Chapter 10

1 0 0
                                    

Boy or man?

~

....

"....Ini tuh masih belum berkembang menurut saya, Leo. C'mon, kamu harusnya bisa menyusun skripsimu lebih dari ini. Ini saja masih banyak salahnya. Coba kamu pikir, kalau terus-terusan skripsi mu tidak ada perkembangan begini, bagaimana kamu bisa secepatnya sidang? " Ujar seorang dosen pembimbing.

"Maaf pak atas kesalahan saya tersebut. Saya akan coba perbaiki. " Ucap Leo tertunduk.

"Tolonglah Leo. Kamu mahasiswa teladan. Jangan sampai malu-maluin nama saya sebagai pembimbingmu. Yang harusnya kamu selesai lebih dulu ketimbang mereka yang tidak ada pencapaian sama sekali di kampus ini. " Ucap tinggi dosen yang akrab disapa pak Mahesa tersebut.

Leo maklum beliau bicara seperti itu padanya, seperti menaruh harapan besar pada dirinya yang justru merasa tidak yakin pada diri-sendiri untuk tetap bisa menjadi kebanggaan.

Usai kejadian itu, Leo keluar dari ruangan pak Mahesa dan mengoreksi diri. Patah semangat sudah tentu. Tujuan arah hidup seperti tak beraturan. Sampai suatu ketika ia bertemu salah satu sahabatnya, Adinda. Perempuan yang selama ini mengejarnya dalam diam. Hanya saja ia tak menggubris hal itu. Leo teringat, Adinda bisa menolongnya di situasi sulit yang dihadapinya kala itu dengan kejeniusannya. Maka dari itu, ia mengajaknya ke suatu tempat dan bertemu dengan orang-orang baru. Namun, untuk mensiasati itu semua, Leo sebisa mungkin harus bikin Adinda merasa dicintai terlebih dahulu, kemudian akan ia buat jatuh sejatuh-jatuhnya. Entah dorongan dari mana, ujar Leo pada diri sendiri. Ia percaya, semua itu hanya terjadi sementara. Toh setelah berhasil memperoleh apa yang diinginkannya, semua akan  berjalan normal kembali bukan?

...

"... Jadi gitu ceritanya, Chan. Gue lagi bimbang banget buat ngejalaninnya saat ini, " Ujar Adinda di tengah malam di sebuah bilik kamar seorang perempuan yang kemungkinan punya problem yang sama.

Dua-duanya tak bisa tidur hanya untuk mendengarkan sebuah curahan hati.

", habisnya dari awal status kita kan cuma sahabatan, lama-lama berubah jadi pacaran, gue masih ngga yakin bisa sembunyiin itu dari Viktor, Chan. Gue takut dia marah besar ke Leo. " Lanjut Adinda.

Sesekali ia merebahkan kepalanya ke pundak Chandra, seorang sahabat yang paling ia percaya.

"Jadi, gimana menurut elo, Chan? Apa gue harus tetap rahasiain soal itu sama Viktor ya Chan? " Tanya Adinda memvalidasi.

"Kalau menurut gue ya, Din, ngga adil rasanya bagi Viktor seorang yang ngga tahu soal ini. Karena walaupun begitu, dia kan juga sahabat kita. Soal urusan elo dan Leo, itu kan hak kalian untuk menjalin hubungan yang lebih dari sahabat. Gue pribadi dukung kalian kok. Gue seneng malahan Leo udah ngga gantungin perasaan elo lagi, Dinda. " Jelas Chandra.

Secara perlahan, senyum Adinda muncul. Tapi di sisi lain, pikirannya selalu memandang negatif ke Viktor. Hal itu belum bisa Adinda jelaskan ke Chandra mengapa ia sampai setakut itu kalau Viktor sampai tahu bahwa ia dan Leo jadian. Pada intinya, hal itu merupakan momen bahagia yang patut dirayakan. Petang menuju pagi, Adinda berkutat di dapurnya Chandra untuk membuatkannya sebuah sup dengan bahan-bahan yang ada sebagai imbalan terimakasih atas diizinkannya ia menginap disana sambil dengerin curhatannya.

***

Tok!

Tok!

Tok!

Pagi itu sekitar pukul 10 pagi, dan di rumah Chandra sudah kedatangan tamu tak diundang. Dirinya masih bersama Adinda yang semalam menginap, bangun kesiangan karena baru bisa tidur pukul 4 pagi. Mereka segera buru-buru berkemas untuk menuju tujuan masing-masing. Adinda yang sudah berkemas untuk kembali pulang ke rumahnya, sementara Chandra berkemas diri siap untuk menghadapi apapun yang terjadi diluar kegiatan kampusnya.

Twinner CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang