0.2 ; goodbye hell.

84 7 0
                                    

Aku bernegosiasi dengan orang yang aku panggil Dominic itu selama hampir satu jam.

Dan hasilnya.. nihil. Aku tak mendapatkan apa apa dan aku hanya mendapatkan pizza yang aku dambakan dari seminggu lalu.

Aku memakan pizza ber-topingkan peperoni itu dan memikirkan cara agar bisa pergi dari sini, satu satunya yang ada dipikiran ku hanyalah membunuh, membunuh dan mati.

Aku memukul kepalaku beberapa kali, hey ayo lebih serius lagi!

Aku lalu menatap keatas, ada ventilasi diatas kepalaku, tepat diatas kepalaku.

Aku lalu melihat kesekitar, ada sekitar 4 penjaga setiap harinya, ini bukanlah hal yang susah. Aku lalu membuka lemari kayu tua yang ada di ujung ruangan itu, melihat ada belati yang aku kenal.. sialan.

Ini adalah belati milik Kyms. Aku rasa Kyms juga pernah datang kesini, baiklah, aku tau kita memiliki hubungan darah, tapi apakah kejadian yang dialami oleh Kyms harus aku alami juga?!

Aku lalu mengambil belati itu, masih terlihat baru, dan ada ukiran, 'Aeri Love!' ah.. aku rasa ini adalah belati yang aku hadiahkan untuk kakakku tersayang.

Tentu saja aku lupa dengan belati ini, karena aku sudah memberikan lebih dari duapuluh belati untuk Kyms! Baiklah, mari kita kembali pulang.

Jika kalian pikir aku akan kabur melalui ventilasi, kalian salah besar. Aku akan mengalihkan perhatian sang penjaga dan akhirnya.. WOOSH! Pergii!

Aku lalu menarik kursi yang ada di depanku,

PRAANG!

Penutup besi ventilasi itu lalu jatuh, mengalihkan perhatian semua penjaga, aku lalu melompat menuju belakang lemari yang sudah aku sediakan tempat untuk bersembunyi.

Beberapa penjaga menghampiri tahananku, aku lalu menatap mereka dengan tajam, lalu salah satu penjaga itu membukakan pintu besiku,

Mereka bodoh. Tak menutup pintu tahananku sama sekali, aku lalu berlari menuju luar, dan akhirnya! Udara segaar! Aku bisa menghirupnya!

Aku lalu melihat beberapa mobil mewah terpakir rapi disisi jalan, dan tampaknya sang pemilik ingin mobilnya dicuri, baiklah, mari kita gunakan mobil mewah itu.

Tapi aku berpikir, tak mungkin semudah itu untuk menggunakan mobil itu. Pemiliknya bisa saja melacakku.

Aku lalu melihat sekeliling, ada beberapa taksi yang sedang menunggu pesanan, aku lalu menghampiri beberapa supir taksi itu.

"Selamat siang pak, boleh antar saya?"

"Eh, boleh dek" Bapak itu menatapku dengan rasa kaget, mungkin karena aku yang sudah sedikit kotor.

Bapak itu lalu menghidupkan mesin mobilnya, lalu menyuruhku masuk. Aku lalu memberikan alamatku, tampaknya lumayan jauh.

Perjalan ini penuh dengan keheningan, namun tak lagi.

DOR DOR!

Beberapa suara tembakan mengarah kearahku dan si supir, sialan! Kenapa mereka cepat sekali!

"Pak biar saya aja yang nyetir" aku lalu melihat spion, tampaknya hanya satu pasukan yang mengincarku.

Aku lalu merogoh saku ku, mengeluarkan pistolku.

"Kalau gitu, nyetir yang bener ya pak" aku membuka kaca, dan menembak kebeberapa mobil dibelakang mobil taksiku.

"Dek ini beneran gapapa?" Supir itu bertanya padaku dengan nada bergetar, ayolah siapa yang ga takut.

"Kalo bapak takut udah saya aja yang nyetir" aku menjawab bapak itu dengan penuh percaya diri, beberapa kaca sudah pecah karena tembakan.

Aku baru teringat sesuatu, ponsel si bapak itu! Aku bisa memakainya!

"Pak kalo gitu pinjem handphone" aku masih melihat kebelakang, satu mobil itu sudah tak bisa berjalan lagi karena aku sudah menembak ban depan mereka.

Bapak itu tanpa pikir panjang memberikan ponselnya padaku, aku juga sigap mengambil ponsel itu dari tangan pemiliknya, lalu menghubungi nomor kantor kakakku.

[ONCALL]

"Hallo, Kyms disini"

"Jemput aku!"

"Kemana aja kamu!"

"jemput dulu elah, aku di... masih lingkungannya si Dominics paling kiri!"

"Sialan memang"

"JEMPUT"

"Share aja"

"Aku di pom kiri, Street 66"

"Yaa"

[OFFCALL]

"Bentar ya pak, buat kerusakan kendaraan sama urusan kesehatan nanti share bill kesaya aja." Aku memberikan ponsel itu pada pemiliknya, dan keluar untuk melihat keadaan, tampaknya masih ada satu orang yang mengejar.

Tanpa pikir panjang, aku lalu menembak orang itu hingga tampaknya orang itu tumbang.

Aku lalu menunggu orang yang menjemputku. Yaitu Kyms.

Ini sudah 15 menit aku menunggu, namun pria itu tak kunjung memperlihatkan batang hidungnya, hingga satu mobil mewah berhenti tepat didepan tempatku berdiam.

Itu mobil Kyms! anehnya tak ada Kyms disana, aku lalu melihat orang orang itu, ah ini orang yang dikhusus kan untuk menjagaku.

"Noh masuk" seorang wanita keluar dari mobil itu, dan menghampiriku,

"Mana Kyms?" Aku celingak celinguk mencari keberadaan Kyms, apakah dia tak sayang padaku?! Padahal aku baru saja diculik!

"Kyms ga bisa dateng, ada transaksi, sama si Dominics juga." Wanita itu menjawab sambil memberikan aku sebuah selimut karena angin hari ini kencang.

"Anter aku kesana dong Bin" aku mengambil selimut yang diberikan oleh wanita itu, aku juga mengambil radio baru yang ada didashboard.

"Ga dibolehin" Bina, tangan kanan kakakku menjawab dengan hal yang tak aku harapkan, ayolah! Aku ingin memukul wajah mereka semua!

"Gue maksa" aku lalu memaksa Bina agar aku bisa ikut kesana, namun aku harus berganti baju dulu.

"Yaudah" Bina tak bisa menolak karena aku memaksa, Bina juga tak bisa melawanku.

"Oh ya, bapak itu, kasi uang sama hubungin towing buat angkut mobilnya, perang dikit aku tadi" aku tentu saja ga bisa melupakan jasa bapak supir tadi, mau bagaimana pun jika tak ada dia aku mungkin masih berada tepat didepan markas Dominics itu.

"Lah, si bapaknya kaga kenapa napa?" Bina kebingungan karena aku yang pastinya tadi saling tembak menembak, dan ini pasti akan menjadi masalah yanh besar.

"Ga kenapa napa sih, takutnya lapor aja dianya, makannya bayarnya yang banyak biar ga lapor si bapaknya!" Aku menunjukan kearah bapak itu yang tak berkutik dari minuman yang aku berikan tadi, semoga ia tak kenapa kanapa.

"Ngerepotin banget sih kamu Aee!" Bina menghampiri bapak bapak itu lalu mengeluarkan beberapa uang cash untuk si bapak supir.

"Atleast aku ga nembak tembok" Aku mengungkit tentang masalah beberapa waktu lalu dimana Bina selalu menembak tembok saat peperangan kecil. Tentu saja itu menjadi ejekan yang aku ungkit seribu kali.

"BAAACOOT!" Bina Berteriak dari kejauhan, aku juga melihat beberapa mobil mengarah kearahku, lalu berhenti tepat dibelakang mobil milik Bina.

Bina yang melihat mobil mobil itu langsung sigap memberikan semua uang itu untuk sibapak supir tadi dan berlari kearahku

Bina membukakan pintu salah satu mobil dan Kyms keluar dari mobil itu.

Aku sontak berlari dan memeluk Kyms, hey kau tak tau seberapa rindunya aku padamu sialaan!

"Hey! Kau kotor sekali!" Kyms melihat penampilan ku yang memang lumayan kotor karena aku memakai kemeja putih saat dimasukan kepenjara sialan itu.

"Salahkan lah orang orang sialan itu!"

I See You. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang