Rain⭐

50 23 15
                                    

Fabregas mengelap keringat di pelipisnya dengan jersey putihnya. Hal itu membuat kaum hawa berteriak histeris, salah tingkah demi melihat otot perut samar-samar terbentuk di perut ramping Fabregas, Fabregas berada di lapangan basket sekolah. Lusa adalah hari pertandingan basket antar provinsi. Fabregas sebagai kapten basket SMA San Marino harus berlatih keras demi meraih kemenangan sekolahnya.
“Semangat kak Egas!!” teriak beberapa rombongan wanita yang sedang mengibarkan bendera kain berwarna pink dengan... Foto Fabregas? Dan? SEMNGAT UNTUK MY LOVE? Aura tersenyum geli membacanya, ia mengalihkan pandangannya, kembali memandang lapangan dan mencari sosok pria yang menjadi sorotan siswa-siswi lainnya. Ternyata Fabregas menatapnya, Aura tersenyum dan melambaikan tangan, bukannya membalas lambaian tangan dan senyuman manis Aura, Fabregas malah menyatukan tangannya dan membentuk jemarinya menjadi bentuk hati, love mungkin. Tak lupa, dengan senyum iklan Pepsodent, Detik itu juga lapangan seolah disihir menjadi kuburan. Tenggorokan Aura kering, dengan susah payah ia menelan ludahnya. Mata tajam fans-fans Fabregas itu seolah-olah bisa memakan dirinya mentah-mentah. Lain cerita dengan orang-orang yang malah bersusah payah melayarkan nama dirinya dan Fabregas untuk menjadi kapal baru di sekolah mereka berteriak menggoda Aura. Sedangkan Khaira hanya tersenyum geli melihat kehebohan ini. Tolong! Ini bukan lelucon.
“Bentuk hati yang mengundang kebencian,” bisik seseorang dengan senyum smirk, ia mengamati Fabregas dan Aura bergantian.
“Rain!”

“Bentuk hati yang mengundang kebencian?”
“Rain!” Aura terkejut setelah bibirnya berhenti bergumam, terdengar suara pot yang terjatuh. Aura menoleh, selanjutnya rintikan air hujan turun. Aura menoleh ingin mengajak Khaira untuk pergi berteduh di kantin. Tapi ternyata Khaira sudah berlarian kecil menuju kelas bersama siswa-siswi lainnya.
“Nanti sakit,” sebuah benda berwarna bening melindungi aura dari rintik gerimis hujan. Fabregas dan payung beningnya. Berlanjut, sorakan goda dari siswa-siswi lainnya yang berada di pinggiran kelas, bahkan dari balkon kelas atas. Aura menatap sekeliling, oh. di lapangan basket ini hanya ada dirinya dan Fabregas, dan tidak lupa rintik hujan. Fabregas dengan santai merangkul pundak Aura dan menuntunnya untuk menepi ke pinggiran kelas.
“Mau ke kantin?” tawar Fabregas saat mereka berjalan melewati lorong kelas. Aura mengangguk, memang itu tujuannya.

“Ini yang kedua kalinya,” ucap pria itu dingin, tak lupa senyum smirk yang menambah kesan kejamnya.
“Kali ini, gadis itu akan menjadi milik saya.” Balasnya dengan penuh tekad, bola mata hijaunya penuh dengan kebencian yang tersirat.

“Hai Aura,” sapa Arez saat mereka bertemu di lorong kelas 11.
“Oh, Arez. Hai,” balas Aura dengan senyuman.
“Sendiri aja?” tanya Arez saat mereka berjalan bersama.
“Tadi sama kak Fabregas,” jawab Aura santai. selesai, itulah akhir obrolan. Arez pamit untuk lebih dahulu berjalan karena guru kelas 11D sudah masuk.
Aura tersenyum sendiri, ini hari ketiganya di Jakarta titik ya sudah memiliki teman-teman yang berlaku baik padanya. Satria, Fabregas. Mereka baik terutama Fabregas. Dan.. Arez? Meski masih ada kecanggungan dalam berbicara, dia adalah pria yang cukup baik. Arez adalah atlet bela diri, prestasinya dalam menggeluti bidang bela diri sangatlah baik. Kata Khaira, Arez adalah salah satu dari top 10 pria SanSmartBoys.
hujan sudah turun lamanya sejak 1 jam yang lalu. sampai sekarang hujan masih belum bosan mengguyur kota Jakarta, jam pulang sudah lewat 12 menit. Aura mendengus kesal, ia sudah lelah dan bosan melihat buliran air itu membasahi lapangan, tanaman, bahkan beberapa teras kelas.
“Ayo pulang sama gua,”
Aura menoleh. Fabregas, tak lupa dengan senyum khasnya.
“Khaira gimana?” tanya Aura ragu.
“Khaira sama gua aja,” suara itu datang dari belakang. Aura, Fabregas, tentu Khaira menoleh terkejut. Aura membesarkan bola matanya, itu yang namanya Riko? Yang tadi pagi ketawa waktu Khaira jatuh kan?
“Ogah!” ketus Khaira tanpa menatap tatapan menggoda Riko. Riko berdecak kesal dan tanpa permisi bahkan basa-basi, Riko menarik pergelangan tangan Khaira untuk melewati lapangan dengan payung navy yang melindungi.
Khaira ingin mengelak, tapi dirinya dan Riko sudah terjebak di lapangan dengan lindungan payung navy ini. mirip kisah Wattpad yang pernah ia baca. tidak sampai di situ, di tengah lapangan, meski Khaira sudah menurut untuk mengikuti ajakannya tangan Riko masih tetap menggenggam tangan Khaira, Khaira hanya memutar bola matanya kesal.

Secret fantasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang