0.1 ; Shit Man.

105 15 0
                                    

۫. ׅ. ⊰. .. ۫. ꒰𑇖 @Arshkaala

Aku membuka mataku, baiklah aku lengah kali ini.

Kali ini aku berhasil tertangkap oleh orang orang itu, rasanya aneh karena baru pertama kalinya aku tertangkap.

Aku melihat sekitar, ini seperti penjara, aku banyak melihat orang lain dengan wajah dan pakaian yang lusuh, atleast aku masih dengan penampilan sempurnaku, tak lusuh dan tak kotor,

Aku lalu berdiri didepan jeruji itu dan melihat disekitarku, benar benar banyak orang yang tertangkap.

Krieet..

Suara pintu besi yang sudah berkarat itu menghancurkan kesunyian ruangan bawah tanah ini.

Aku melihat ada lima orang yang masuk, aku masih ingat wajah mereka semua.

Salah satu orang berambut hitam pekat itu menghampiriku, kita saling adu tatap selama 30 detik, tak ada yang mau kalah.

"Naksir lo?" Ucap pria berambut putih yang menghampiri kita yang masih saling adu tatap, aku lalu beralih menatap pria berambut putih itu,

Cuh.

Aku meludahinya tepat di jas pria yang rapi itu, siapa suruh membuatku kesal, aku lalu pergi menuju kursi yang sudah disediakan dan duduk dengan tenang. Ayo cepat introgasi aku, aku ingin pulang.

"Wanita sialan!" Pria berambut putih itu lalu melepaskan jas hitam rapinya itu, lalu ia pergi menghampiriku, duduk di kursi tepat didepanku, disusul juga oleh empat orang yang berpatroli tadi.

"Aerine Kimberly, as know as Slavine.. siapa pesuruhmu?" Pria berambut putih itu mengambil kartu identitasku yang bersarang di sakunya.

"Saya tak punya atasan ataupun pesuruh, saya hanya punya klien yang harus saya layani." aku menjawab pertanyaan itu dengan tenang, tak mengharapkan akan dilepaskan begitu saja.

"Jadi kau seorang jalang?" Pria yang berdiri dibelakang pria berambut putih itu lalu angkat bicara, aku menatapnya dengan tatapan tajam ku. Ayolah apakah itu tindakan yang sopan?!

"Tolong jaga ucapan anda tuan. Saya melayani klien dengan jasa yang saya sediakan." Aku masih berusaha untuk tenang dan tak melemparnya dengan kursi yang sedang aku duduki ini.

"Jasa pemuas nafsu?" Pria itu kembali mengatakan hal yang membuat aku berapi api, apakah dia ingin kulempari kursi?

"Lebih tepatnya jasa mencari pembunuh yang membunuh anak berusia dua belas tahun dijalan raya yang ramai." Aku menjawab dengan apa yang dilakukan oleh pria itu, tentu saja aku tau semua nama mereka karena temanku, Ningerie si informan.

"Aku hanya memuaskan klienku dengan kinerjaku!" Pria itu meninggikan suaranya, tak terima dengan balasanku, okey.. bukankah itu sebuah fakta?

"Jadi kau seorang gigolo?" Aku membalas dengan apa yang ia lontarkan tadi padaku, mampus kau, aku harap teman temannya menyuruhnya diam, aku malas bicara pada orang batu seperti itu.

"Hey! Dasar wanita sia–"

"Sudahlah!" Pria pendek yang berada disebelah orang itu menarik lengan orang yang sedari tadi beradu bacot denganku,

Pria pendek itu lalu menodongkan pistolnya dikepalaku, aku tak takut mati, aku lalu memegang pistol itu dan menjauhkannya sedikit.

"Akan lebih sakit jika kau memberikan sedikit jarak"

"Jadi? Apa tujuanmu?" Pria berambut putih tadi kembali membuka suaranya, aku memikirkan alasan yang lebih logis daripada yang diberikan sang kapten.

"Tentu saja memata matai kalian." Sebenarnya aku disuruh untuk membunuh kalian juga kalau bisa, namun sepertinya tak akan bisa kalau aku sendirian.

"Kau dari Dearest Nemesis kan?" Kali ini pria yang beradu tatap denganku yang bertanya, aku tak bisa menjawab pertanyaan ini, tapi aku punya jawaban yang lebih baik.

"Saya berasal dari keluarga Kim, dan untuk Dearest Nemesis, tolong cari tahu sendiri" aku memang tak terang terangan memberi tahu bahwa aku dari Dearest Nemesis, namun mereka pasti tau keluarga ku.

"Ah.. jadi kau adiknya Kyms Theonner?" Pria berambut putih kini yang bertanya.

Betul, itu kakak angkat ku. Aku bukanlah anak yang memiliki darah Kim yang bersih dan suci, aku hasil pernikahan poligami ayahku. Dan kini aku hanya tinggal bersama kakakku tercinta.

"Menurut anda saja" aku tak mau memberikan jawaban yang memberikan hal yang pasti pada mereka, mereka bisa saja mengorek data asli ku.

"Kalian, keluarlah" pria yang baru masuk itu menghampiri kita, ah itu orang yang memecahkan kaca ku, aku kenal baik dengannya, mari kita tawar menawar teman.

Lima orang yang tadi ada didepan ku pergi begitu saja, tak mengatakan sepatah katapun, aku lalu memandang punggung mereka yang pergi begitu saja dari tempat itu, baiklah pergi yang jauh tolong!

Pria itu duduk di depanku, tak tau mengapa aku merasa terancam dan panik, tapi aku mempertahankan wajah tenangku.

"Aku akan mengambil sampel darahmu."

"Aku tak memberikan darahku secara cuma cuma, Dominic."

I See You. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang