Bab 1

465 96 33
                                    

Neneng & Juragan Al - Bab 1

"Alhamdulillah. Akhirnya selesai juga!"

Pagi-pagi sekali Neneng sudah menyapu dan mengepel lorong lantai satu dan dua gedung kos putri Nuansa Alam milik Juragan Alvaro, pria 30 tahun yang selalu bertampang galak ketika menagih uang kos kepada para penghuni. Neneng mandi keringat, tetapi ia tetap bersemangat. Sudah seminggu ini Neneng bekerja membersihkan tempat kos gara-gara gadis itu tidak bisa membayar biaya kos. Jadi sisa tiga minggu lagi barulah utangnya kepada Juragan Al lunas.

Neneng tidak bisa pindah ke tempat lain sebab menurut Neneng, tempat kosan ini sangat sempurna. Murah, tetapi fasilitasnya seperti kosan mahal. Bangunannya kokoh, apik, dan bersih meski telah berdiri selama dua puluh tahun. Dinding dan pintunya dicat aneka warna. Ada yang biru tua, merah terang, warna pastel, dan warna lainnya. Kamar kos Neneng sendiri bercat biru langit dan ia sangat menyukainya.

Untuk fasilitas di dalam kamar ada tempat tidur, lemari pakaian, meja set kursi, dan kipas angin. Sementara untuk mandi, tersedia banyak bilik di ujung koridor. Dapurnya ada di lantai satu dan dua, sementara untuk tempat jemuran tersedia di rooftop. Parkiran luas, tetapi hanya untuk motor dan sepeda. Ada taman juga dengan tiga buah gazebo dan pepohonan rindang serta tanaman bunga dan sayur mayur, serta kolam ikan. Kesemuanya itu membuat kos Nuansa Alam menjadi favorit para mahasiswi ataupun para perantau.

Makanya, Neneng rela bekerja selama satu bulan agar bisa membayar kosan. Dia hanya perlu bekerja di pagi hari sebelum kuliah, dan malam hari setelah pulang kuliah atau pulang kerja dari toko kue.

Honor paruh waktu Neneng di toko kue, cukup untuk biaya sehari-hari dan juga kuliah. Jika ada rezeki lebih, Neneng akan mengirimkan untuk orang tuanya di desa di kaki gunung. Seminggu lalu, honor Neneng dipinjam teman kuliahnya dan belum dikembalikan. Akibatnya, Neneng tidak bisa membayar uang kosan. Jadilah ia terpaksa memohon kepada Juragan Al agar diperbolehkan tetap tinggal di kos dengan syarat ia bersedia membantu pekerjaan Bu Yayuk dan Pak Dede yang merupakan penjaga kos.

Ketika akan berangkat ke toko kue, Neneng berpapasan dengan mobil Juragan Al yang berhenti di depannya. Rumah Juragan Al berada tepat di sebelah bangunan kosan 20 pintu miliknya, hanya dipisahkan tembok sebatas dada orang dewasa.

"Mau ke toko?" sapa Juragan Al tanpa senyum.

"Inggih, Juragan."

"Kalau gitu saya antar, sekalian jalan."

Mata cokelat Neneng langsung bersinar-sinar. "Makasih, Juragan!"

Ketika Neneng akan masuk ke pintu tengah, Juragan Al langsung memarahinya. "Kamu kira saya sopir kamu? Pindah ke depan."

Bukan Neneng tidak mau, tetapi duduk berdekatan dengan pria tentu bukan hal yang biasa Neneng lakukan selama ini.

Eh, tapi... Juragan Al kan bisa dibilang sudah mau paruh baya, kan. Tiga puluh tahun kan termasuk tua, pikir Neneng.

"Ayo cepat."

"I-iya, Juragan." Akhirnya Neneng pun masuk melewati pintu depan dan duduk di sebelah Juragan Al.

Hari masih pagi sekitar pukul 6. Neneng biasa berangkat pagi agar tidak terjebak kemacetan lalu lintas. Biasanya ia akan berjalan kaki menuju jalan raya kemudian menaiki angkutan umum sampai ke toko kue Sweet. Beruntung, kali ini ia bisa menghemat biaya angkot.

"Makasih udah bantu bersih-bersih di kosan."

Neneng mengangguk. "Sama-sama, Juragan. Saya juga berterima kasih karena Juragan bersedia tidak melempar saya keluar dari kosan."

"Kamu kan bisa masuk ke kosan karena hafal juz 30, jadi saya nggak mungkin ngusir kamu. Nanti saya kualat sama orangtua saya. Kalau penghuni kos mau keluar atas kemauan sendiri, baru saya persilakan."

Jantung Neneng berdesir. Jadi itu alasan Juragan Al diam saja saat ia mengatakan belum mempunyai uang untuk membayar kosan seminggu lalu? Dan pria itu langsung setuju ketika Neneng mengatakan akan membantu pekerjaan Bu Yayuk dan Pak Dede selama sebulan agar tidak diusir dari kosan.

"Terima kasih, Juragan."

"Ya sama-sama."

Hening selama beberapa saat, hanya terdengar nyanyian shalawat dari radio, Antassalam yang dibawakan Adzando Davema. Suaranya begitu jernih, dan penyanyinya juga berwajah rupawan hingga Neneng berharap mempunyai jodoh seperti pria itu.

Omong-omong, owner toko kue Sweet bernama Pak Lee Zando yang beristrikan Bu Laila. Keduanya sangat serasi dan terlihat saling menyayangi, membuat siapa saja yang melihatnya merasa tenteram dan betah bekerja bersama mereka.

Ehm, tidak seperti pria di sebelah Neneng satu ini. Sejujurnya Neneng tidak ingin ikut menumpang, tetapi karena Neneng sedang berhemat dan demi kesopanan, jadi ia menerimanya. Habis... Juragan Al ini pelit banget buat senyum, alisnya yang tebal melengkung membuat wajah tampannya tampak bak pemeran antagonis dalam sinetron atau ftv yang sering ibunya tonton di kampung.

"Neneng."

"Ya, Juragan?"

"Sudah punya calon suami?"

Neneng mengerjapkan mata. Ia menoleh menatap Juragan Al dengan bingung. "Belum, Juragan."

"Saya lagi cari istri."

Nah loh. Maksud Juragan Al apa nih? batin Neneng mengerutkan kening.

"Saya butuh istri yang bisa diajak susah, seperti beres-beres tempat kos di saat pegawai mudik. Saya juga butuh istri yang bisa bantu-bantu di agen sembako pusat dan cabang, misalnya rapi-rapi barang, jadi kasir, dan lain sebagainya.

Juragan Al ini selain pemilik kosan, dia juga pemilik 10 agen sembako besar yang tersebar di 5 kota.

Neneng tertegun. "Juragan cari istri atau cari pembantu?"

Juragan Al berdeham. "Ya istri, tapi yang mau diajak susah."

Neneng beristigfar dalam hati. Ia merasa kasihan kepada perempuan yang akan menjadi istrinya nanti. Sebaiknya ia tidak menjodohkan siapa pun dengan juragan yang satu ini. Bahaya.

"Oh gitu, ya, Juragan. Semoga cepat bertemu dengan jodohnya."

Juragan Al kembali berdeham membuat Neneng berpikir pria itu sedang sakit tenggorokan.

"Kalau kamu gimana?"

"Apanya yang gimana, Juragan?" Neneng balik bertanya.

"Ya itu, apa kamu mau jadi istri saya, Neneng?"

Neneng terdiam lama sebelum ia beristigfar dengan terkejut. "Saya, Juragan?? Saya kan baru saja kuliah, Juragan. Lagi pula, saya nggak bisa diajak susah. Eh, maksud saya, saya kan harus belajar sampai lulus kuliah dan bisa sukses supaya bisa bantu Ibu dan Bapak di kampung," jawab Neneng panjang lebar dengan panik dan pucat pasi. Keringat dingin sudah membanjiri punggungnya.

"Jangan buru-buru menjawab, Neneng. Pikirkan saja dulu," ucap Juragan Al melirik Neneng sekilas. Ia pun kembali fokus pada jalanan di depannya. "Dari semua penghuni kos Nuansa Alam, sepertinya cuma kamu yang cocok dan bisa diajak susah."

Neneng kembali beristigfar. Rasanya ia ingin sekali turun dari mobil saat ini juga.

***

Emerald8623 & Nda-Aqila

Sabtu, 23 Maret 2024, 1445 H, 19.39 wib.

Juragan Kos Galak VS Mahasiswi Kere (Emerald & Aqiladyna)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang