"...gue yang di vonis umur gue ga panjang lagi. Kenapa jadi lo yang pergi duluan?"
= Zitha Yolanda Raya =**
Suasana terasa hening dan khidmat. Keheningan itu seolah menekan dada, membuat setiap langkah terasa berat. Angin bertiup lembut, seakan ikut merasakan kesedihan yang menyelimuti tempat itu. Keluarga dan kerabat berkumpul, wajah mereka tampak sendu. Air mata mengalir perlahan, menandakan betapa dalam rasa kehilangan yang mereka rasakan. Isak tangis terdengar sayup-sayup, memecah keheningan yang mencekam.Bunga-bunga segar berjejer di sekitar pusara, seolah memberikan penghormatan terakhir. Setiap orang yang hadir tampak terhanyut dalam duka mereka masing-masing. Pelukan dan tepukan lembut di bahu menjadi ungkapan simpati yang tak terucap.
Pandangan mata menerawang, pada satu hari lalu mereka masih bercengkrama bercanda dan mengobrol bersama. Namun, dalam satu malam mereka harus kehilangan sosok keluarga dan teman dengan sekejap.
Rafael Sky Sundara. Si cowo periang yang selalu menebarkan kebahagiaan. Candaannya, perhatiannya, tingkah tengilnya. Kini hanya tersisa kenangan saja.
Tragedi kebakaran sirkus pada malam itu merenggut nyawanya. Rafael banyak menghirup asap kebakaran dan sejenis gas beracun. Belum lagi dia sempat terpental hingga membentur aspal cukup keras akibat ledakan. Nyawanya tidak bisa tertolong. Rafael menghembuskan napas terakhir sebelum dia sampai ke rumah sakit.
Siang ini, Rafael sudah di kebumikan di taman makam keluarga. Sebagai keluarga dan pelayat mulai meninggalkan pemakaman. Disana, tersisa teman-teman Rafael dan juga Raka.
Cowo itu memakai kacamata hitam, berdiri di belakang, dia sedang memberi ruang Tasya yang masih saja menangis sembari memeluk nisan.
"Ini semua gara-gara lo..." suara lirih itu terdengar, Tasya dengan mata sembabnya menoleh ke samping dimana Julva sedang menatapnya. Tatapan yang sulit di artikan.
"Kalau aja lo bisa nunggu sebentar aja, ini semua engga akan terjadi. Rafael bakal keluar bareng kita, dia engga akan terjebak di dalem sana."
Tasya menundukkan kepalanya, "Gue..."
"Penyesalan lo engga akan buat Rafael hidup lagi. Gue ga suka lo, Sya. Gue ga suka sikap keras kepala lo!"
"Julva..."
"RAFAEL!!"
Dari arah belakang, Zitha datang dengan berlari menuju tempat peristirahatan terakhir Rafael. Gadis itu langsung terjatuh terduduk di samping gundukan tanah yang bertaburan bunga itu.
Julva bangkit, lalu melangkah mundur untuk memberikan kesempatan Zitha yang baru saja datang.
Kondisi Zitha tidak jauh berbeda dengan Tasya. Wajah gadis itu memerah dengan berlinang air mata, menatap makam itu.
"Rafa..." tangannya meremas gundukan tanah, "i-ini cuman mimpikan?"
"Zitha..." panggil Tasya dengan lirih.
Zitha menatap Tasya yang ada di hadapannya, "ini bohong kan, Sya? Rafael ga..." bahkan untuk melanjutkan ucapannya pun ia tidak bisa.
"Gue terlambat..."
Sungguh Zitha meruntuki dirinya karena mematikan ponsel semalam, ia mendapatkan kabar duka ini sejam yang lalu. Kini ia tidak bisa melihat Rafael untuk terakhir kalinya. Sungguh, ia menyesalinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Friendship of the Heart (Tamat)
Teen FictionFriendship of the Heart adalah kisah persahabatan yang terguncang oleh persaingan cinta dan kebencian. Mereka terjebak dalam serangkaian kesalahpahaman yang begituh rumit. Konflik dan pengkhianatan menghancurkan kepercayaan mereka. Akan kah semua...