Peri Aura⭐

64 35 9
                                    

Semua siswa dan siswi kembali ke kelas usai melaksanakan apel pagi.
“Jadi kalian isi kertas ini dengan nama cewek tercantik di sini ya,” ucap seorang pria yang berjabat sebagai ketua kelas di kelas 11 b.
Aura menaikkan satu alisnya, memberikan isyarat bahwa ia bingung dengan nama siapa yang harus ia tulis. kaira menggunakan tangannya sebagai bahasa isyarat. Aura mengangguk, ia paham. kaira menyuruhnya untuk menuliskan namanya sendiri. selama 5 menit kelas menjadi riuh sibuk oleh perbincangan siapa yang akan menjadi bintang dan bulan sekolah.
“Oke, diam semua.” Perintah guru di depan dengan senyum yang berseri-seri,
“Laki lakinya Satria,” tepuk tangan meriuhkan suasana kelas. Pria bernama Satria itu berdiri tanpa ekspresi di wajahnya. Setahunya, Satria adalah atlet lari, dia juga adalah salah satu dari lima siswa dengan nilai tubuh terbaik, wajahnya juga lumayan.
“Aura dan Khaira,” hening sebentar, barulah terdengar tepukan tangan saat Satria memulainya. tunggu, apa katanya? Aura dan Khaira?
“Kalian bertiga bisa ke aula sekarang,”
kami bertiga hanya mengangguk menurut dan berjalan menuju Aula.
“Gak menyangka, anak baru bisa jadi calon bintang SMA San Marino,” ucap Satria mencairkan suasana saat mereka bertiga berjalan beriringan menuju aula. entah ejekan atau pujian Aura tak tahu. Aura hanya menghela napas.
“Bingung juga kenapa banyak yang vote gue,” balas Aura tanpa mengalihkan pandangannya dari depan.
“Hai Khaira, cie calon bintang San,” sapa Fikri, eh. Lebih tepatnya Arez.
“Iya nih, Lo sendiri? Calon bulan San?” tanya Khaira, Aura mendelik. Apa-apaan nenek sihir ini jadi ramah? Kok gak judes? Heran Aura. Aura membiarkan Khaira dan Arez melanjutkan obrolannya sedangkan dirinya dan Satria sudah masuk dalam aula untuk seleksi selanjutnya.
Seleksi pertama selesai, 20 dari 30 siswa tersingkirkan. Arez, Satria, Aura, dan Khaira masih berada di aula itu, itu seperti seleksi untuk menjadi model Indonesia, astaga.
“Lo manusia atau peri sih? atau bidadari?” tanya Fabregas saat ia mulai mencatat dan memberikan nilai untuk penampilan Aura. Fabregas adalah sekretaris OSIS Aura tertegun. Apakah Fabregas tahu?
“M-manusia lah, bertampang peri tapi, jadi jelas kalau gue secantik peri,” jawab Aura setenang mungkin, terdengar gelak tawa renyah dari Fabregas.
“Aura, perinya Egas.” semua panitia dan tim menoleh saat mendengar kalimat yang terlontar dari mulut Fabregas.
“Kayaknya ada aroma-aroma cinta deh,” goda Satria yang disoraki riuh tawa lainnya. sedangkan Aura hanya tersenyum kecil, berusaha menahan gejolak jantung yang akan melompat keluar dan semburat merah di pipinya, Aura menunduk tersipu.
“Permainan dimulai dalam hitungan hari,”
Aura mengangkat kepalanya, mencari sosok pemilik suara.
“Permainan dimulai dalam hitungan hari,” Aura mengulangi kalimat itu.
“Permainan apa Ra?” tanya Satria saat mendengar gumaman pelan Aura.
“Pria itu pecundang, aku bisa mendapatkan dirimu dengan caraku sendiri,”
“Hah?!”
BRUGH..
Aura merasa tubuhnya kehilangan keseimbangan, ia merasa seolah oksigen di sekitarnya mendadak lenyap tersedot. Kakinya tak mampu mempertahankan dirinya agar tetap berdiri, selanjutnya gelap.
Fabregas menatap sinis Satria. Bisa-bisanya mereka dekat? tiba-tiba jantung Fabregas seolah berhenti berdetak, gadis yang selalu ia perhatikan itu jatuh pingsan. Fabregas berlari menghampiri gadis itu, mendorong pelan tubuh Satria yang hendak menggendongnya. Fabregas dengan cepat menggotong tubuh gadis itu menuju UKS.
“Aura?” kaget Khaira, ia cepat-cepat mengisi formulir data diri dengan secepat kilat. mungkin nanti akan dikira mempunyai cita-cita sebagai dokter karena tulisannya. Aura dan Aura, sahabatnya itu memenuhi benaknya.
“Cepat banget?” tanya Riko yang bertugas mengecek formulir data kandidat bintang. Khaira hanya memutar bola matanya, “Selesai, gua boleh keluarkan?”
“Ngapain? Lo udah terkurung di lubuk hati gua,”
“Najis gila!” Khaira meringis dan beringsut pergi dari ruangan pengisian formulir itu. Riko hanya terkekeh geli, tidak merasa tersinggung sedikit pun. Tapi Riko mengaku, Khaira memang gadis yang cantik dan cerdas, juga dingin, entah lahir dengan suhu derajat berapa Celcius ia. Baru ini, pertama kali Riko gagal dalam menggoda gadis. Biasanya yang baru kenal pun akan terpikat, tapi Khaira? Gadis itu malah bisa membuat dirinya terkena flu.
“Aura,” panggil Khaira di UKS, Khaira sedikit lega melihat Fabregas berada di sisi kiri sahabatnya itu.
“Kenapa tiba-tiba?” tanya Khaira keheranan. Aura hanya mengangkat bahu sebagai jawaban.
“Gua bisa baca pikiran orang,” Khaira mengangkat aliasnya, mulutnya asyik menyeruput jus mangga.
“Wah keren dong, hebat.” Puji Khaira tanpa ekspresi. Aura hanya mendengus kesal, memang dikira enggak ada efek sampingnya apa? Gerutu Aura dalam batinnya.

Secret fantasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang