"Aku tidak pernah berharap imbalan dengan apa yang sudah aku berikan."
= Julva Divansta =
**
Setelah hari itu sebenarnya Zitha malas untuk menemui Sakara kembali. Namun, dia butuh klarifikasi atas pernyataan yang diberikan oleh Tasya kemarin. Jika kalau, Sakara mengakui dirinya sebagai pacarnya.
Hal gila macam apa itu, Sakara tidak mengatakan hal apa pun. Mengatakan dia menyukai dirinya pun tidak pernah. Iya sih, prilakunya belakangan ini sangat baik padanya. Tapi itu bukan berarti Zitha mengira jika Sakara menyukainya. Ayolah, Zitha tidak se-gr itu untuk mengakuinya.
Memasang wajah se-sinis mungkin, Zitha berdiri di hadapan Sakara yang duduk di meja. Sekarang mereka ada di ruang lab kembali. Yah, karena hanya tempat ini saja yang aman mengajak cowo super tenar ini berbicara empat mata. Zitha tidak mau lagi menjadi bahan gosipan karena dekat dengan Sakara.
"Masih masalah di depan UGD," Zitha membuka suara setelah beberapa saat bergelut dengan pikirannya sendiri.
Sakara masih diam untuk mendengarkan. Dia akan berbicara ketika Zitha sudah puas berbicara.
"K-kenapa lo---" Zitha mengumpati dirinya yang tiba-tiba merasa gugup. Ayolah, dia ini ingin marah bukan baper. "Kenapa lo ngaku-ngaku jadi pacar gue, sejak kapan anjir lo nembak gue aja ga pernah, ini mendadak ngeklaim aja!" kali ini dia berbicara tampa jeda.
"Jawab Sakara Argiano Putera, gue butuh penjelasan. Malu-maluin gue lo segala ngaku di depan dokter, emang perbuatan lo itu keren, HAH?"
Terdengar helaan napas dari cowo itu, "Emang lo kasih kesempatan buat gue bicara, hmm? Kerjaan lo marah-marah terus setiap kali ketemu. Gimana gue mau jelasin!"
Zitha berdecak kesal kenapa sekarang malah Sakara yang mengomelinya. Jelas cowo itu yang salah.
"Ihh nyebelin banget sih lo, dasar cowo kampret!" Zitha memukul bahu kiri Sakara.
"Cowo kampret ini, cinta sama lo. Gimana dong?"
APA?! tolong beritahu Zitha sekarang jika dia salah mendengarnya. Mengapa sangat menggelikan sekali. Cowo itu berbicara demikan dengan wajah yang sangat datar.
Zitha tertawa cukup keras, sungguh itu membuat bulu kuduknya merinding. Uhh sepertinya rumor itu benar jika lab ini terkenal angker. Apa ada sosok hantu merasuki tubuh Sakara. Oh no, itu mengerikan.
"Ada yang lucu?" tanya cowo itu terheran-heran malah di ketawai oleh Zitha.
Zitha menghentikan tawanya, "lo ngeri, Sak. Jangan ngomong gituh lagi, bulu kuduk gue merinding."
"Perasaan gue engga akan berubah,"
Kembali mengindikkan bahunya, "Udah ah! Ga usah ngomongin begituan lagi, gue bakal pura-pura ga denger. Okay!" hendak berbalik badan namun tangannya langsung di tarik oleh Sakara.
"Gue serius Zitha, gue cinta sama lo. Apa perlu gue umumin di depan banyak orang supaya lo percaya?"
Zitha melepaskan genggaman Sakara, "ngga usah macem-macem! Lo tuh punya cewe Sakara, nanti orang bilang apa lo nyatain cinta ke gue. Ya ya ya... Gue udah denger lo udah putus sama dia... Tapi. Kalau orang-orang ngira gue pelakor gimana? Ndak sudi gue!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Friendship of the Heart (Tamat)
Teen FictionFriendship of the Heart adalah kisah persahabatan yang terguncang oleh persaingan cinta dan kebencian. Mereka terjebak dalam serangkaian kesalahpahaman yang begituh rumit. Konflik dan pengkhianatan menghancurkan kepercayaan mereka. Akan kah semua...