𝐖𝐑𝐎𝐍𝐆 𝐓𝐢𝐌𝐄 ー⌗Hayato

【 O1 】

DISCLAIMER : Dicerita ini, fem! reader menginjak umur 17 tahun dan Hayato berumur 23 tahun.

Aku pakai referensi umur Hayato yang ada di internet. Agar tak terjadi salah paham, maka dari itu aku memberitahu di awal umur tokoh-tokoh yang ada.

Selamat membaca!

——————————

Sinar mentari siang ini rasanya lebih menyengat dari biasa, suhunya sudah lebih dari kata yang bisa ditoleransi. Namun, hal ini tak membuat seorang gadis berhenti dari kegiatan yang sedang dia lakukan.

Tangannya dengan lihai menyiram dan sesekali melepaskan daun mati yang terpaut pada pohon yang sedang disirami. Terkadang kulitnya juga merasakan sensasi gatal karena serangga yang menghuni tempat yang kini dia pijaki.

(Name)—seorang gadis yang terlihat sedang merawat taman di sekolah itu mengusap pelipis yang sudah dipenuhi oleh keringat karena pekerjaan yang dilakukan dengan giat.

Perasaan letih dari gadis itu seketika terobati begitu melihat keadaan taman dengan beberapa pohon yang menghiasi sudah tertata dengan cantik dan rapi. Menurutnya ini merupakan bayaran yang setimpal akan kerja keras yang dia lakukan.

"Apa itu (Name)?" Suara dari seseorang yang tanpa sapa hadir di sana mengundang atensi sang gadis untuk mengalihkan kepala.

Dan di sana terlihat seorang lelaki yang sepertinya salah satu guru di sekolah itu tengah membawa beberapa buku di tangan kanan dan tas di tangan kiri.

"Haya-sensei!" (Name) beranjak dari tempatnya kemudian menghampiri seseorang yang dia kenal.

Melihat penampilan dari salah satu muridnya, seseorang yang merupakan guru di sana—kita sebut saja Hayato sedikit menghela nafas, "Kenapa hanya kamu yang bekerja di bagian taman ini? di mana yang lain?" Hayato mengaju tanya, berharap dapat jawab dari yang ditanya.

"Tugas mereka sudah selesai. Dan aku baru saja selesai dengan bagianku sekarang."

Lelaki jangkung yang masih setia berpijak di tempat awalnya dengan lamat mulai mengamati keadaan taman yang sudah terlihat sangat tertata dan tak terdapat satu pun daun gugur di tanahnya. Hayato berpikir yang mengerjakan taman ini sampai terlihat elok tak lain dan tak bukan adalah gadis yang kini berdiri di depannya.

Hayato menatap (Name) dalam diam dalam beberapa sekon, kemudian berujar, "Sebaiknya kamu makan dulu. Ayo, sensei punya roti daging yang masih belum dimakan." Tawar Hayato pada (Name) yang terlihat sedikit kotor kedua tangannya.

(Name) mengiyakan ajakan dari gurunya. Ini dia anggap sebagai anugerah karena memang mulutnya yang belum menguyah apapun sebagai makan siang.

Dengan begitu keduanya berpindah ke salah satu bangku fasilitas sekolah dengan tujuan memakan roti daging milik Hayato.

Setelah membasuh tangan dan wajahnya dengan air di keran yang terdapat di taman, (Name) mengambil langkah untuk duduk berseberangan dengan yang menemani.

Hayato memberikan satu roti daging yang masih terasa hangat bungkusnya, yang berarti Hayato belum lama membelinya. Tentu (Name) menerima pemberian yang diberikan dengan senang hati dan ucapan terima kasih pada Hayato.

Lelaki dengan manik hijau tersebut hanya menatap muridnya yang tengah memakan roti daging pemberiannya. Sepertinya memberikan makanan pada (Name) merupakan hal yang tepat karena melihat betapa lahapnya dia memakan itu.

(Name) yang sadar sedang ditatap oleh Hayato segera menguyah sisa daging yang masih berada di mulutnya, berniat angkat suara.

"Sensei, apa selalu baik seperti ini pada semuanya?" Suaranya sengaja ia buat volumenya lebih kecil dari biasa. Entah mengapa tiba-tiba lisannya mengemukakan apa yang ada di hati.

Hayato tak begitu mendengar apa yang dikatakan, jadi dia minta pengulangan atas apa yang baru saja disampaikan, "Apa yang baru saja kamu katakan, (Name)?" Hayato mengaku kalau dia sempat melamun dan membiarkan pikirannya terbang untuk sejenak, maka dari itu dia bertanya untuk memastikan.

Gadis yang ada di hadapan menghabiskan gigitan terakhir dari roti daging dan kembali berucap diiringi dengan semilir angin yang bergerak dengan lebih tempo cepat.

"Aku menyukaimu, Haya-sensei."