﹒Chapter 02 ⧼ 📖 ⧽

125 17 25
                                    

---
--
-

📍Warning📍
bakal ada adegan penyiksaan, kekerasakan di bab ini jika tidak nyaman segera tinggalkan, ingat ini hanya fiksi semata jangan dibawa-bawa ke dunia nyata❗❗

📍Warning📍bakal ada adegan penyiksaan, kekerasakan di bab ini jika tidak nyaman segera tinggalkan, ingat ini hanya fiksi semata jangan dibawa-bawa ke dunia nyata❗❗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah kejadian kemarin, Indo memutuskan untuk bangun dari kasurnya. Berjalan ke arah kamar mandi dan germercik air terdengar di ruangan tersebut.

Apakah Indo memiliki tetangga? Dia punya namun yang paling dekat dengan Indo adalah seorang pemuda kuliah jurusan bisnis. Wajahnya rupawan jadi banyak penghuni apartemen menggodanya. Entah itu janda, gadis, bahkan ibu-ibu yang sudah memiliki suami pun turut menggoda pemuda tersebut.

Jonathan Thailand Phom, itu namanya. Sering dipangguil Thailand, namun oleh para wanita mereka memanggil Thailand dengan sebutan Nathan yang diambil dari nama depannya JoNATHAN.

Tok tok tok

Suara ketukkan pintu terdengar, dengan cepat Indo keluar dari kamar mandi dan memakai pakaiannya. Hari ini dia dan Thailand hendak berpergian ke wisata jembatan kaca. Kata Thailand sekalian healing dari tugas.

Pintu terbuka, memperlihatkan Thailand yang sudah siap dari segala hal. Mulai dari perbekalan hingga uang sekalipun. "Cepatlah Dra, nanti kita ketinggalan bis!" Ucap Thailand. Oh iya kalian pasti bingung mengapa Indo dipangil Andra oleh Thailand karena dia adalah teman terdekat Indo.

Nama Andra diambil dari kata AnenDRA jika nennya hilang maka jadilah ANDRA. Deheman keluar dari bibir Indo, ia hanya membawa uang saja. Lagipula mereka hanya ke jembatan kaca, mengapa sampai harus membawa perbekalan yang banyak?

Pintu kemudian dikunci, lalu Indo dan Thailand berjalan menuju ke arah halte bus terdekat.

Disisi lain, seorang pemuda yang sepertinya berpenampilan setengah monster dengan satu mata yang sudah hilang dicongkel oleh para ilmuwan. Dia terjebak disini. Dia terjebak karena dirinya sendiri.

Jika saja..ah tidak, tidak ada waktu untuk menyesali semua perbuatannya. Ia harus bebas. Perlu digarisbawahi ia harus bebas bahkan dengan cara apapun. Bahkan jika harus mengeluarkan kekuatannya sekalipun, sepertinya dunia akan segera hancur karenanya. Tapi ia tak peduli. Siapa juga yang mau peduli dengan manusia yang bahkan menyakiti manusia lain.

"Jangan melawanku sialan!" Ujar seorang ilmuwan dengan name tag prof. Singapore Witson Aldebaran. Sengatan listrik menghantam pemuda tersebut. Ya sudah jadi alasan yang monoton, jika ada 'peliharaan' yang menolak maka harus dihukum.

Singapore merupakan profesor yang bertanggung jawab atas pemuda itu. Bentuk tubuh manusianya, sudah setengah diganti dengan uh apapun itu. Pemuda itu bahkan tak mengetahui bahwa ia sudah kehilangan bentuk manusianya walau hanya setengah.

Tanpa perasaan sedikitpun, Singa menendang kepala pemuda itu "experiment 101 bukankah sudah kubilang, lakukan apapun yang kuperintahkan! Jangan melawan atau kau akan kuberikan kepada dia" Pemuda itu hanya menatap datar Singa yang tengah menghukumnya dengan alasan tidak jelas.

Ia sedari tadi hanya diam. Apakah diam juga merupakan sebuah kesalahan untuknya? Pemuda itu adalah hasil experiment yang gagal. DNA yang digabungkan padanya gagal dan berakhirlah dia bersama profesor gila satu ini.

"Kau harus dihukum!" Katanya sambil pergi mengambil mainan kecilnya untuk pemuda itu. Ah dia sangat menantikkan ekspresi rintihan dan memohon ampun itu. Baginya itu sudah menjadi candu untuknya, dari semua experiment yang gagal dia paling suka experiment 101, suka memberontak dan tidak mudah diatur menjadi ketertarikan sendiri.

Menunggu beberapa menit, profesor Singapore membawa sebuah kapak, bola mata milik experiment 101 yang sempat ia congkel beberapa hari lalu, dan sebuah suntikkan berwarna hijau. Pemuda yang berstatus sebagai experiment 101 hanya bisa terdiam.

