"Dys, lo abis cari masalah?" tanya Mala, teman sebangku Adys di sekolah.Adys hanya menggeleng pelan. "Gak, kok. Kenapa emang?"
"Oh, enggak. Tadi lo dicariin sama geng Leonarch, lo beneran gak ada masalah sama mereka 'kan?" tanya Mala.
Bukannya menjawab pertanyaan Mala, Adys malah balik bertanya, "Geng Leonarch? Apaan tuh? Keren bener namanya."
Mala berdecak pelan. "Itu loh! Geng yang sukanya ngebully sama malakin orang," jawabnya.
Adys menganggukan kepalanya berkali-kali. "Oh. Gak jadi keren kalau gitu," balas Adys, "gue gak bikin masalah sama mereka kok. Tenang aja. Tapi kalau lo disamperin mereka buat nanyain gue, bilang aja gue gak ada," sambung Adys.
"Lah? Katanya gak ada masalah apa-apa, kenapa gue harus bilang lo gak ada?" tanya Mala heran.
"Ya siapa tau gue bakalan jadi target bullying-nya mereka. Lo gak mau 'kan temen lo yang cantik ini dibully sama mereka?" tanya Adys sambil mengedipkan mata berkali-kali. Mala merespon pertanyaan Adys dengan anggukan pelan.
Adys tersenyum puas. "Nah! Makanya kalau gue dicari mereka, bilang aja gue gak ada," ucap Adys. Akhirnya Mala pun mengiyakan dan kembali fokus pada urusannya sendiri.
Sepeninggal Mala, Adys termenung. "Jadi, nama geng pembully itu Leonarch? Dan mereka masih nyari gue lagi. Gue beneran harus hati-hati," ucap Adys dalam hati sambil berdecak pelan.
Saat Adys sedang memikirkan masalahnya dengan geng pembully itu, ia tak sengaja melihat seorang laki-laki cupu yang saat itu ia tolong dari sekumpulan geng pembully. "Kenapa gue ceroboh banget ya waktu nolongin lo dari mereka? Seandainya gue rada mikir, mungkin geng mereka gak akan dendam sama gue, 'kan?" gumam Adys sambil merutuki dirinya sendiri. Ia menghela napas panjang. "Ya udahlah. You still did a great job, Adys," ucap Adys pada dirinya sendiri. Ia akhirnya tersenyum tipis.
Adys pun berdiri. "Mal, gue mau ke kamar mandi. Nanti kalau Pak Wisnu dateng, call gue ya," ucap Adys. Setelah melihat acungan jempol dari Mala, Adys pun bergegas keluar dari kelas.
Adys menundukkan kepala. Ia menatap kaki yang melangkah dengan perlahan di sepanjang koridor. Adys sedang memikirkan segala kemungkinan tentang kelangsungan hidupnya selama berada di sekolah. Ia harus menghindari geng Leonarch bagaimanapun caranya.
Tanpa terasa, Adys akhirnya sampai di kamar mandi. Ia segera menuju ke wastafel untuk membasuh wajah.
"Oh ini, orang yang cari ribut sama Leonarch," ucap salah seorang gadis sambil tersenyum miring.
Adys berhenti membasuh wajah. Ia mengarahkan pandangan ke cermin untuk melihat siapa yang berteriak. Seketika, Adys terdiam. Gadis itu adalah anggota geng Leonarch yang pernah ia temui saat menyelamatkan si cowok cupu.
Adys tak ingin terlihat takut. Ia memperbaiki seragam dan merapihkan diri. Adys memperhatikan cermin dan melihat bahwa gadis itu sendirian. Adys menghela napas lega. Ia berusaha mengabaikan anggota geng Leonarch. Namun, saat Adys berusaha kabur, ia tiba-tiba terjatuh akibat dorongan kuat dari gadis itu.
"Gila lo ya?!" seru Adys marah.
"Lo yang gila! Lo ngusik geng kita, sekarang lo pura-pura lupa sama kelakuan lo itu, hah?!" balas gadis itu sambil menjambak rambut Adys.
Adys meringis, tetapi ia malah senang melihat kemarahan kakak kelasnya dengan nametag Anastasya itu. "Kenapa lo selalu muncul di kamar mandi sih, Kak? Kamar mandi tuh tempatnya setan tau, jangan-jangan lo satu spesies ya sama mereka?" tanya Adys. Tentunya, pertanyaan itu membuat Anastasya semakin terbakar amarah.
Anastasya mengangkat tangannya hendak menampar pipi Adys, tetapi Adys lebih gesit. Ia menarik tangan Anastasya dan menggigit tangan gadis itu. Adys menghentikan gigitan setelah tangan Anastasya terlepas dari rambutnya.
"Berani-beraninya lo sama gue!" seru Anastasya marah.
Adys segera berdiri. Ia mengibaskan rambut yang kusut dan berantakan setelah ditarik oleh Anastasya. Adys juga membersihkan pakaiannya dengan menepuk-nepuk pelan.
"Kalau mau gelut bilang dulu. Biar gue juga bisa siap. Curang banget, sih, lo!" cerca Adys. Ia kemudian memasang kuda-kuda.
Meski tidak terima dengan apa yang Adys ucapkah, Anastasya tetap ikut memasang kuda-kuda. Ia kemudian berlari dan berusaha memukul Adys dengan tangan kanan. Sayangnya, Adys berhasil menghindar.
Adys tak hanya diam dengan serangan Anastasya. Gadis itu membalas dengan melayangkan pukulan dengan tangan kanan hingga mengenai pipi Anastasya. Tak berhenti sampai di sana, Adys segera melayangkan pukulan susulan dengan menggunakan tangan kiri.
Dua kali terkena pukulan oleh Adys membuat Anastasya sangat marah. "Lo emang cewek sialan!" teriak Anastasya.
Pertarungan antara keduanya pun tak terhindar lagi. Yang awalnya hanya saling memukul, kini kaki pun mulai ikut berperan. Anastasya melayangkan tendangan dengan kaki kanan yang bisa ditepis oleh Adys. Adys kembali melayangkan pukulan di wajah pada Anastasya secara bertubi-tubi. Ketika ia melihat adanya celah, di situlah Adys mulai melayangkan pukulan di perut Anastasya hingga gadis itu terpekik dan reflek memegang perut.
Anastasya menatap Adys dengan nyalang. "Hidup lo gak akan tenang!" ucap Anastasya penuh penekanan. Ia kemudian menjatuhkan dirinya di tanah dan berteriak seakan-akan ia sangat kesakitan.
Teriakan Anastasya berhasil menarik perhatian. Lima anggota geng Leonarch yang entah berasal darimana itu tiba-tiba datang dan langsung membantu Anastasya. Melihat teman mereka dalam kesulitan, mereka sangat marah. Tanpa bertanya, geng berandalan itu mulai menggulung lengan seragam dan langsung menyerang Adys.
Adys yang mendapat serangan tiba-tiba tentunya merasa terkejut. Ia berusaha menghindar, menangkis, dan melemparkan serangan balasannya. Sayangnya, 5 vs 1 bukan lawan yang seimbang. Adys mulai ketakutan.
Saat pikiran Adys mulai kalut, tiba-tiba ia didorong dengan keras hingga Adys terjatuh di pinggir. Adys mengaduh. Matanya pun mulai berkaca-kaca karena benturan tubuhnya dengan tanah itu terasa sakit.
"Berani keroyokan kok sama cewek. Lawan gue aja sini." Suara berat itu membuat Adys yang sibuk menahan rasa sakit mulai mendongak.
Dilihatnya sosok laki-laki dengan tinggi 180 cm itu sedang memasang kuda-kuda untuk melawan geng Leonarch.
"Wah, ada pahlawan kesiangan," ejek Gama.
Laki-laki itu melirik pada Adys sekilas. "Lo, pergi dari sini. Biar gue urus mereka," ucapnya tanpa menatap Adys.
Adys menurut dan pergi dari area kamar mandi. Walau ia tak sepenuhnya pergi dari sana. Adys berada di luar area kamar mandi, sambil sesekali mengintip laki-laki penolongnya yang mulai bergelut dengan kelima anggota Leonarch.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destined Fate
RomanceTak peduli sejauh apapun jarak yang kita miliki, seberat apapun masalah yang kita hadapi, kau dan aku akan tetap bersatu kembali. Karena kita adalah dua insan yang telah ditakdirkan untuk bersama dan terikat satu sama lain.