Prangg
BrughBaru saja pintu besar didepannya terbuka, Daffa langsung dikejutkan dengan sebuah gelas yang melayang begitu saja kearah pelipisnya. Tidak sempat menghindarinya, darah segar kini sudah mengalir begitu saja, pun dengan tubuhnya yang tersungkur karena tendangan yang mengarah pada perutnya.
"Papa." gumam Daffa, saat mengangkat pandangannya terlihat sang Papa yang sedang menatapnya tajam, wajahnya terlihat gelap oleh amarah yang sudah memuncak.
"Anak sialan!! Siapa yang suruh kamu bolos les hari ini?" ujarnya dengan suara yang terdengar sangat dingin.
"Maaf Pa, tadi---" rasanya Daffa tidak mampu menjawab lebih dari itu, karena sang Papa tidak menerima alasan apapun yang terjadi saat ini.
"Apa kamu lupa, satu minggu lagi kamu akan mengikuti Olimpiade di Korea kalau sampai kamu kalah saya pastikan kamu tidak akan bisa lagi memasuki mansion, dan saya akan bakar kucing itu hidup-hidup!!" sarkas Lucas.
Tanpa memikirkan perasaan sang putra, Lucas segera melangkahkan kakinya menuju kamar setelah memberikan peringatan untuk Daffa.
"Tuan muda," lirih Theo, seketika menyadarkan Daffa dari lamunannya.
"Daffa ke kamar duluan om." pamit Daffa, menahan rasa sakit ditubuh dan hatinya.
Selalu seperti ini, bukannya menanyakan kesehatan putra nya, Papa malah lebih memperdulikan prestasinya.
Berjalan tertatih menuju lift, meninggalkan Theo yang menatap dalam punggung ringkih yang selalu terlihat kuat di depan semua orang.
"Tolong bertahan lebih lama lagi tuan muda." gumam Theo setelah melihat Daffa sudah memasuki lift, menuju kamarnya.
***
"Mommy!!" seru Edgar saat melihat seorang wanita yang berusia sekitar 40 tahunan, berdiri menyambutnya di depan pintu utama mansion.
"Anaknya Mommy kenapa baru pulang hm?" tanyanya pada Edgar yang setia memeluknya, menyalurkan rasa rindu.
"Edgar tadi nemenin temen dulu Mom," jawab Edgar.
Mereka pun berlalu masuk ke dalam dengan Edgar yang bergelayut manja di lengan sang Mommy. Sangat berbeda dengan Edgar yang selalu orang lain lihat ketika di luar rumah.
Setelah sampai di ruang keluarga, disana sudah ada seorang pria paruh baya yang sedang menyorotnya dengan tatapan lembutnya.
"Oh iya, tadi kenapa temen kamu sampe di temenin segala?" ujar Daddy Edgar yang tidak sengaja mendengar pembicaraan istri dan putranya, saat menuju ke ruang tamu.
"Oh, tadi dia pingsan Dad." mendengar perkataan sang Daddy, Edgar jadi teringat kembali dengan Daffa. Apalagi melihat kondisi nya tadi yang mebuat semua orang kalang kabut, termasuk dirinya.
"Siapa nak, kenapa bisa sampai pingsan gitu?" tanya Sintya --- sang Mommy penasaran
"Oh, itu Daffa Mom, dia tadi mimisan sampe pingsan, tapi kata dokter dia cuma kecapean aja."
"Daffa? Oh iya dia yang selalu dapet ranking satu pararel itu kan?" tanya Aditama Wijaya, sang Daddy pada Edgar.
Edgar yang mendengar itu hanya menganggukkan kepalanya santai, sedangkan sang Mommy terlihat menegang mendengar nama itu.
"Ah, sayang mending sekarang kamu bersih-bersih terus ganti baju, pasti kamu juga belum makan malam kan," ujar Sintya setelah kembali menguasai dirinya, mencoba mengalihkan perhatian.
"Iya Mom, kalau gitu Edgar ke atas dulu."
Setelah melihat Edgar menaiki anak tangga, Sintya segera pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam, meninggalkan Aditama yang kembali ke pokus pada layar iPad nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAFFANDRA
Fiksi RemajaDaffandra Kenzio Alexander, hanyalah seorang anak yang menginginkan kebahagiaan dan kasih sayang seperti seorang anak pada umumnya. Hidupnya yang selalu dituntut untuk sempurna dalam segala hal, membuat dia lelah tapi tidak pernah berfikir untuk men...