"Kau akan menjadi objek sempurna untuk melengkapi hidupku yang hampa ini" ucapnya dengan sebuah senyuman mengerikan yang terbit di bibirnya. Ia mulai dengan kasar memotong tangan experiment 101. Tapi tangan itu tumbuh tapi masih kecil dan mungil. Lucu sekali pikir Singa.

Experiment 101 dinyatakan gagal karena kekuatan regenerasi miliknya cacat. Jika regenerasi pada umumnya akan cepat maka regenerasi milik experiment 101 akan berlangsung lama karena harus membesarkan ukuran dan membutuhkan waktu paling lama 4 bulan.

Tangan experiment 101, Singa simpan di sebuah stoples kaca untuk ia awetkan. Bau anyir mulai tercium, karena cara Singa mengawetkannya adalah dengan mengambil darah experiment 489. Dengan ini tangan experiment 101 tidak akan pernah membusuk meskipun disimpan dalam jangka waktu yang lama.

Setelah itu Singa berkata "ah kau ingat beberapa hari lalu aku sempat meminjam bola mata milikmu? Karena aku hanya meminjam jadi akan ku kembalikan ke kamu sekarang"

Ia menyiramkan darah yang menajadi pegawetan mata experiment 101 ke lubang yang tercipta akibat Singa mengcongkel matanya. Rasa perih dengan cepat menjalar dari matanya. Dia berteriak dengan sangat kencang, bahkan banyak para experiment lain terganggu. Tapi lain halnya dengan Singa yang menikmatinya dengan sepenuh hati.

Rasanya sakit, terlebih lukanya bahkan belum sembuh. Dengan tiada belas kasih Singa langsung memasukkan bola mata itu ke tempat seharusnya. Tapi.. sepertinya tidak. Dia malah menaruh bola mata itu di lidah experiment 101. Ya kalian tidak salah dia menaruhnya di lidah.

Dengan kasar ia membuat lubang pada tengah lidah experiment 101. Layaknya sedang menggunting kertas. Bola mata itu dimasukkan ke sana dan ia jahit sedemikian rupa. Ah dia sangat suka melihat ciptaannya semakin 'indah'

"Keja! Ka aahah manusia terkeja! (Kejam! Kau adalah manusia terkejam!)" Ucap sang experiment, membuat Singa kembali terkekeh. Ia lalu menyuntikkan cairan hijau itu dan meninggalkan experiment 101 disana.

Tap tap tap

Langkah kaki yang mulai tak terdengar lagi, menandakkan bahwa profesor Singa telah meninggalkan tempatnya. Mata experiment 101 bergetar, lama kelamaan ia tertawa keras layaknya orang gila. Presetan dengan hukuman konyol, ia harus bebas. Apapun bentuk rupanya ia tak peduli. Bebas hanyalah satu-satunya yang ia inginkan.

ROARRRRRR!

Suara teriakan keras terdengar. Tak berselang lama experiment 101 kembali. Tapi wujudnya saat ini bisa dipastikan adalah monster. Matanya berkilat menandakkan ia ingin balas dendam. Asap kabut berwarna hijau mulai mengepul. Asap itu menyelimuti Bumi.

Kembali pada Indonesia. Dia sekarang tengah berada di halte bis. Tentunya bersama Thailand. Dan kau tau? Disebelahnya ada Russia yang sepertinya baru saja mau berangkat kerja.

Jujur saja mereka canggung, suasana yang sepi hanya suara mobil dan motor lewat yang mereka dengar. Tapi kecanggungan itu berhenti. Asap hijau megepul membuat para pengendara keluar dari sana. Mereka bingung dengan kondisi ini. Awak media dengan cepat melaporkan situasi aneh saat ini. Sementara aktivitas berhenti karena asap aneh ini.

"Apa yang terjadi?" Tanya Thailand melihat sekitar. Indonesia menggeleng tidak tau. Bagaimanapun juga sepertinya self healing nya tidak jadi. Agak aneh memang Indo, daripada mengkhawatirkan asap ini justru dia memikirkan self healing nya.

'Welcome To Labirin Game!'

Suara mesin robot yang menggema mengalihkan atensi mereka. Masing-masing dari mereka mencari asal suara itu tapi tidak menemukkan apapun.

'Hanya ada satu peraturan, jika kau menang maka kau hidup dan jika kau kalah maka kau akan mati. Selamat bermain!'

Lagi-lagi suara robot itu menggema. Dan tiba-tiba..
---
--
-

𝗝𝘂𝘀𝘁 𝗧𝗵𝗲 𝗧𝘄𝗼 𝗢𝗳 𝗨𝘀 [ 𝗖𝗛 ] || HiatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang