"Kalian itu anak sekolah tapi sikapnya sama sekali tidak mencerminkan seperti siswa!" Pak Kamal meninggikan nada bicaranya ketika melihat siswanya yang bermasalah itu masih saling menyalahkan.
"Pak, saya gak akan berantem kalau bukan dia yang jatuhin temen saya!" seru Abi sambil menunjuk Adys.
Adys mengernyitkan dahi. Ia kemudian melambaikan telapak tangan. "Bohong, Pak! Temen dia yang mulai duluan! Padahal rambut saya ini rapuh dan gampang rontok, malah dijambak sama nenek lampir," sangkal Adys sambil memasang raut sedih. Ia bahkan berakting dengan mengusapkan jari telunjuk di mata seakan-akan ia menangis.
Laki-laki yang tadi menolongnya bahkan mendukung akting Adys dengan memasang ekspresi sedih sembari menyodorkan sehelai tisu.
"Lo yang mulai duluan! Kalau bukan karena lo cari gara-gara sama kita, gue juga gak akan jambak lo!" sahut Anastasya sambil mengepalkan tangan. Amarahnya sudah berada di puncak dan pertikaian bisa kembali terjadi jika geng Leonarch tidak menahan Anastasya.
"Kalian yang salah! Siapa suruh bully orang?!" balas Adys tak mau kalah.
Ketika Anastasya hendak berbicara, suara Pak Kamal menginterupsi mereka. "Bully? Siapa yang membully?" tanyanya.
"Mereka tuh, Pak! Bisa-bisanya ngebully orang di kamar mandi!" jawab Adys semangat sambil menunjuk seluruh anggota geng Leonarch.
Pak Kamal tampak melirik geng Leonarch. Pria itu berdehem pelan. "Tetap saja yang kalian lakukan itu salah! Adu jotos di sekolah, kalian merasa diri kalian keren?!" ucap Pak Kamal.
Adys heran dengan respon Pak Kamal. Ia hendak protes, tetapi melihat tatapan geng Leonarch dengan Pak kamal, Adys pun mengurungkan niat. Adys tidak bodoh. Ia mengerti ap maksud dari tatapan mata mereka yang saling melempar kode.
Siapa yang tidak mengenal geng Leonarch di sekolah ini? Mereka adalah penguasa yang sesungguhnya. Tak hanya OSIS ataupun organisasi-organisasi di sekolah, bahkan guru pun tidak berani macam-macam dengan mereka. Leonarch bukanlah geng biasa seperti pada sekolah lainnya. Mereka tak hanya nakal, tetapi lebih dari nakal. Selain relasinya yang luas dari berbagai kalangan, latar belakang dari anggota geng Leonarch sendiri sudah tidak bisa diragukan lagi. Anak pejabat daerah, anak donatur sekolah, anak keluarga mafia, merekalah yang akhirnya bergabung membentuk geng Leonarch.
"Segera sebutkan hukumannya saja," ucap Ezra, laki-laki penyelamat Adys. Laki-laki itu tampaknya sudah muak, karena lebih tahu-menahu soal geng Leonarch lebih dari yang Adys tahu.
"Adys dan Ezra, kalian diskors dua hari," ucap Pak Kamal tegas.
"Terus mereka?" tanya Adys sambil menunjuk geng Leonarch.
"Mereka urusannya sama saya, hukumannya gak perlu saya sampaikan di hadapan kalian," jawab Pak Kamal.
"Ya gak bisa gitu dong, Pak! Terbuka dong! Gak adil banget ini namanya!" Adys berdiri dari tempat duduknya dan mengepalkan kedua tangan.
"Mereka harus dirawat dulu, Adys. Mereka luka-luka gara-gara kamu sama Ezra," balas Pak Kamal sambil menghela napas.
"Saya juga luka, Pak!" seru Adys sambil menunjukkan lehernya yang terkena cakaran kuku panjang Anastasya saat gadis itu berusaha menarik rambutnya, "Dia juga luka!" sambung Adys sambil menunjukkan lebam di sudut bibir Ezra.
"Kalian kan gak parah. Itu bentar lagi juga sembuh," balas Pak Kamal.
"Pak! Kita korban, loh! Kok Bapak malah berpihak ke pelaku, sih?! Kan harusnya say—" Protesan Adys terhenti ketika seseorang tiba-tiba menarik pergelangan tangannya. "Eh, apaan, sih?! Lepas, gak?!" protesnya. Namun, laki-laki yang menarik pergelangan tangannya tak mempedulikan ucapan Adys. Ia hanya terus menarik pergelangan tangan Adys untuk segera keluar dari ruang BK.
"Woy! Gila, lo! Lepasin, gak?!" teriak Adys. Gadis itu memberontak dan berusaha melepaskan lengan kecilnya dari cengkeraman Ezra. Namun, yang Adys dapatkan hanyalah rasa sakit.
Setelah agak jauh dari ruang BK, Ezra melepaskan cengkeraman di pergelangan tangan Adys. "Jangan berisik," ucapnya.
"Ya lo ngapain segala narik gue! Sakit tau gak," gerutu Adys sambil mengelus lembut pergelangan tangannya yang memerah setelah dicengkeram Ezra.
"Gue jadi ikutan diskors gara-gara lo," ucap Ezra sambil melayangkan tatapan tajam pada Adys meski Ezra tahu jika gadis itu tak melihat tatapannya.
"Gue gak minta ditolongin," cibir Adys sambil mengerucutkan bibir.
"Emang lo bisa sendiri ngadepin mereka? Kalau kagak gue tolong, yang ada lo udah sekarat sekarang," balas Ezra sambil mendorong telunjuk jarinya di dahi Adys.
Adys menepis jari telunjuk Ezra. "Ih! Gak sopan banget sama orang asing!"
"Lo juga kagak sopan sama gue. Gue kakak kelas lo by the way," balas Ezra. Adys hanya menyengir sebagai balasan.
"Lo ngapain cari gara-gara sama Leonarch? Lo gak tau Leonarch itu geng yang bukan sembarang geng?" tanya Ezra.
Adys menggeleng pelan. "Gue tau kok. Geng Leonarch terkenal banget di sekolah kita. Gue juga tau kalau gue emang gak seharusnya cari gara-gara sama mereka. Tapi gue ngelihat mereka ngebully orang di depan gue, ya masa gue diem aja?" jawab Adys panjang lebar.
Ezra menganggukkan kepala. "Terus lo sok jadi pahlawan dan ngelawan mereka gitu? Lo apain? Adu jotos? Ah, kayanya gak mungkin. Atau, lo ajak orang yang dibully itu kabur?" tanya Ezra sambil menebak-nebak.
"Bukan gitu! Gue ke ruang media bikin pengumuman. Kalau lo denger pengumuman soal pembullyan, itu gue. Gue yang ngomong," jawab Adys.
"Wow! Gue kira itu guru. Lo pinter juga ganti-ganti suara." Ezra tertawa pelan. "Terus, kenapa bisa jadi masalah sama Leonarch?"
"Gue ketahuan. Kita papasan pas gue keluar dari ruang media," jawab Adys sambil memelankan suaranya. Dipikir-pikir kejadian itu adalah kejadian yang memalukan sekaligus membuat Adys menyadari bahwa dirinya begitu ceroboh.
"Pft." Ezra yang berusaha menahan tertawa itu akhirnya pun tertawa terbahak-bahak. "Bego juga lo ya," ucap Ezra sambil tertawa.
Adys mengerucutkan bibir. "Ya gimana. Mungkin emang udah ditakdirkan kalau gue sama Leonarch bakal ketemu di sana," balas Adys sambil cemberut.
Ezra mulai menetralkan tertawanya. Ia kemudian berhenti tertawa. "Sebenernya, lo gak salah. Makasih udah berusaha nolong orang itu, tindakan lo itu berharga. Gue tau niat lo baik, tapi lain kali jangan ceroboh. Leonarch bukan geng gampangan, bukan geng abal-abal, apalagi geng orang-orang yang pura-pura berkuasa. Mulai sekarang, lo harus hati-hati sama mereka. Sebisa mungkin menghindar, dan jangan terlalu banyak melawan. Takutnya, mereka bakal lebih bringas ke lo nantinya," ucap Ezra serius sambil menatap Adys. Tanpa menunggu jawaban Adys, Ezra melempar senyum tipis lantas pergi meninggalkan Adys begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destined Fate
RomanceTak peduli sejauh apapun jarak yang kita miliki, seberat apapun masalah yang kita hadapi, kau dan aku akan tetap bersatu kembali. Karena kita adalah dua insan yang telah ditakdirkan untuk bersama dan terikat satu sama lain.