0005

2 1 0
                                    

Assalamu'alaikum, hallooo

---

Sepertinya, niat Elgan kemarin, hari ini ditunda. Ia, tidak jadi mengajak anak SMA itu kerumahnya. Padahal, tadi Ia sudah siap untuk memanggilnya dan mengajak kerumahnya. Namun, Mamanya tidak membolehkan dirinya, Elsa bilang "Elgan belum sembuh total, nanti malah makin parah kan, bahaya."

Walaupun Elgan sudah bilang kalau Ia tidak apa-apa, namun Mamanya tetap kekeuh. Pantes adiknya keras kepala, mengikuti jejak sang Mama toh.

"Ma, kasian Iwen kalo gini."

Elsa yang tengah mengoleskan selay di roti menoleh ke arah Elgan, "Mama-kan udah bilang, enggak, ya enggak. Nentang banget si Kamu, nurut Kamu sama Mama, entar tak coret dari KK nangis kejer Kamu."

Elgan meringis, "jahat ih. Sama anaknya masa gitu sih. Tapi, Elgan beneran udah gapapa Ma. Kasian juga Iwen, yang murung terus kayak anak ayam baru lahir."

Elsa mendelik, "El jangan ngomong gitu, gak baik." Ia mengambil gelas dan menuangkan air kedalamnya. "Kalo kamu kayak gini, gak bakal Mama bolehin."

"Eh jangan gitu, Ma. Bolehin ya, El keluar? Ma, boleh ya?"

Elgwen yang baru saja datang dan duduk di kursi makan itu, berucap. "Kakak kenapa Ma? Kayak anak bebek aja."

Elsa pasrah melihat tingkah kedua anaknya, "Kakak sama adik, sama aja. Pusing, Mama." Lirihnya.

"Mama belum jawab pertanyaan Iwen. Emang, Kakak kenapa Ma, itu tangan diperban terus mukanya kayak ternistakan gitu."

Elgan langsung menoleh ke arah adiknya, tatapannya sengit. Aish adik yang satu ini, pinter banget ngomong. "Kakak gapapa, Kamu diajarin siapa si bisa ngomong gitu. Baru kecil juga."

Elgwen tersenyum, "ajaran Papa nih."

Elgan yang mendengar itu langsung memutarkan bola matanya malas, "prettt." Ia beralih menatap sang Mama, "Ma, gimana?"

Elsa membuang nafas pasrah, "boleh, tapi Mama yang ajak Dia kesini."

"Emang tau rumahnya yang mana?"

"Mama gak tau si, tapi nanti sama Iwen. Jadi, tau lah."

Elgwen menaikkan satu alisnya, "emang siapa sih Ma?" Seketika Ia membulatkan bola matanya, Elgwen mengingat sesuatu. "Mbak ya, Ma? Mbak cantik itu kan? Yang itu kan?"

"Iya Iwen, iya."

--

Akibat Ia datang kerumah Elgan lusa lalu. Kini, Slay jadi sungkan untuk bertemu dengan Dia. Slay yang biasanya acuh dengan keadaan, sepertinya sekarang terlihat tidak acuh. Ia tampak terbawa suasana.

Dan sore kali ini, Slay tengah berjalan-jalan disekitar kompleks perumahannya. Melewati beberapa rumah dengan desain berbeda-beda. Jalanan yang Slay lewati lumayan ramai dilintasi oleh kendara beroda satu maupun beroda dua. Dipinggir-pinggir jalan pula, banyak yang berjualan jajanan kaki lima.

Slay berjalan santai sambil sekali-kali melihat-lihat makanan yang dijual oleh pedagang kaki lima. Ia mencari makanan favoritnya, siapa tau ada disana. Makanan favorit Slay adalah bakwan jagung dan tempe goreng, kedua makanan itu sangat mudah ditemui.

Slay berhenti di salah satu penjual gorengan, Ia melihat disana ada tumpukan gorengan, siapa tahu disana ada makanan favoritnya. Kan, lumayan buat cemilan baca Wattpad nanti.

Ia mengembuskan napas pasrah. Ternyata, makanan kesukaannya itu, tidak ada disana. Slay melanjutkan langkah, berniat ingin kembali ke rumah.

Namun, niat Slay terhenti kala Ia melihat siluet seseorang yamg Ia kenal. Ternyata, Slay melihat Al, yang tengah membeli es cendol tepat di sebelah pedagang gorengan. Slay acuh, Ia biarkan saja. Toh tidak akan ada masalah, yang kejadian kemarin pasti sudah Dia lupakan.

Slay berjalan kembali, namun bukan berjalan ke arah rumah. Tetapi ke arah taman, kebetulan disana ada taman bunga yang baru dibuka satu tahun lalu. Ia berhenti di salah satu kursi taman, lalu duduk disana.

Tiba-tiba ada seseorang memegang pundaknya, "Slay olayy." Bisik seseorang itu.

Slay menoleh, oh ternyata Birama. Untung jantungnya tidak copot. "Disini juga ya, udah dari lama?" Tanya Slay.

Birama mendudukkan dirinya di sebelah Slay, "baru si. Kalo, Lo?"

"Baru juga." Slay celingak-celinguk, "eh btw, Kamu sendirian? Gak sama Tirek gitu?"

Birama terkekeh, "Gue gak setiap saat sama Tirek kalik Slay. Tadi si, emang niatnya mau Gue ajak Tirek, tapi Dia nolak. Eh, malah Gue disuruh bareng sama sepupu."

"Ohh, terus sepupu Kamu dimana? Gak kesini juga?"

Birama menggeleng, "kesini, cuman lagi beli es cendol tadi, gak tau kok lama banget."

Slay memutar otaknya, Ia berfikir. "Apa kata Kamu? Es cendol? Es cendol yang di dekat penjual gorengan?"

Birama mengangguk.

"Bir." Suara seseorang terdengar dari arah belakang Mereka.

Birama menoleh, "Al, lama banget Lo. Setahun Gue nunggu disini

Slay pasrah, Ia berusaha untuk menetralkan pikirannya. "Gak, gak. Jangan noleh Slay, jangan. Kamu kan gak mau lagi berurusan sama Dia." Lirih Slay.

Al melihat ke arah samping sepupunya itu, "temen Lo? Baru tau Gue Lo mau temenan sama ukhti-ukhti." Sindir Al.

"Mulut Lo dijaga, jangan asal ceplos." Birama menoleh ke arah Slay, "Slay, ini yang tadi Gue ceritain. Sepupu lambat, yang beli es cendol satu abad." Sinis Birama kepada Al. Al memutarkan bola matanya malas.

Slay yang tengah bermain ponsel langsung menoleh, Ia seketika lupa dengan apa yang terjadi. "Udah ad-"

"LAH, SOK ALIM!?" Al kaget bukan main, Ia menatap wajah Slay dengan aura permusuhan. "Ngapain Lo disini? Mau cari masalah lagi? Ck."

Slay menatap wajah Al malas, "emangnya gak boleh Aku kesini? Inget ini area umu, bro. Dan tentang cari masalah, Hmm.. kayaknya Aku kepengen cari masalah sama Kamu, deh." Slay berdiri lalu terkekeh. "Bercanda kalik, muka Kamu jangan tegang gitu, gak baik. Ya udah, Aku pamit ya, Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam." Balas Birama. Ya, walaupun Ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi diantara Mereka berdua, namun kali ini Ia tidak ikut campur dalam urusan Mereka. Nanti, jika ada waktu Birama akan bertanya kepada Slay.

Sedangkan Al, Ia terdiam, entah mengapa jika berhadapan dengan Slay dirinya tidak bisa bergerak bebas. Aishh.

Birama terkekeh miris, "kalo orang salam tuh dijawab, katanya anak kyai kok kayak gini."

Al menatap wajah Birama, sengit. "Jalan kaki aja sono, Gue gak mau najis kayak Lo naik lagi ke motor Gue."

"Alhamdulillah, dari awal kek. Tapi sebenernya, Gue gak mau juga naik di motor dosa Lo itu. Entar ketularan jadi anak liar, ih bahaya." Ucap Birama lalu pergi, meninggalkan Al sendiri.

"Haha, lucu banget dunia ini. Semuanya saling bertubrukan." Lirih Al.

--

Assalamu'alaikum

Apa kabar nihhh? Alhamdulillah kalo baikk

Makasih yang mau baca cerita inii, semoga mendapatkan pahala, Aamiin.

See you and janlup jaga kesehatan..

Takdir Yang Telah Ditentukan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang