu, bahwa lantai 12 itu adalah tempat angker dari ruangan lainnya. Hanya saja, dia baru tahu jika akan mengalami gangguan seperti ini.

Aris menunduk, sudut bibirnya terangkat melihat wajah damai Nandira yang terlelap di pangkuannya. Aris mengulurkan tangan, membelai lembut wajah Nandira yang mempesona.

"Kamu cantik, sayangnya kamu sahabatku, aku nggak mungkin jatuh cinta kepadamu," gumam Aris, terpaku pada bibir mungil Nandira yang dipolesi pewarna merah.

Dia menegakkan duduk, menyandarkan kepalanya ditembok sampai ikut tertidur.

Nandira yang masih di alam mimpi, dia mendengar suara gamelan seperti berada di dalam keramaian. Kakinya menapakki tanah merah yang terdapat banyanya dedaunan yang kering dan usang.

Di mimpi tersebut, Nandira mencari ke arah sumber suara. Dan juga mengikuti seorang wanita, dengan posisi membelakanginya.

Wanita tersebut memakai gaun berwana putih, rambut hitamnya dibiarkan tergerai, hampir menjuntai mengenai tanah.

"Punten, Teh. Teteh mau ke mana malam-malam begini? Kalau boleh tahu, di mana asal suara gamelan itu?" tanya Nandira, yang terus membawa langkah kakinya mengekori wania bergaun putih tersebut.

Anehnya, meski berada di dalam hutan belantara yang luas dan juga ditumbuhi rumput ilalang. Semerbak wangi melati tercium menguar di badannya.

"To-tolong aku ... selamatkan aku ... pergi dari tempat ini," jawabnya begitu lirih, seakan menyimpan pedih dirasakannya.

Nandira ketakutan, ketika gamelan dan suara hewan malam memenuhi pendengaran. "Maksudnya? Selamatkan apa, Teh? Teteh mau ke mana?"

"To-tolong aku hihi ...." Sosok wanita tersebut tertawa begitu melengking, membuat Nandira berhenti seketika.

"Si-siapa kamu?" Baru saja Nandira bertanya, wanita tersebut langsung hilang melebur begitu saja.

Tanpa jejak, tanpa Nandira ketahui ke mana perginya. Nandira mengedarkan pandangan, mencari ke sekitar.

"Teh, kamu di mana? Kamu mau minta tolong kenapa?" tanya Nandira terus memanggil-manggil.

Badannya menggigil, karena semilir angin malam menerpa kulitnya.

"Ak-aku di belakangmu ... hihi ... hihi ...." Nandira tersentak, ketika dia berbalik wanita tersebut sudah ada di depan wajahnya.

"AAAAAAA!" Nandira langsung berteriak, Aris langsung terbangun ketika Nandira memberontak di dalam tidurnya.

Aris mengguncang tubuh Nandira dan memanggil-manggil namanya. "Nandira!" panggil Aris.

Nandira terbujur kaku, matanya melotot dengan air mata mengalir di sudut matanya. Ternyata mimpi, tetapi rasanya seperti nyata.

"Kamu kenapa teriak-teriak?" tanya Aris, mengusap peluh keringat yang membasahi kening Nandira.

Nandira mengubah posisi jadi duduk, dia memeluk Aris saat dirinya mulai merasakan ketakutan. Sosok wanita misterius, yang tak bisa Nandira ketahui wajahnya malah menghantuinya.

"Aku mimpi buruk, Ris. Tadi ... aku mimpi seorang wanita yang meminta tolong padaku. Aku takut, karena dia menghilang begitu saja," cerocos Nandira sembari menahan isak tangisnya.

Teror Arwah Perempuan Penunggu Hotel (Pindah Ke Kbm App)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang