Di jodohkan

362 11 3
                                    

Author mau ngucapin makasih buat kalian yang udah mau mampir buat baca karya aku yang penulisannya masih berantakan gini.

makasih bangett buat kalian semua, aku janji setiap harinya aku akan terus belajar untuk memperbaiki tulisanku ini.

sekali lagi makasih all😊❤❤


"Assalamualaikum," ucap seorang gadis cantik, saat memasuki rumahnya.

"Waalaikumussalam, eh anaknya bunda udah pulang?"

"Iya bun," ujar gadis itu sembari menyalami punggung tangan bundanya.

gadis itu melirik ke arah wanita berhijab di sebelah sang bunda, lalu tersenyum.

"Fatimah, ini Abel, putri saya. Abel, salaman dulu sama tante Fatimah." Abel mengangguk lalu berjalan ke arah Fatimah.

"Abel, tan," ujar Abel, sembari menyalami punggung tangan Fatimah.

"Jangan panggil tante, panggil aja umi," ujar umi fatimah.

"I-iya umi."

"Lastri, anak kamu ini sangat cantik," ucap umi Fatimah.

"Tentu, bundanya saja cantik, apalagi anaknya," ujar bunda Lastri dengan pedenya.

umi Fatimah terkekeh mendengar jawaban sahabatnya ini.

"Abel, umi Fatimah ini sahabat bunda dari kecil," beritahu bunda Lastri. Abel mengangguk paham.

"Emm, bunda, umi. abel permisi mau ke kamar dulu," pamit Abel.

"Iya sayang," sahut umi Fatimah dan bunda Lastri bersamaan.

"Eh, Fatimah," panggil bunda Lastri setengah berbisik.

"Apa?"

"Gimana soal perjodohannya? jadi atau nggk?" tanya bunda Lastri.

"Jadi dong! besok aku ajak Abi, sama Zayyan ke sini," ucap umi Fatimah tampak antusias.

"Nanti aku akan membicarakan hal ini pada Abel." ujar bunda Lastri.

***

Tok tok tok!

Ceklek...

"Nak, Bunda mau bicara hal penting sama kamu," ucap Bunda Lastri.

"Mau bicara apa Bun?" tanya Abel.

"Kita bicaranya di ruang tengah aja ya Nak, soalnya di sana udah ada Ayah juga," pinta Bunda Lastri.

'Apa ini soal perjodohan itu?' ucap batin Abel.

Abel, memang sudah tau soal perjodohan ini. karna sang Bunda telah memberitahukannya satu bulan yang lalu.

"Heh, kok ngelamun?" tanya Bunda Lastri.

"e-enggak bun," sahut Abel.

"Yaudah, ayo kita ke ruang tengah," ajak Bunda Lastri.

Abel mengangguk, lalu mereka berdua berjalan menuruni tangga menuju ruang tengah.

Di ruang tengah sudah ada Fakhri kakak Abel, dan juga Ayah Fatir.

"Ayah mau ngomongin apa?" tanya Abel, setelah duduk di samping sang Bunda.

"Ini soal pembicaraan satu bulan yang lalu, bagaimana keputusan kamu?" tanya Ayah Fatir.

Abel terdiam sejenak, lalu menghembuskan nafas pelan.

"Jika ini demi kebaikan Abel, insyaallah Abel siap yah. Lagi pula, ini pilihan Ayah sama Bunda," jawab Abel, ia tampak pasrah meski hatinya masih sulit untuk menerima kenyataan bahwa dirinya sebentar lagi akan menjadi seorang istri.

Istri kecil Gus ZayyanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang