Lima tahun kemudian, mereka telah merawat Iris dengan baik sehingga Iris menjadi anak yang cantik dan manis. Warna matanya semakin indah dipandang dengan pipi yang sedikit chubby dan juga wajah yang mungil itu.
Saat semuanya sedang menikmati makan siang, beberapa hewan dari dalam hutan yang berada di kaki gunung keluar satu persatu. Beberapa burung juga terbang tak beraturan.
Sore hari, Iris dan Levian tengah bermain bersama golem kecil milik Caus. Mereka bertiga terlihat begitu bahagia. Xion dan Adara merasa senang saat melihat momen itu sambil duduk tak jauh dari gua.
"Aku harap bisa seperti ini selamanya..." ujar Adara dengan senyuman yang merekah.
"Aku juga, melihat Iris besar adalah keinginanku yang paling besar. Tapi apakah Iris akan bisa beradaptasi dengan dunia luar?"
Adara menoleh dengan bingung.
"Maksudku, Iris pasti tidak mungkin selalu berada disini seumur hidupnya. Pasti ia akan keluar dari pulau ini"
"Benar juga, kita juga tak mungkin merawat Iris selamanya. Ia memiliki hidupnya sendiri tanpa kita."
"Saat kita berunding memikirkan namanya, aku merasa senang sekali. Kekompakan kita membuat kita seperti keluarga. Padahal, kita dulunya asing satu sama lain."
Pikiran Xion menjelajah ke masa lalu, saat dirinya dan yang lain sedang berunding memikirkan sebuah nama yang cocok dengan bayi nephilim itu. Sebelumnya, lima tahun lalu setelah mereka berhasil mendiami gua itu, Levian, Adara, dan Caus sempat berselisih tentang nama apa yang akan mereka berikan. Hingga akhirnya Xion memenangkan perselisihan itu. Walaupun, dia tidak berselisih tentang itu.
"Jadi, mau dinamakan siapa?" tanya Levian.
Elf itu menyender didinding gua usai membuat beberapa Tlun yang diletakkan di beberapa sudut gua. Gua itu menjadi terang benderang. Terlihat beberapa tumbuhan yang masih menempel dan bau lumut yang cukup pekat.
"Iris Mirabelle, nama yang bagus, kan?" ujar Xion dengan suara yang begitu tenang.
"Iris? Nama macam apa itu?" Levian sedikit penasaran.
"Iris nama yang aneh untuk seorang wanita," Adara menimpali.
"Aku mendapatkan nama itu dari seseorang di mimpiku," jawab Xion sedikit rancu.
Mereka semua lalu terpegun. Levian langsung berdiri dan menghampiri Xion. Posisinya kini berada tepat di depan naga emas itu.
"Mimpi? Apa kau serius? Maksudku semua hal yang ada dimimpi itu hanyalah palsu."
Adara dan Caus juga sama penasarannya, "Jadi, siapa yang memberikan nama itu? Apa dari Alfhen?" tanya Adara kemudian.
"Benar, aku tidak tahu. Mungkin karena aku ada hubungan yang tak terlihat jadi ia bisa datang kemimpiku," jawab Xion dengan nada ragu.
"Maksudmu Alfhen ada keturunan iblis maka kau ada 'hubungan' karena kau dulu berasal dari neraka, begitu?" tanya Levian kemudian. Alisnya mengernyit.
"Mungkin saja."
"Dan apa kau tahu apa arti nama itu?" Adara masih penasaran. Matanya terpaku erat ke wajah Xion.
"Iris yang berarti pelangi, dan Mirabelle yang berarti mengagumkan. Seolah Alfhen tahu bahwa anaknya ini mengagumkan. Lihat mata itu, cantik seperti pelangi," pungkas Xion dengan mata yang tertuju pada bayi yang tertidur diatas batu beralas jerami hijau.
Adara dan yang lainnya terdiam, netra mereka juga ikut tertuju pada si bayi. "Benar, bayi itu benar-benar mengagumkan," kata Adara dengan sudut bibir yang terangkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
EPIC (Re-Written)
FantasíaSeorang bayi keturunan manusia terakhir diburu oleh banyak monster diberi kekuatan yang menakjubkan dan diramalkan kalau bayi tersebut akan memusnahkan seluruh koloni yang menghancurkan dunia dimana bayi itu berasal dengan kekuatan yang ia turunkan...