Bekerja sebagai pustakawan tentu menempatkan Hinata ke dalam tumpukan berbagai jenis buku. Profesi tersebut dia pilih tak semata-mata disebabkan hobi membaca. Dia menyukai kesunyian/privasi. Melalui buku-buku di perpustakaan dia berkelana mengelilingi dunia atau menjelajahi ilmu pengetahuan tertentu selagi dia tertarik . Dan dia sungguh menyukai hal-hal berbau fantasi dari seluruh aspek di penjuru dunia. Suatu hari rekannya mengundang dia untuk satu kencan pertemanan, ada tiket menonton film terbaru bergenre fantasi. Hinata semringah bukan main, apalagi setelah diberitahu bahwa film tersebut merupakan adaptasi dari novel favoritnya berjudul Don't ever leave. Kesenangannya makin meluap-luap. Kemudian, si rekan menyarankan agar Hinata bersiap-siap di rumahnya, meminta izin sekaligus menitipkan sementara penjagaan bayinya kepada sang suami sebelum mereka pergi dalam suasana tenang. Tak disangka-sangka, adegan di film tersebut menjelaskan detail mengenai plot cerita yang dia baca, meninggalkan kesan serius terhadap nalarnya. Sehingga di masa kesendirian dia, pikiran Hinata melayang ke masa lalu. Serta merta teringat mendiang ayahnya, merasakan penyesalan datang menyerang membabi buta. Bahkan hari-harinya yang selalu damai, perlahan-lahan dihantui kegelisahan dan dia menjelma layaknya sosok paranoid. Berujung, Hinata mengharapkan sebentuk Kuasa memberinya kesempatan seperti adegan di dalam film. Dia ingin mengubah alur ceritanya sampai dia berhasil meraih kebahagiaan sempurna menurut versinya sendiri.