🍁🍁 Setitik tinta hitam 🍁🍁

59 5 0
                                    


"Dengan menyembunyikan yang sebenarnya, kau berhasil membuatku seperti orang bodoh."

= Tasya Adeeva =

**


Begituh banyak kejutan yang terjadi di kehidupan fana ini. Kenyataan yang begitu pedih hingga tidak bisa di cerna dengan akal pikiran.

Tidak ada yang menduga dan mengira jika setitik tinta hitam di kain putih itu akan menjadi masalah besar.

Sebaik apa pun menyembunyikannya, titik hitam itu tetap akan terlihat juga. Yang harus di lakukan ialah membersihkannya, apabila tidak bisa maka abaikan saja. Jangan sampai karena satu kesalahan kalian melupakan kebaikan lainnya.

"Syaa... ayo, gue anter lo balik, " ucap Rafael menghampiri Tasya yang duduk di kursi lorong rumah sakit.

Tasya mendongakkan kepalanya, menatap Rafael. "Zitha? Gue mau liat dia."

"Besok balik lagi kesini, ini udah malem, yang lain juga bentar lagi mau balik. Cuman Sakara yang tetep disini."

Tasya menundukkan kepalanya, "Zitha sakit apa? kenapa dia perlu di rawat, Raf?" dirinya masih merasa heran, Zitha tadi baik-baik saja, dia pun tidak terluka, tapi kenapa harus sampai di rawat inap, padahal hanya pingsan saja.

Apa perlu gue kasih tau lo sekarang, Sya? kalau Zitha sebenernya punya penyakit jantung.

"Rafa?" panggil Tasya, karena Rafael malah terdiam.

"Gue engga tau, besok kita tanya aja. Ayo nanti keburu kemaleman!" Rafael meraih tangan Tasya lalu membawanya pergi.

"Julva gimana?"

"Di anter, David."

Mereka berdua sampai di parkiran rumah sakit. Saat Rafael hendak memberikan helm pada Tasya. Raka dari arah belakang datang menghampiri mereka.

"Lo balik, bareng gue." ucap Raka menyentuh lengan Tasya.

Rafael yang melihat itu langsung menepis tangan Raka, "Ngga usah sok asik, mana mau Tasya balik sama lo--"

"Gue mau!" celetuk Tasya membuat Rafael langsung melirik padanya.

"Sya?"

Tasya mengangguk dan menyakinkan jika dia baik-baik saja. Dia perlu berbicara dengan Raka, mungkin ini kesempatannya.

Diam-diam Raka tersenyum kecil, "Ayo, mobil gue disana," katanya sembari pergi lebih dahulu.

Sebelum mengikuti, Tasya berbicara lebih dahulu kepada Rafael, "gue duluan, lo hati-hati yaa.. sampai jumpa besok!"

"Kalau ada apa-apa hubungin gue!"

*
*

Di dalam mobil dengan kesunyian yang menyelimuti. Kedua insan itu masih sama-sama terdiam, Tasya menoleh ke luar jendela dan Raka fokus menyetir.

Lalu, terdengar suara helaan napas. Tasya langsung beralih menatap pada Raka dari samping.

"Siapa Alena?" tanya Tasya, dengan penasaran.

Raka melirik sekilas pada Tasya, lalu berkata "orang yang rngga sengaja gue temui beberapa tahun lalu di lampu merah, ngga jauh dari tempat les," jedanya "namanya Alena, usianya lebih tua tiga tahun dari lo. Dia gadis sederhana, lahir di keluarga kurang mampu, dia harus bekerja di usianya masih kecil. Saat gue ketemuan dia, Alena lagi jualan tissue di lampu merah itu,"

Friendship of the Heart (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang