EMPAT

133 16 0
                                    

" Muara " Panggil seseorang

" Marsha " Kaget muara

" Ka-kamu ngapain disini " Gugup muara

" Kenapa ga bilang kalau kamu sakit "

" Kamu tau dari siapa? " Tanya muara

" Kak elizha " Jawabnya

Muara merubah posisinya menjadi duduk dan menyandarkan tubuhnya pada headboard.

" Sini duduk " Pinta muara

Marsha menghampiri muara lalu duduk di dekatnya, muara meraih marsha agar lebih dekat dengannya, muara memeluk marsha dari samping dan menyandarkan kepalanya di bahu marsha.

" Susah ya buat ngabarin aku ngomong sama aku, kenapa aku harus tau dari orang lain dulu sih " Marsha angkat bicara

" Aku ngerasa keberadaan aku ga di anggap, sebenarnya aku disini tuh apa? "

" Sha " Lirih muara

Muara menutun marsha untuk menghadapnya, muara menatap mata marsha yang sudah berkaca kaca.

" Oh iya aku kan bukan siapa siapa kamu, aku ga penting bagi kamu, maaf ya aku selalu seolah olah pacar kamu "

Muara menggeleng kecil tanda tidak setuju dengan ucapannya, muara bisa melihat kini air mata memenuhi matanya, muara merasakan nyeri melihat senyum marsha yang menyakitkan.

" Sha, kamu salah, kamu orang penting bagi aku. Aku bukan gamau ngasih tau kamu, aku gamau kamu khawatir sha, aku gamau liat kamu sedih karena aku " Jelas muara

" Tapi ini lebih sedih muara, kamu gapernah mau ngomong soal kondisi kamu ke aku apa apa aku harus tau dari orang, sedih muara aku merasa keberadaan aku disini tuh ga di anggap " Tekan marsha dengan air mata mengalir di pipinya

" Engga sha, engga "

" Aku cape gini terus aku bingung harus memposisikan diri aku itu gimana ke kamu, kita ini di sebutnya apa? temen? temen gaada yang kaya gini muara terus kita ini apa? "

" Satu tahun gaada kejelasan gaada tujuan, aku nyerah ya mu " Ucap Marsha

Nafas muara tercekat ketika marsha mengeluarkan kata "nyerah" yang selama ini muara takutkan.

" Engga, engga! kmu gaboleh nyerah sha, tunggu aku sebentar lagi aku lagi meyakinkan diri aku sha. Jangan nyerah, aku sayang sama kamu, aku cinta sama kamu, aku lagi berusaha untuk menghilangkan segala rasa takut aku sha, please sebentar lagi.. "

" Aku cape harus selalu ngertiin alasan klise kamu, harus berapa lama lagi aku nunggu kamu muara!. Apa sih yang kamu takutin selama ini? Takut kamu nyakitin aku? Takut kamu ga bisa bahagiain aku?, kamu belum mencoba muara!. KAMU PENGECUT! " Tekan marsha

" Kamu egois muara! "

Marsha beranjak dari kasur dan pergi meninggalkan muara yang sudah terdiam namun langkah marsha terhenti di ambang pintu, marsha membalikkan badannya melihat muara yang sudah menatapnya dengan air mata yang terus mengalir.

" Kata bi yuni kamu belum makan, makan dulu nanti perut kamu sakit lagi terus minum obat "

Setelah marsha mengatakan itu ia benar benar pergi meninggalkan rumah muara. Mau sekecewa apapun dalam lubuk hati marsha begitu khawatir dengan kondisi muara.

Muara menatap nanar kepergian marsha, yang selama ini muara takutkan terjadi, marsha menyerah. Muara ingin sekali mengejar marsha namun ia tidak mampu untuk beranjak dari tempat tidur, muara hanya bisa menangisi semuanya.

" Lu pengecut muara, lu pengecut! " Muara menghujani pukulan ke wajahnya

Setelah muara puas melepaskan emosi pada dirinya, ia menghapus kasar air matanya.

ARSA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang