Bab 30. Tertangkap Basah

272 4 0
                                    

"Dia adalah tetanggaku."

Setelah naif menjelaskan, Edeline menghujani dahi Shopia dengan ciuman penuh rasa sayang. Dia begitu hangat memeluk Shopia, bagaikan seorang ibu yang sangat mencintai putri kandungnya.

Lina terlihat tertegun menonton kehangatan Edeline dengan Shopia. Perawat itu langsung memasang wajah masam, dia merajuk pada Edeline yang lagi-lagi menyembunyikan sesuatu.

Lina tahu dengan benar gadis kecil di pelukan Edeline. Sehingga di dalam hati Lina telah menggerutu kesal, Edeline tega berbohong mengenai ketegangan hubungan dengan Elvis. Padahal di belakang Lina, Edeline bertetangga dengan Elvis. Dia juga sudah begitu akrab pada Shopia, seperti ibu dan anak dengan gadis kecil yang merupakan putri kandung Elvis.

"Ck! Dokter ini," Lina berdecak sembari geleng-geleng kepala. "Dokter memang tidak memiliki pacar! Tapi Dokter sudah memiliki calon suami!"

Edeline terkekeh menanggapi. "Hei, Lina! Kau ini mabuk, ya? Sejak tadi kau selalu konyol berbicara."

"Apa aku salah?! Dokter dan Nona Shopia sangat akrab seperti ibu dengan calon anak sambungnya!"

Senyuman ceria di bibir Edeline memudar ketika tersapu oleh ekspresi bingung. "Kau mengenal Shopia? Aku kan belum mengenalkan Shopia padamu?" ucapnya melambat.

Sejenak Lina menghela napas kasar. "Aku sangat mengenal Nona Shopia karena Nona Shopia adalah—"

"Mohon maaf saya menyela, Dokter." Liz terpaksa menginterupsi dengan suara yang tergesa-gesa bercampur cemas. "Nona Shopia tidak bisa berlama-lama berada di luar. Jika Anda masih ingin berlama-lama bercerita dengan Shopia, sebaiknya kita pulang sekarang, karena saya takut kejadian waktu itu kembali terjadi."

Melihat wajah cemas Liz, Edeline langsung mengangguk setuju. Edeline masih mengingat momen di mana Liz datang terengah-engah untuk menjemput Shopia di rumahnya. Sehingga Edeline memutuskan tidak ingin menyulitkan Liz demi pertemuan dan pertemanan rahasia antara dia dan Shopia berjalan aman.

"Pulanglah dengan Liz. Kita akan bertemu setelah aku tiba di rumahku," ucap Edeline membujuk.

Shopia menggeleng dengan ekspresi muram. "Kita pulang bersama saja."

"Aku ke sini dengan temanku. Tidak mungkin aku pulang bersamamu dan meninggalkan temanku sendirian. Itu sikap yang tidak sopan, Shopia." Meski suara Edeline mengalun lembut, tetapi terselip penekanan yang tidak bisa ditolak.

Wajah cantik Shopia semakin murung. Tak lama setelah itu dia melemparkan tatapan ironi yang menyedihkan kepada Lina, seolah-olah dia sedang mengiba-iba Lina mau bekerjasama.

Rasa bersalah menarik hati Lina. Hatinya berdenyut sakit melihat kesedihan Shopia, apalagi tanpa Edeline ketahui beberapa kali Lina melihat Shopia diperlakukan kasar.

"Dokter pulang bersama dengan Nona Shopia saja. Aku masih ada keperluan lain." Lina mencari-cari alasan.

"Kau serius?" Edeline tidak memercayai.

Lina mengangguk cepat. "Cepat pulang sana, Dokter! Kasihan Tuan Putri kita. Tapi, janji padaku bahwa Dokter tidak boleh tertutup padaku!"

Edeline tertawa lembut menanggapi. Dia juga tak lupa mengangguk untuk memberikan balasan jawaban atas permintaan Lina. Jujur saja, Edeline merasa beruntung dipertemukan dengan Lina. Dia adalah teman yang begitu tulus pada Edeline. Tingkah konyol dan ceria Lina juga menjadi penghibur jiwa Edeline yang selalu tertimpa kesialan di hari-harinya.

Gadis cantik itu melepaskan Shopia sejenak dari pelukannya dan berpamitan ingin melakukan transaksi pembayaran di meja kasir. Barang-barang miliknya di atas meja tidak lupa untuk Edeline bawa, termasuk buket bunga mawar beserta coat cokelat milik Simon.

Bad DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang