USTADZAH RIA

137 4 1
                                    

"Mas, di luar ada siapa? kok kayak ada orang gitu?" tanya Abel pada gus Zayyan, yang tengah sibuk mengotak-atik laptopnya.

"Tante Zahra, saudarinya umi," sahut gus Zayyan. Abel mengangguk paham.

"Yaudah, Abel mau temuin tante Zahra dulu," ujar Abel melangkah keluar kamar.

"Mas ikut," gus Zayyan ikut keluar kamar bersama sang Istri.

Abel sedikit terkejut melihat keberadaan ustadzah Ria, yang tengah duduk disamping tante Zahra.

"Eh menantu umi, sini duduk sayang, kenalin itu tante Zahra saudarinya umi," ujar umi Fatimah.

Abel berjalan ke arah Tante Zahra lalu menyalami punggung tangannya, Abel juga sempat melirik ustadzah Ria dengan sinis, ia masih kesal dengan kejadian kemarin.

"Jadi ini menantu kamu?" tanya tante Zahra dengan tatapan meremehkan, Abel.

umi Fatimah mengangguk sembari tersenyum, ia menyuruh Abel duduk disampingnya, diikuti gus Zayyan yang ikut duduk di samping sang Istri.

"Oh iya, kenalin ini Anak saya namanya Ria," ucapan Tante Fatimah membuat Abel sedikit terkejut.

'Jadi ustadzah Ria, anak tante Zahra?' ucap batin Abel masih tidak percaya.

"Dan seharusnya dialah yang saat ini bersanding dengan Zayyan, bukan kamu!" ujar tante Zahra.

"Cukup tan! ini udah keterlaluan! seharusnya tante tidak boleh bicara seperti itu pada istri saya!" bentak gus Zayyan merasa kesal pada ucapan tante Zahra.

"Tapi kenyataannya memang begitu! Lagipula, kenapa kamu mau dijodohkan dengan wanita ini, padahal sudah ada Ria yang jauh lebih baik dan lebih sempurna dari dia!"

ucapan tante Zahra sungguh membuat dada Abel sesak, bulir-bulir bening mulai membasahi kedua pipi Abel.

"Zahra! apa kedatangan kamu kesini hanya untuk membanggakan Ria dan menghina menantu saya?!" bentak umi Fatimah.

"Saya hanya ingin mengingatkan! kalau kalian sudah salah memilih menantu!" setelah mengatakan itu, tante Zahra langsung keluar sambil menarik ustadzah Ria.

"Hisk.. hiks.."

Gus Zayyan dan umi Fatimah, langsung menoleh ke arah Abel, yang kini tengah menangis.

"Sayang, kamu gak usah dengerin perkataan tante Zahra tadi yah?" ucap umi Fatimah, langsung menarik Abel ke dalam pelukannya.

"Tante Zahra benar umi, Abel emang gak pantes jadi istri Mas Zayyan," timpal Abel di sela-sela tangisnya.

"Kamu gak boleh bicara seperti itu nak."

gus Zayyan memberikan kode pada umi Fatimah agar melepas pelukannya, lalu gus Zayyan menarik Abel kedalam pelukannya.

Abel semakin terisak dalam pelukan gus Zayyan, dengan sabar gus Zayyan menunggu Abel berhenti menangis, ia juga mengelus punggung sang istri agar bisa lebih tenang.

Kini Abel sudah berhenti menangis, gus Zayyan mengajak Abel masuk kedalam kamar.

"Udah ya, gak usah dipikirin perkataan tante Zahra," ujar gus Zayyan, tangannya terulur mengusap pipi Abel yang sudah memerah.

"Lagian tante Zahra percuma mau ngomong apapun! keadaannya bakalan tetep sama kalau akulah istri dari gus Zayyan, bukan ustadzah Ria!" gerutu Abel yang sudah selesai dengan acara menangisnya.

gus Zayyan terkekeh mendengar perkataan Abel, ia mencubit pipi Abel gemas.

"Tapi kenapa kamu masih nangis hm?" tanya gus Zayyan.

"Ya gak tau, air matanya ngalir sendiri," sahut Abel.

"Dasar cengeng," ledek gus Zayyan,  Abel nampak kesal, lalu tangannya terulur memukul lengan gus Zayyan cukup keras.

"Siapa yang gak nangis kalo dikatain gitu?!" gerutu Abel sambil bersedekap dada.

"Iya iya sayang," ucap gus Zayyan.

"Mas, maafin Abel yah?" ujar Abel pelan.

gus Zayyan mengelus kepala Abel lembut, "Kenapa minta maaf hm?" tanya gus Zayyan dengan suara lembut.

"Mas Zayyan malah dapetin Istri kayak Abel, Seharusnya Mas Zayyan dapetin istri yang baik kayak ustadzah Ria," ujar Abel lirih.

"Emang kamu gak baik?" tanya gus Zayyan.

"Ya baiklah!" sahut Abel.

"Yaudah, berarti kan udah dapetin istri yang baik," ujar gus Zayyan.

"Maksudnya buka git..."

"Udah, kamu gak boleh ngomong gitu! mas gak suka!" potong gus Zayyan.

"Iya iya."


kini Abel tengah jalan-jalan diarea pesantren, ia ingin menangkan pikirannya mencoba melupakan kejadian tadi pagi.

ia masih kaget, ternyata ustadzah Ria adalah sepupu dari suaminya. pasalnya, saat acara pernikahan dirinya dan gus Zayyan, ia tidak mendapati keberadaan ustadzah Ria atupun tante Zahra.

Abel memicingkan matanya, ia melihat dari ustadzah Ria tengah berjalan dengan anggun ke arah Abel.

"Assalamu'alaikum Abel," ucap ustadzah Ria dengan senyum yang tak pernah ia lepas, meski menggunakan cadar senyuman itu bisa dilihat dari matanya yang menyipit.

"Waalaikumussalam," balas Abel malas.

"Apa kabar dengan hati kamu Abel?" tanya ustadzah Ria membuat Abel mengernyit bingung.

"Maksud kamu apa?" tanya Abel sedikit ngegas.

"Aku tau, kamu pasti sangat sedih dengan ucapan umma aku tadi pagi. maaf, tapi umma hanya mengatakan kenyataan dan kebenarannya saja," ujar ustadzah Ria.

"Jadi maksud kamu, gus Zayyan lebih pantas bersanding dengan kamu gitu?!" bentak Abel mulai tersulut emosi.

ustadzah Ria mengangguk sambil tersenyum tanpa dosa.

"Anak sama ibu sama aja!" ucap Abel mulai mengeluarkan kata-kata pedasnya.

"Maksud kamu apa berbicara seperti itu?!" ustadzah Ria mulai meninggikan suaranya.

beruntung di tempat ini tidak ada satupun santri yang lewat, jadi ustadzah Ria bisa menunjukkan sifat aslinya.

"Kamu kan pintar! seharusnya bisa mengertikan sendiri ucapanku tadi!" sungut Abel.

"Lagi pula, gus Zayyan sudah menjadi suamiku! dan kamu selamanya tidak akan bisa merebutnya! percuma kamu dan ibu kamu berkata seperti itu padaku! hanya karna kata-kata pedas kalian tidak akan bisa mengubah sesuatu yang telah terjadi ini!" ujar Abel, kini matanya mulai memanas namun ia mencoba menahannya, ia tidak mau terlihat lemah didepan ustadzah Ria.

"Sialan kamu!" bentak ustadzah Ria mulai emosi, hal itu membuat Abel tersenyum sinis.

"Aku baru pertama kali liat wanita bercadar modelan kayak kamu ini," ujar Abel menatap jijik ke arah ustadzah Ria.

"Diam! akan aku pastikan gus Zayyan akan menjadi milikku," tutur ustadzah Ria.

"Mau jadi pelakor? boleh gak? mulai detik ini saya panggil kamu ustadzah plakor?" tanya Abel tersenyum sinis.

"Coba aja kalau bisa," sambung Abel, lalu mulai melangkah meninggalkan ustadzah Ria, yang kini tengah tersulut emosi.


Jangan lupa vote🤩🤩




Istri kecil Gus ZayyanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang