11.Red moon

282 30 3
                                    




Mata bambi yang tertutup itu perlahan terbuka, mengerjap menyesuaikan cahaya yang masuk.

Pinggang nya terasa berat karena ada sebuah tangan kekar yang memeluknya dari belakang.

Ia pun membenarkan posisi ke sampingnya yang langsung disuguhi pemandangan pahatan wajah yang nyaris sempurna dengan mata rubah yang masih terpejam.

Jadi semalam ia tidur dengan Sean?

Tidur doang loh, gak ngapa-ngapain!!

Ia jadi salah tingkah dan tersenyum sendiri sambil menatap wajah Sean yang hanya berjarak 5 centi dari wajahnya.

"Good morning..."

Helena terkejut menatap Sean yang berbicara dengan suara serak khas bangun tidurnya tetapi masih dengan mata terpejam.

"Ehm, morning too... " ucap Helena sambil berusaha memindahkan tangan Sean, tapi lelaki itu malah semakin mengeratkan pelukan dipinggangnya.

"Sebentar aja"

Ya ampun, kenapa Sean jadi manja seperti ini? Jantungnya sangat tidak aman kali ini.
Tangan kiri Helena perlahan tertarik untuk mengelus rambut maroon Sean.

Tapi Helena jadi teringat Nicolas, apakah lelaki itu baik-baik saja setelah kejadian kemarin?

"Sean, Nico..." belum melanjutkan pertanyaannya, Sean sudah lebih dulu berucap."Dia aman sama Karen"
Helena menghela nafasnya lega.

Oh ya, ia baru sadar jika rambut Sean berwarna merah maroon.

"Lo warnain rambut?"
Entah kenapa Helena bisa sepenasaran ini, warna rambut saja ditanyakan.

Mata rubah yang semula tertutup kini terbuka, menampilkan wajah tampan Sean yang kini tersenyum manis menatap Helena.

"Warna rambut Sean emang gini, biasanya cuma siang hari warnanya berubah jadi hitam karena penyamaran dari cincin ini" ucapnya sambil memperlihatkan cincin silver yang bertengger di jari telunjuknya.
"Tapi gak tau kenapa ini gak berubah, padahal udah pagi"

Helena menatap Sean khawatir. "Tapi gak akan apa-apa kan?"





















"SAYA GAK MAU TAHU, POKOKNYA ANAK SAYA HARUS KETEMU!!"

Ibu Helena maju hendak mencakar wajah kepala sekolah jika Adel dan ayah Helena tidak menahan tangannya.
"Mih tenang dulu, ini kan Helen lagi dicari--"

"TENANG?! KATA PAPIH TENANG?! GIMANA KALO HELEN DIMAKAN HEWAN BUAS-- hiks... Helen anak mamih..."

Ayah Helena mendekap istrinya yang lemas, lalu mengusap rambutnya dan menciuminya.
"Sabar mih... papih bakal ikut pencarian dan mencari Helen sampe ketemu ya? Percaya sama papih" Ucapnya lembut lalu beralih menatap Adel yang masih sesenggukan ditenangkan oleh pak David.

"Adel jagain mamih Helen ya?" Ucapnya pada Adel yang mengangguk lemah lalu menghampiri ibu Helena dan memeluknya.
"Tante, sabar ya? Om, pihak sekolah, sama kepolisian pasti bisa nemuin Helen" ucap Adel sambil mengusap punggung ibu Helena yang masih menangis dipelukannya.

"Aku takut mereka mengambil kembali anakku satu-satunya..."

Adel terkejut mendengar racauan ibu Helena yang yang terdengar jelas ditelinganya.

Apa maksudnya mereka dan mengambil kembali?



Setelah diantar oleh Adel ke rumah Helena, ibu Helena pun tertidur.

"Mamih Helen, maaf kalo Adel lancang. Tapi ini demi Helen..." Gumamnya hampir tak terdengar, lalu mulai melihat-lihat kamar orang tua Helena.

Sampai sini tidak ada yang mencurigakan, sampai ia menemukan kotak antik yang sudah sedikit berdebu.

Ia pun membuka nya dan menemukan kertas lusuh dan sebuah cincin berwarna silver.





Dunia moontopia sedang tidak baik-baik saja, ada peperangan dahsyat antara kaum werewolf dan vampire. Tetapi kaum termasuk kaum kami, witch, pun ikut terbawa masalah.

Nama bayi ini Helena... ia reinkarnasi dari putri Ellen, kaum vampire kuno.

Kami, kaum witch menitipkan bayi ini sampai semua berdamai kembali.

Saat berusia 18 tahun, ia akan menemukan jati diri dan kekuatannya, yaitu sebagai kaum witch, dan kami akan mengambilnya kembali.

                                  -moontopia, 2001



Air mata Adel seketika luruh, ia tidak bisa membayangkan betapa tidak relanya ibu Helena melepas anak angkat satu-satunya.

"Hiks... besok ulang tahun lo yang ke 18, Helen... Dan lo ternyata... witch? Hiks..." lirih Adel sambil memeluk kotak yang ia temukan tadi.

















"KAK SEAN"

Sean dan Helena saling tatap, lalu buru- buru keluar karena mendengar teriakan dari luar gubuk.

"Mereka datang..."

Sean mengepalkan telapak tangannya kuat menahan emosi saat mendengar ucapan Karen.

"Kalo lo gak ngehadap mereka, kak Helen yang bakalan jadi sasarannya" ujar Karen sambil menyodorkan pedang yang langsung di ambil Sean.

"Dimana mereka?" Tanya Sean dengan suara baritone nya yang membuat Helena merasakan aura dominan yang menekannya.

"Desa witchez, mereka mengancam orang tua kak Helen dan kaum witch"

Jawaban Karen membuat Helena bingung,
desa apa? Mami dan papi nya diancam siapa? Mengapa semuanya berbelit-belit seperti ini?

"Kak... jangan melangkah keluar sampai gue balik lagi kesini, gak boleh ada yang masuk selain gue atau Karen, ya?" Ucap Sean,
Helena hanya mengangguk lemah, ia masih blank dengan semua kejadian yang dialaminya.

Sean menatap dalam Helena, dan mencium keningnya lama.
Lalu pergi melesat bersama Karen.

Ia menatap punggung Sean dan Karen yng sudah menjauh dengan perasaan sedih dan, takut?

Tes...

Helena buru-buru menghapus air matanya yang turun tanpa permisi.

"Janji sama gue, lo bakal balik lagi Sean..."
























Sorry digantung hehe

Smk jurusan farmasi tuh kadang pusing dan bikin capek, jadi aku super sibuk dan lupa sama alur cerita ini.
Tapi karena lumayan banyak yang nunggu, aku bakalan semangat lagi deh bikinnya.

Jangan lupa juga votenya ya guys...





Two side || SunSeungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang