Assalamu'alaikum, hallooo
-
"Jadi, Kamu tu kesana tepat dua tahun lalu? Berarti pas banget dong, Abang juga baru aja ke Singapura waktu itu."
Tirek menaikkan satu alisnya, "Dia baru di Singapura toh? Gue kira Abang Lo itu orang Singapura, soalnya mukanya mirip kayak orang Singapura." Ia terkekeh diakhir ucapannya.
Slay tertawa, "Ya enggaklah, Abang Aku asli Indo, tanpa ada campuran."
Tirek mengangguk-angguk, tanda mengerti. "Tapi, Gue beneran gak nyangka kalau cowok ngeselin itu Abang Lo, Slay. Bener-bener dunia sesempit itu, ya."
Slay tersenyum, "jangankan Kamu, Aku aja gak nyangka kalo Kamu orang yang ditabrak Abang." Ia menatap Tirek penuh selidik, "eh, tapi Kamu gak suka kan sama Abang?"
Tirek terdiam, Ia mengaduk-aduk es krim kap-nya yang hampir mencair. "maksudnya ucapan Lo apa? Ya gak mungkinlah. Ngapain Aku suka sama orang kayak gitu."
Slay mengedikkan bahu, "yaa kan, bisa aja Kamu suka sama Abang. Siapa tau kayak yang ditipi-tipi ituu, apa sih namanya?" Ia berfikir sejenak, "ishh kok lupaa, apasihh namanya-"
"Cinta pada pandangan pertama."
"Nah iya ituu, bisa aja Kamu kayak gitu. Tirek, Kamu beneran gak suka sama Abang?" Goda Slay kepada Tirek.
Tirek berdehem, "udahlah, kenapa Lo jadi nanyain Gue gini."
"Nanya doang. Abang-kan, gak punya pacar. Jadi, kalo Kamu suka sama Abang, ya berusaha dapetin hatinya." Ucap Slay.
"Hah?"
--
Suasana kelas XII MIPA 1 sepertinya sedang tidak kondusif. Karena guru rapat, jadinya semua murid di kelas itu me-reog dengan puasnya.
Berbagai macam kegiatan saat jamkos telah digelar. Seperti mengadakan audisi menyanyi, membaca Wattpad, Tidur secara berjamaah, Mabar game, Nonton drakor, dan masih banyak lagi. Semua itu digelar secara serentak dikelas XII MIPA 1.
Suara-suara bising mulai terdengar sangat jelas, dari satu meja ke meja yang lain. Semuanya tengah asik dengan aktivitasnya masing-masing.
"Wahai author jahatnammm, kenapa engkau meng-sad endingkan cerita inii." Seru Slay dengan dramatisnya.
Rezy yang berada di di bangku tepat di belakang Slay, menutup telinganya sebelah. "Alahh, berisik Slay buah. Diem, Gue mo main. Lo-"
"SAMPING LO MUSUH ZY, AWAS."Rezy gelagapan, "mana, mana? BJIRR LAH, WOYY ES KIKO, JANGAN MAIN KEROYOKAN LO! MAJU SINI KAUU, HAIYAAA."
Kiko yang berada tak jauh dari tempat Rezy sedikit mengeraskan suara, "alah bacot Lo, maju sini, ayo satu lawan satuu."
Seno memekik histeris kala dibelakangnya ada Weris, lawan mainnya. "Ris, sakit hati dedek bang Lo kayak gitu."
Weris melempar kemoceng ke arah mulut Seno, "jijik Gue dengernya Tong Lo- ehhh jan kayak gitu njir."
"Alah Lo bisa-bisanya- Arghhh" teriak Kiko.
"Woahhhh." Seno dan Rezy ber-tos ria. Mereka menang dalam permainan kali ini, Kiko dan Weris kalah.
"Ksian Lo berdua, kalah kan. Makanya jangan tergoda sama ucapan babang gentong." Seno tertawa diakhir ucapannya.
Mari Kita beralih ke Tirek, yang sedang asik menonton drakor favoritnya.
Tirek menjerit-jerit tak jelas kala ada adegan yang membuatnya baper, "aaaa soswittttt." Ia sampai mendorong-dorong Birama yang berada disampingnya.
Berbeda dengan kelas sebelah. Kelas XII MIPA 2 terlihat lebih kondusif. Mungkin karena ada Ketua Osis disana, jadi kelas tampak terjaga. Walaupun Mereka berdecak sekali-kali kala mendengar suara berisik kelas sebelah. Namun, Elgan selalu mengingatkan kepada Mereka agar tidak ada yang berisik.
Itulah yang menjadi alasan mengapa Elgan menjadi seorang Ketua Osis. Sikap disiplin, jujur dan bertanggung jawabnya-lah yang mengakibatkan Ia direkrut menjadi KETOS.
Elgan berdiri dari duduknya, "Fin, Gue titip kelas ini sama Lo, Gue mau ke ruang OSIS."
Fino yang sedang mengerjakan tugas mengangguk tanpa melihat ke arah Elgan. Elgan berlalu pergi meninggalkan kelas, menuju ke ruang OSIS.
Slay tampak misuh-misuh tak jelas sekarang, "apasih, adek kelas gak ada adab ya gitu, asal ceplos aja. Ihh greget Aku."
Birama memegang pundak Slay, menepuknya pelan. "Sabar, orang yang kayak gitu biasanya sering ngerjain dosa." Ia tersenyum lalu tak lama menatap Slay tanpa ekspresi. "Slay, Gue mau nanya. Lo, pacaran sama Al?"
Slay yang ingin menyuapkan sesendok nasi goreng ke mulutnya pun urung, Ia langsung menatap Birama. "Enggak, Aku gak ada apa-apa sama Al."
Tirek yang baru saja datang dengan membawa bakso langsung nyambung, "Slay, Lo kenal Al? Wahh hebat banget Lo. Eh katanya Al itu psikopat ya? Bener ga si?"
Ucapan Tirek membuat Birama langsung terdiam seketika. Slay yang melihat bahwa Birama tidak nyaman langsung mengalihkan topik dan perhatian Tirek. "Aduhh, aishh sariawan nih kayaknya aku, pedih banget bibir Aku." Slay menatap Tirek, "Rek, beliin lasegar dong, hehe pake duit Kamu ya. Duit Ku habis." Ia menyengir tak berdosa.
"Baru juga mau makan, Slay. Ya udah bentar, Gue beliin." Tirek berdiri ogah-ogahan, melangkahkan kaki untuk membeli minuman lasegar.
"Bi sebenarnya, Aku gak mau Kita bertiga jadi ada banyak rahasia gini, Aku maunya Kita cerita satu sama lain. Tapi, kalo Kamu belum siap, ya gapapa. Nanti, pasti akan ada waktu buat Kita terbuka untuk satu sama lain." Jelas Slay.
Birama menghembuskan nafas pelan, "Gue pengen aja cerita sekarang, tapi Gue belum siap. Seperti yang Lo bilang. Pasti, nanti ada waktu dimana Gue terbuka sama Kalian dan pada waktu itu juga, Gue bakalan cerita." Ia beranjak berdiri dari duduknya, "Gue duluan ya. Tolong, nanti biar Gue aja yang bilang perihal ini ke Tirek. Jadi, Lo jangan dulu ngomongin ini ke Dia."
Slay mengangguk, "gak bakal aku ngomong ke Dia, Kamu yang bakal tanggung jawab soalnya."
Birama tersenyum lalu melangkahkan kaki menuju kelas.
Tak lama setelah Birama meninggalkan kantin, Tirek datang dengan membawa titipan Slay. Ia menaikkan satu alisnya, kala melihat Birama yang sudah tidak ada di kantin. "Birama kenapa? Tumben ke kelas duluan, biasanya bareng."
Slay mengedikkan bahu, tatapannya beralih ke tangan Tirek. "Sini lasegar Ku, makasih yaa udah mau beliin. Entar uangnya Aku ganti, tapi gak janji."
"Gak usah diganti, cuman tuju ribu juga."
Entah mengapa, istirahat kedua kali ini terlihat lebih lama dibandingkan istirahat pertama tadi. Slay dan Tirek memutuskan untuk kembali ke kelas. Mereka sudah puas mengisi perut dengan aneka makanan.
Saat Mereka berjalan melewati koridor, Tirek tiba-tiba membuka topik mengenai Dirinya dan juga Sozien. "Tentang Gue yang ke tabrak itu, Lo gak kasih tau ke Birama-kan?"
Slay yang sedang membenarkan hijabnya menoleh ke arah Tirek, "enggak, emang kenapa?"
"Jangan kasih tau ke Dia, ya? Entar biar Gue aja yang ngomong sama Dia. Biar gak ada rahasia di antara Kita."
Slay tersenyum lalu mengangguk. "Rek, maybe kedepannya bakalan banyak rahasia yang bakal kebongkar."
--
Assalamu'alaikum, haii haiii
Eh tau ga sii, aku tu PD banget kalo cerita ini bakalan banyak yang baca, tapi takut juga kalo cerita ini bakalan sepii kayak kuburan gitu:) Bismillah aja, gohahohahooo
Okee, janlup jaga kesehatan, yang puasa jangan mokel_^
Eh btw, ini aku buat masih di bulan puasa. See youuu
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Yang Telah Ditentukan
General Fiction"Nama, asal, sekolah. Gue perlu tau semua." "Kamu tuh sebenarnya siapa? Aku gak mau ngelamar kerja, kok malah ditanyain gituan."