Bab 7. Mencari-cari Alasan

89 6 0
                                    

Taksi yang Edeline tumpangi telah berhenti sempurna di teras depan Omega Hospital. Gadis cantik yang mengenakan outfit casual—sporty itu menyegerakan diri keluar dari taksi itu setelah membayar tarif taksi.

Edeline menghela napas kasar. "Tarif taksi dari rumah itu ke rumah sakit cukup mahal! Halte bus juga sedikit jauh! Aku harus cepat-cepat cari tempat tinggal di dekat rumah sakit. Tabunganku bisa habis kalau aku tidak hidup hemat," keluhnya.

Kakinya melangkah masuk ke dalam rumah sakit dengan tujuan ruangan dokter magang berada. Dokter cantik itu berniat mengganti pakaiannya dengan pakaian medis sebelum tenggelam di IGD.

Senyum cantiknya mengembang kaku ketika berpapasan jalan dengan dokter-dokter senior. Sosok mereka begitu menyeramkan direkam benak Edeline. Ekspresi mereka begitu dingin, tidak ada kesan ramah yang membuatnya berani untuk lebih lanjut menyapa.

Mungkinkah itu bentuk intimidasi senioritas?

Edeline menyadari diri yang belum menyapa secara baik rekan-rekan senior di rumah sakit itu. Dokter cantik itu tidak sempat menyapa dokter lainnya dikarenakan kesibukannya menyambut dan mengobati para pasien yang datang ke IGD.

"Kenapa semua orang di sini galak seperti pemiliknya?" ocehnya yang melirik-lirik ke arah belakang.

"Siapa yang Dokter sebut galak?"

Edeline tersentak, lalu menoleh ke arah depan—di mana bisikan mengejutkan itu berasal. "Ah, Lina! Kau mengagetkanku!"

Lina tersenyum tenang. "Dokter kemarin baru pingsan. Harusnya Dokter datang sedikit lebih lama."

"I've been much better, Lina. Selain itu aku tidak suka datang terlambat," jelas Edeline meyakinkan.

Lina berseru panjang menggoda Edeline. "Semangat Dokter patut diacungi jempol! Hebat!"

Edeline berdecih sembari tersenyum tenang merespon pujian Lina. "Kau sendiri bagaimana? Kenapa kau juga datang lebih awal?"

"Ah ... itu, rumahku jauh dari rumah sakit. Kemarin aku memiliki apartemen kecil di dekat sini. Tapi aku jual karena kebutuhan ekonomi dan kembali ke rumah orang tuaku," jelas Lina yang ditanggapi manggut-manggut oleh Edeline.

"Tapi aku sedang mengajukan permohonan tinggal di asrama rumah sakit ini," lanjutnya yang membuat Edeline tertarik.

"Rumah sakit ini memiliki asrama?" Edeline antusias menyambut.

Lina membenarkan lewat anggukkan kepala. "Staff Omega Hospital boleh mengajukan tinggal di asrama. Kenapa? Dokter terlihat sangat tertarik?!"

"Ah ... itu, rumahku juga sedikit jauh dari rumah sakit. Untuk efisiensi waktu, aku memutuskan untuk mencari tempat tinggal di dekat rumah sakit," ujar Edeline beralasan.

"Kalau begitu setelah pulang nanti kita bisa mengajukan langsung, Dokter Edeline! Kita hanya perlu menyerahkan id card kita untuk didaftarkan ke akses masuk asrama. Aku dengar hanya tersisa beberapa kamar karena banyak staff rumah sakit yang memutuskan tinggal di sana." Lina memberikan saran.

Wajah Edeline berseri cantik ketika batin merengkuh kelegaan pasca menemukan jalan keluar dari permasalahan tempat tinggal. Selain itu, di dalam hati Edeline berterima kasih karena pagi itu bermula pada sesuatu hal-hal yang baik.

"Kalau begitu, ayo kita segera ke IGD, Dokter!" seruan ajakan Lina membuyarkan lamunan Edeline.

"Aku ingin mengganti pakaian terlebih dahulu. Kau duluan saja, Lina."

Dokter cantik itu mengulas senyuman manis kepada Lina yang berlalu pergi. Dan tanpa membuang waktu Edeline bergegas ke ruangannya untuk mengganti pakaiannya.

Bad DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang