WF : MARAH

84 7 0
                                    

Nala POV.

3 hari sudah Jia tidak pernah menyapaku, semenjak memberikan sup daging ayam yang dibelinya dari Kedai Bibi Ling.

Aku menatap ke arah meja Jia, tapi dia sibuk dengan dunianya sendiri terlebih oleh banyak pekerjaan.

Gui Huan yang sudah 5 tahun di Velux bersamaku menghampiri dengan langkah tergopoh.

"Wakil Manajer, Anda dipanggil keruangan pimpinan sekarang."

"Baik, Sir Huan terimakasih informasinya."

"Ya."

Aku beranjak dan segera keluar ruangan mendekati arah lift untuk naik ke lantai paling atas.

Sedangkan disisi lain, divisi operasional tempat kerja Nala cs. mengalami kehebohan.

"Kenapa Wakil Manajer kita dipanggil ?"

Jia yang merasakan kebisingan semua orang ingin menutup telinganya dengan earphone.

"Nona Erica, dia kembali dari Amerika dan sedang bersama pimpinan." Ucap Gui Huan.

"Waahhh luar biasa." Semuanya jadi riuh.

Mendengar hal ini membuat Jia terhenti untuk mengambil earphone.

"Yushi, apa kamu tau siapa Erica yang disebut ?"

"Kamu tidak tau Jia ? Bagaimana mungkin."

"Tidak, jadi siapa dia ? Kamu tau orangnya yang mana ?" Ucap Jia dia sangat kepo.

"Lihat ! Cantik bukan ? Dia itu Erica. Lalu ini.."  Yushi memperlihatkan layar handphonenya.

Erica seorang wanita yang sangat cantik dan foto berikutnya malah membuat Jia terpaku.

Foto dua orang yang sedang duduk sebelahan di salah satu meja kantin velux sedang bermanja-manja.

Apalagi Erica yang sedang menyenderkan kepala di bahu Nala.

"Jadi ? Apa maksudnya ?"

"Mereka itu pasangan di velux, kamu mungkin akan kaget mendengar tentang seksual wakil manajer kita yang memacari seorang gadis."

"Ya, aku juga tidak percaya sih, tapi sudahlah." Jia menekan bibirnya.

"Pimpinan tau desas-desus ini dan membiarkan Erica pergi ke Amerika agar tidak jadi gosip."

"Begitu ya." Jia mengangguk mengerti.

Jia berdiri, "Aku ingin ke toilet dulu."

Kran air di wastafel di tekan, air itu digunakan untuk mencuci muka.

Apa yang ia dengar dan lihat tadi, membuat hatinya berdenyut.

Bukan denyut yang mendebarkan. Tapi lebih ke 'tidak enak' dan 'sedikit sakit dan sesak'.

Entah apa yang sebenarnya terjadi dengan perasaan Jia, kaca yang memantulkan wajahnya mereplika Jia dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Ini sudah tidak benarkan ? Apa yang terjadi padaku hemm ? Mana mungkin aku marah melihat foto mereka." Jia tertawa sumbang.

"Kamu sedang apa ?"

Seseorang mendekati Jia yang sudah cukup lama berdiri di wastafel dengan cermin besar di depan.

Dirinya sedang menghibur diri sendiri setelah kehebohan yang terjadi di Divisi Operasional (Tim Perencanaan).

••••••••

Nala POV.

Aku melihat Jia yang termenung di Toilet, wajahnya basah.

"Kamu sedang Apa ?" Tanyaku.

Jia tidak menjawab dan malah mengabaikanku.

Ku tarik tangannya saat hendak pergi.

"Apa urusanmu ?" Tepisnya menghempaskan tanganku.

"Mayleen !!"

Kususul keluar Toilet. "Ikut aku !!"

Aku mencengkram erat tangannya. Kubawa dia ke rooftop yang sepi di atas gedung tinggi Velux.

"Lepaskan. Apa maumu ?" Bentaknya.

"Wah sulit dipercaya, kamu marah tanpa sebab padaku ? Ada apa Mayleen ? Kalau aku melakukan kesalahan jelaskan dan biacarakan itu padaku, bukan menjaga jarak !!" Ucapku.

"Kita memang seperti ini kan dulu, tidak saling mengenal dan terikat. Untuk apa aku harus marah padamu."

Jia benar-benar marah, mata berapi namun dengan penuh kesedihan.

"Aku tidak mau mengganggu pacar orang lain." Ucapannya melirih.

"Maksudmu ?" Bingung sekali diriku dengan sikap dan ucapan Jia selama beberapa hari terakhir.

"Kamu bohong saat bilang tidak memiliki pacar, nyatanya kamu sedang hubungan jarak jauh kan ? Ah selamat karena pacarmu sudah datang kembali."

"Aku memang tidak memiliki pacar !! Aku tidak bohong Mayleen, ada apa dengan omonganmu itu ? Siapa pacarku ?" Sumpah diriku mendadak frustasi.

Lagian apa masalahnya jika aku punya pacar atau tidak itu bukan urusannya. Dan dia tidak perlu marah juga kan ?

"Hah.. kamu berpura-pura !!" Sinisnya.

"Mayleen, jelaskan apa yang sebenarnya terjadi ? Kenapa kamu menyangka aku memiliki pacar ?"

"Bukankah Nona Erica adalah pacarmu ?? Semua orang di kantor tau rahasia kalian."

Apa ?! Jadi selama ini kedekatanku dengan Erica menimbulkan kesalah-pahaman ?

"Lihat, kamu tidak menyangkalnya bukan ?" Jia berbalik pergi dengan rasa sesak yang semakin menghimpit dada.

"Tunggu, May. Aku tidak pacaran dengan Erica !!" Aku menghalangi jalan Jia yang hendak pergi.

Tunggu, kenapa aku harus susah payah menjelaskan pada wanita di depanku ?

Jia kaget, "Tidak pacaran ?"

Astaga jadi dia menyangka aku pacaran dengan Erica si anak tengil itu. Kami besar bersama sampai SMP. Dia sahabatku sama seperti Arga. Bedanya Erica itu sepupu sekaligus sahabat.

"Mayleen, aku tegaskan kedekatanku dengan Erica hanya sebatas sahabat tidak lebih, sama seperti Arga yang kamu lihat fotonya di apartemenku."

"Mungkin orang lain akan menyangka seperti aku pacaran dengan Erica, sama seperti kamu yang menyangka aku dan Arga pacaran !! Sebenarnya aku tidak tau kedekatanku dengan Erica akan menimbulkan banyak rumor." Lanjutku panjang lebar.

Dan yang lebih membuatku tercengang luar biasa, adalah bagaimana orang-orang berpikir bahwa kami—aku memacari sesama perempuan. Sangat gila.

"Kamu yakin ?" Tanya Jia Sangsi.

"Seribu persen yakin, lagian kenapa mereka menyangka kami pacaran itu sangat out of the box."

"Kamu berciuman dengannya, tidak mungkin sahabat melakukan itu !!" Ucap Jia yang kembali membentak marah.

"Apa salahnya berciuman, kita sudah sangat dekat dan tidak ada yang spesial dalam ciuman kami. Ralat, itu bukan ciuman tapi kecupan."

"Sama saja, mulai sekarang berhentilah mengecup atau mencium sahabatmu kalau tidak ingin ada gosip !!" Cecarnya.

"Baik, aku akan diam dan tidak melakukan lagi hal tersebut."

Kataku lemah, agak ngeri dibentak Jia.

"Minggir !! aku harus pergi bekerja lagi."

"Ya, semangat !"

Pyuuhh...!! Galak sekali.

*****

|[}{]•°WRONG FEELING°•[}{]|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang