🌠 7

227 26 5
                                    

Beberapa jam semula semuanya masih baik-baik saja. Hinata yakin bahwa dia berhasil melewati hari ini tanpa gangguan kecemasan. Dia mengobrol banyak dengan Gabriella. Mereka bahkan sarapan dan makan siang bersama. Dan cukup ramai pengunjung mampir ke perpustakaan untuk meminjam buku, sedikit dari mereka mengembalikan buku-buku sebelumnya.

Namun, kenapa kegelisahan terpaksa muncul ketika dia baru tiba di sekitar rumah. Hinata sengaja berhenti agak jauh dari depan hunian dia begitu menyaksikan sedan asing parkir di muka rumahnya. Kecurigaan menyerang terlampau cepat. Roseanna di sana, tersenyum kepada suaminya yang hendak masuk ke rumah. Ada apa dengan mereka? Kenapa Naero bisa berada di dalam mobil mantan kekasihnya itu?

Praktis pandangan Hinata berkaca-kaca berikut dada naik turun oleh sesaknya pernapasan. Dia membenci situasi demikian, sehingga mendorong akalnya untuk kembali naik ke taksi dan pergi dari situ.

Perpustakaan menjadi tujuan dia menghindar dari perundungan rasa takut. Panik yang menguasai menyebabkan Hinata mulai gemetar. Dia tergesa-gesa menuju meja kerjanya, pada kondisi kalut meraba isi tas guna mengambil pil penenang. Benda tersebut amat dibutuhkan agar dia tetap waras.

Suasana temaram pun menemani hening di sekeliling Hinata. Pukul enam sore sekarang, faktanya perpustakaan tidak benar-benar sepi seluruhnya. Jelas saja masih ada beberapa pekerja di gedung besar ini, meski mereka berbeda ruangan sesuai divisi masing-masing.

Sejemang Hinata hampir berhasil merenggut ketenangannya kembali. Dia menghempaskan tubuhnya ke kursi, bersandar seraya memejam.

Tidak Naero, jangan Naero, siapapun tidak bisa merebut pria ini dari dia! Hinata terus menyadari pergumulan nalarnya. Roseanna, harus disingkirkan!

Embusan napas terdengar ringan nan panjang. Hinata tampak mengeluarkan sebuah buku tua yang tempo hari dia temukan di rak paling belakang. Buku itu benar-benar kosong, nihil sebaitpun tulisan menghiasi lembarannya. Seiring Hinata berupaya mengendalikan laju respirasi, jemari mulai mengayuh pena, menggores halaman dengan buah pikirannya. Dia ingin menulis seluruh kisah yang telah terjadi di sepanjang hidupnya, membuang dan membenahi peristiwa buruk seraya berharap hal ini akan berefek serupa seperti cerita Alice si tokoh di dalam novel.

-----

Hinata spontan tersentak kaget. Celangak celinguk akibat mendapati situasi berubah drastis. Ini kawasan lain, bukan lagi perpustakaan tempatnya bekerja. Apa yang terjadi padanya? Bagaimana bisa dia sampai ke sini ketika tadi dia masih berada di gedung perpustakaan kota, duduk meredam gundah di ruangannya seorang diri?!

Di tengah-tengah rasa penasaran, sepenggal bariton berat menyapa ke rungu Hinata, "Hei, kamu tidak apa-apa? Mau aku antar ke klinik kampus?"

"Naero, buat apa kamu di sini?"

"Wah, kamu tahu namaku?"

"Tentu saja, kamu suamiku."

"Oh, wow! Dari mana kamu tahu--tunggu! Kamu bilang suami? Aku suamimu, begitu?"

"Kenapa wajahmu seperti itu? Kenapa tertawa? Dan kenapa aku dan kamu bisa di sini?"

"Ini kampus, Nona."

"Aku tahu ini kampusku, tapi bukan kampusmu!"

"Amazing! Kamu juga tahu aku bukan mahasiswa di sini. Apa kamu cenayang?!" Seringainya terlihat lagi, cukup menyebalkan bagi Hinata. Kalau di suasana normal, dia akan terkesima oleh senyum tampan laki-laki ini dan menciumnya.

"Demi Tuhan, Hun! Jangan bikin aku marah! Buat apa kamu mengajakku ke kampus ini? Siapa yang menemani Himawari di rumah?"

"Astaga! Aku tidak paham perkataanmu, Nona." Akhirnya dia meninggikan suara. "Biar aku jelaskan kondisi di sini. Aku datang ke kampus ini untuk membantu dosenku. Sudah seminggu aku memperhatikan gerak-gerikmu. Tidak perlu salah paham, gelagatmu agak aneh. Kamu selalu sendirian di perpustakaan, kadang di taman, dan di kafetaria ini pun sama. Kamu juga tertidur, bisa segitu nyenyak. Aku heran padamu--dan barusan kamu bicara sembarangan. Aku tidak mengenalmu, Nona. Aku bukan suamimu, siapa Himawari?!" Rentetan penuturannya sekadar disimak Hinata, "Satu-satunya perempuan yang dekat denganku hanya Roseanna. Ya, hubungan kami memang sedang rumit. Kami memutuskan beristirahat dengan berjalan sendiri-sendiri. Kemudian, aku memilih terbang ke Tokyo demi mencari kedamaian. Semacam ganti suasana, kamu pasti mengerti maksudku."

Berat sekali saliva tertelan. Semua keterangan sekian menampar kesadaran Hinata. Berujung dia merasakan ritme jantungnya naik setingkat. Satu dugaan melintas di benaknya apakah buku itu sudah bekerja?

"Ehm, begini ... maaf atas kelancanganku. Aku, Hinata. Kurasa mimpi tadi membuat otakku bermasalah. Aku jadi merasa linglung."

Pria di hadapannya tersenyum, inilah senyum yang selalu dia lihat selama kebersamaan mereka. Sebentuk senyuman penenteram jiwa. "Hinata, ya? Oke, aku terima permohonan maafmu. Tapi, kamu masih berhutang penjelasan."

"Aah, ba-baiklah."

"Mau makan? Aku punya waktu luang untuk mendengar keluhan seseorang." Hinata tercengang jangka menyaksikan Naero melompat duduk di seberang dia. Ya ampun, pria ini sungguh Naero di masa melajang.

"Aku ..."

"Aku traktir! Kamu cukup bersantai menceritakan segalanya."

Diam-diam Naero tertegun akan seringai manis yang ditunjukkan Hinata. Dia bergeming sejenak, menikmati garis halus dari permukaan kulit nan putih. Hinata punya sepasang mata bulat, hidung mungil serta bibir pualam penuh. Dia gadis yang menarik, khususnya bagi laki-laki patah hati. Kening Naero mengernyit memikirkan itu. Bukan, bukan cuma untuk pria galau. Gadis misterius bin aneh ini menyimpan daya pikat yang unik, tidak semua orang mampu menangkap tandanya.

"Siapa dosen ..."

"Tuan Jerome." Hinata mengangguk-angguk walau dia tak mengenal nama yang disebutkan. "Kamu tahu?"

"Tidak. Mungkin saja dosenmu di fakultas lain."

"Aku rasa demikian. Apa pesananmu, biar aku ambil ambil sekalian."

"Nasi campur."

"Sepuluh menit," kata Naero jangka dia beranjak lekas ke etalase.

Berangsur-angsur bibir Hinata melengkung puas. Dia lega sebab mendapati usaha untuk mengubah alur hidupnya berlangsung selaras asa.

Selamat berpuasa buat kalian, ya. ^-^
Semoga sehat dan bahagia selalu..
Pelan-pelan booknya sudah di konflik puncak, siapa yang suka book ini? Adakah peminat fantasi klasik begini?



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Remake It to MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang