pernikahan

173 9 2
                                    

Hari yang di tunggu-tunggu pun tiba, hari ini adalah hari pernikahan Gus Zayyan, dan Abel.

kini Abel sudah memakai gaun putih yang sangat indah, di padukan dengan hijab Abel, yang menutupi mahkotanya.

"Masyaallah, Anak Bunda cantik sekali," puji Bunda Lastri berdecak kagum melihat kecantikan putrinya.

"Makasih Bunda," balas Abel.

di ruang tengah, kini Gus Zayyan tengah melaksanakan ijab kabul.

Jantung Abel berdetak kencang ketika mendengar suara Gus Zayyan yang sedang mengucapkan...

"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha  bil mahril madzkuur haalan."

Air mata Abel menetes tanpa sadar, setelah mendengar suara Gus Zayyan barusan.

"Ayo sayang, kita keluar. kamu sekarang boleh bertemu dengan suami kamu," ujar Bunda Lastri.

Abel berjalan menuruni tangga, di dampingi sang Bunda.

Orang-orang yang ada di situ menatap kagum dengan kecantikan Abel.

orang yang hadir cukup banyak, padahal itu hanya keluarga besar mempelai wanita dan juga laki-laki saja.

Abel berjalan mendekati Gus Zayyan yang saat ini sudah berstatus menjadi suaminya. lalu Abel mencium punggung tangan Gus Zayyan.

Cup

Gus Zayyan mengecup kening Abel, membuat jantung Abel berdetak dua kali lebih cepat. apalagi saat Gus Zayyan mengucapkan...

"Allahumma inni as'aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa 'alaih. Wa a'udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha 'alaih."

Setelah adegan romantis Gus Zayyan dan Abel, mereka semua berfoto bersama.

"Saya tidak menyangka bisa mendapatkan Istri secantik kamu," ucap Gus Zayyan setengah berbisik.

Mendengar perkataan Gus Zayyan, sungguh membuat Abel salah tingkah, dan yang lebih parahnya lagi sekarang kedua pipinya memerah bak kepiting rebus.

Gus Zayyan yang melihat hal itu pun terkekeh pelan.

"Kenapa pipi nya merah gitu hm?" tanya Gus Zayyan yang terus menatap wajah cantik sang Istri.

"Hah? me-merah?" Abel terkejut mendengar ucapan gus Zayyan barusan.

"Apa perlu saya ambilkan kaca untuk Zawjatiku yang cantik ini?" Gus Zayyan terus saja menggoda Abel, membuat jantung Abel berdetak tak karuan.

***
kini jam telah menunjukkan pukul sepuluh malam, pasutri baru itu kini sudah berada di dalam kamar.

"He'em," deheman Gus Zayyan, membuat Abel yang baru saja keluar dari kamar mandi menoleh ke arahnya.

"Sudah selesai?" tanya Gus Zayyan, Abel mengangguk.

"Iya Gus," jawab Abel.

"Kok manggilnya Gus, sih?" ucap Gus Zayyan seolah tak suka pada panggilan sang Istri.

"Memangnya mau di panggil apa?" tanya Abel bingung.

"Terserah kamu, pokoknya jangan panggil saya Gus," ujar Gus Zayyan.

"Tapi aku bingung," ucap Abel.

"Yaudah, panggil sayang aja kalau gitu," goda Gus Zayyan sambil menaik turunkan alisnya.

"Ah nggk," Tolak Abel.

"Lah, kenapa?"

"Aku gak suka sama panggilan itu," ujar Abel.

Istri kecil Gus ZayyanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang