Bab 08.

6 1 0
                                    

Di kursi kebesarannya, seorang pria yang menduduki jabatan CEO itu tampak sibuk berkutat dengan laptop di hadapannya. Tidak hanya itu saja, di atas meja kerjanya terdapat beberapa tumpukan berkas-berkas yang harus ia tandatangani.

Pagi ini, Farraz merasa sangat puas sudah membuat keributan di kediaman orangtuanya. Lebih puas lagi melihat Arsinta dan Prayoga sangat jengkel dengan sikapnya. Itu bagus, memang itu yang Farraz inginkan, menganggu ketenangan hidup mereka.

Netra hitam legam milik Farraz menatap lurus ke depan, guna memfokuskan diri pada pekerjaannya yang sangat menumpuk. Setiap hari memang beginilah pekerjaannya. Tidak jauh dari laptop dan berkas-berkas.

"Pak Farraz, ini laporan pendapatan dari Manajer keungan," ucap Radit.

Menghentikan kegiatan Farraz sejenak. Ia melepaskan kacamata yang bertengger di hidung bangirnya, lalu menyimpannya di atas meja.

"Baik," jawab Farraz singkat.

Dia menerima berkas laporan keuangan dari Sekretarisnya, kemudian membuka berkas tersebut, guna meneliti pendapatan perusahaan disetiap harinya.

Kening pria itu berkerut. "Kenapa pendapatan yang tercantum tidak sesuai dengan minimal dana perusahaan? Harusnya jika perusahaan semakin berkembang, semakin banyak pula pendapatan yang kita dapatkan. Lalu, kenapa data ini seperti tidak akurat? Bahkan dana yang tertulis sangat kurang nominalnya," gerutu Farraz, menyadari ada sesuatu yang janggal dengan berkas laporan keuangan tersebut. Pasalnya, data di laptop dan di berkas berbeda.

Brak.

Farraz membanting berkas itu ke meja kerjanya, emosinya memuncak ketika menyadari ada kecurangan di bagian Manajer keuangan. Baru kali ini dia tidak puas dengan  laporan di bagian keuangan, biasanya juga pendapatan perusahaan selalu mencapai terget besar.

"Ada apa Pak Farraz?" tanya Radit, tidak mengerti kenapa atasannya tiba-tiba emosi seperti ini.

"Panggil bagian Manajer keuangan ke mari! Suruh mereka menghadap ke arahku sekarang juga!" titah Farraz.

"Baik Pak, kalau begitu saya permisi."

Bisa-bisanya ada yang melakukan kecurangan di perusahaannya. Besar-kecilnya nominal, bila tidak sesuai dengan pendapatan akan berakibat fatal, hal itu bisa saja merugikan perusahaan.

Apalagi bagian Manajer keuangan, yang di percaya perusahaan untuk mengatur dan membuat keputusan finansial, serta mengaplikasikannya demi mencapai tujuan perusahaaan.

Bagian divisi ini, termasuk bagian penting. Karena semua pendapatan perusahaan akan diurus oleh Manajer keungan. Jika ada yang berani korupsi, memang sepatutnya ditindak lanjuti, bukan?

"Kurang ajar! Berani sekali kalian melakukan kecurangan di perusahaanku ini!"

Farraz merobek berkas itu dan melemparnya ke sembarangan arah. Sebagai pemimpin, ia harus tegas, apalagi ini sudah menyangkut perusahaaan.

Menit berlalu...

Semua bagian divisi itu datang ke ruangan sang atasan. Mereka tidak tahu, kenapa mereka tiba-tiba dipanggil untuk datang ke ruangan ini. Biasanya juga, jika ada kendala, mereka akan disuruh berkumpul diruangan rapat.

Sekarang malah dipanggil langsung ke dalam ruangan sang atasan. Mereka semua menunduk dengan bulu kuduk meremang. Menyadari tatapan lekat, dingin dan tajam Farraz ketika menatap nyalang kepara bawahannya.

"S-selamat pagi Pak Farraz ... sebenarnya kenapa Pak Farraz menyuruh kamu untuk datang ke mari? Apakah ada kendala?" Seorang wanita bernama Ambar itu membuka suara, dia sudah bekerja lama di perusahaan ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Istri Kedua Tuan Farraz (Pindah Ke Goodnovel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang