This morning, felt full of burden when I had to deal with a bachelor who couldn't get up on his own.
Aku menatap tajam para narapidana yang telah berhasil aku bangunkan lebih cepat pagi ini. Mereka terlihat duduk rapi didepan meja makan dengan kepala tertunduk. I admit that they are indeed handsome.
Masing-masing telah ganteng dengan style mereka. Aku menuruni anak tangga dengan perlahan. Memandangi wajah kakak kakakku satu persatu. Ada yang kurang, dimana Otan?
"Good morning, sweet nya bunda." Itu suara bunda yang menyapa ku ketika aku ingin menduduki kursi yang memang dari dulu sudah ditetapkan sebagai milikku. Tidak ada yang berani mendudukinya setelah aku memproklamasikan kepemilikan kursi makan ini.
"Good morning, juga bunda."
Ada yang aneh, kenapa para tahanan ini berdiam diri. Seharusnya, seperti biasanya akan ada acara berebut sarapan yang berujung taruhan nyawa, mungkin. Ini hanya khayalan ku saja. Something's wrong.
"Otan, dimana?" Tanya ku pada kak Olas, yang sepertinya sangat khidmat dalam sarapannya.
Dia menunjukkan ke arah kak Nor dengan wajahnya. Menyuruh ku untuk menanyakan perihal Otan dengan kak Nor. Aku membuang napas kasar.
"Kak Nor, Otan dimana?" Aku menatap wajah kak Nor yang datar tanpa ada ekspresi lain, bagaimana dia bisa mempertahankan raut wajah itu?
Kak Nor mengangguk pelan.
Anggukannya itu berarti "Otan udah pergi Sha. Kayak nya lagi takut sama kamu."
Karena sudah terlalu lama tinggal bersama, apapun isyarat yang dilakukan kak Nor, aku bisa membacanya dengan sempurna.
" Kak, Dady dimana?" Tanyaku, ketika menyadari Dady tidak ada diruangan ini.
"Udah pergi." Sahut Kak Olas singkat, dia sibuk menyantap makanan yang ada didepannya. Kak Olas ini orangnya nggak bisa kalo nggak sarapan nanti kalo sampe kampus dia akan mulai memangsa para temannya.
"Kemana?"
"Ke rahmatullah." Tiba tiba saja kak Atan menjawab pertanyaan yang aku ajukan untuk kak Olas. Aku melotot garang.
"Mau gue masukin ke neraka, Lo? Gue udah punya tiket lebih." Tanya Kak Olas, sama sepertiku dia melotot kearah Atan.
Tapi si Atan tak menghiraukan ucapan kak Olas.
"Sha, kata Lo, Elin mau jemputin gue. Tapi gue liatin di depan gerbang kok nggak ada.""Siapa lagi nih?"
"Pacarnya yang ke... Entahlah, gue aja rencananya mau ngira. Tapi bingung mulainya dari mana." Jawabku sambil menuangkan air putih ke gelas.
"Nyerocos aja tuh, mulut." Entah mood dari mana, tiba tiba saja Kak Niel mengucapkan kalimat yang membuat ku agak sensitif.
"Dari pada nggak difungsi kan dengan baik. Kayak kubu sebelah." Kata ku pelan.
"......" Kak Nor, telah merasa tersindir.
"Emang adek laknat Lo." Sahut Kak Atan, lalu tertawa pelan.
"Woi Atan, masih pagi." Peringat Kak Olas.
"Udah malam kak Olas, Lo nggak liat kalo Sha pengen berubah jadi boto ijo." Dengan berjuta alasan kak Atan, menjawab apapun yang diucapkan kak Olas.
"Lo ngejelekin gue?" Tanya ku. Aku benar-benar merasa bad mood ketika berbicara dengan para manusia yang tak tau tata aturan yang berlaku untuk wanita.
"Faktanya Lo emang udah jelek."
"Lo nggak tau kalo anak bupati naksir ama gue?" Tanya ku, sambil memandang ke arah Kak Atan dengan perasaan bangga. Sekaligus ada perasaan kesal di dalamnya.
"Nggak pernah kepo tuh gua." Sahut Kak Atan, tak peduli dengan kebanggaan yang aku miliki dalam dada ku. Dasar! Nanti aku akan membuangnya dari KK.
"Lo itu anak terisolasi. Nggak tau perkembangan isu yang lagi hot nya." Aku membalas ucapan nya dengan rasa jengkel yang luar biasa.
"Nggak penting, lagian ngurusin pacar gue yang terlantar lebih penting dari pada gue ngurusin hidup orang lain." Kalian tau? Ini adalah perkataan Kak Atan jika dia merasa tersindir dan ingin membuatku lebih kesal.
"Lo mau masuk kubur, cepat? Gue panggil nih pak Mamat." Arrgh..aku benar-benar ingin membuatnya menyesal menganggap aku adalah orang lain, memangnya siapa yang lebih penting aku atau pacar pacarnya yang seorang pun aku tidak tau. Dasar play boy.
"Buat apa, Sha?" Tanya Kak Olas, sambil sibuk mengunyah nasi goreng kesukaannya yang dibuatin sama bunda. Terkadang kak Olas tidak bisa fokus mendengarkan sesuatu jika dia sedang makan.
"Minta gali kuburannya si Atan, kayaknya dia mau cepetan jumpa sama malaikat mungkar sama nakir." Jawabku dengan nada kesal yang dibuat buat, jika seperti ini aku tak segan segan untuk memanggil Atan tanpa kakak.
"Ogah!" Sahutnya.
"Sialan, si Otan. Ninggalin gue." Aku tak menanggapi sahutan yang diberikan Kak Atan. Dan malah menyumpahi Otan yang pergi dulu, biasanya juga bareng. Oh, Tuhan kapan kakak ku akan benar benar baik padaku?
Yaelah dramatis bangettt, kayak di aniaya sama para narapidana.
"Otan mau ketemuan sama si Febri, kayaknya tuh anak lagi kasmaran." Kata Kak Olas memberikan informasi yang sangat penting. Bisa bisanya anak itu meninggalkan aku hanya gara gara si monyet itu?
"Paling cinta monyet." Ini manusia paling nyebelin, Kak Atan. Suka ikut perbincangan orang lain, padahal nggak diajak.
Aku dan yang lainnya tak menanggapi kata kak Atan, nanti hanya akan menjadi percakapan yang tidak ada habisnya.
Aku menatap kak Niel yang nampaknya mood nya masih baik, pagi ini dia tak marah marah. Aku tersenyum mengajukan permintaan yang tak pernah ditolaknya.
"Kak Niel, barengan ya pergi nya.""Hmmm." Sahut Kak Niel dengan mata tajam yang menatapku. Sepertinya dia akan tau jika sebentar lagi akan ada keinginan dan permintaan yang akan aku ajukan kepadanya seterusnya. Kebiasaan! Jika siapapun yang aku minta tolong pada pagi hari, maka sampai esok paginya lagi, dia adalah orang yang harus menerima permohonan itu. Aku tidak akan meminta tolong kepada orang lain, hanya dia.
Selesai sarapan, dan di mulut ku masih ada sepotong roti bakar yang dibuatin sama bunda. Kak Niel, dengan tatapan matanya yang sangat mengintimidasi. Mengajakku agar sesegera mungkin untuk memakai sepatu. Yah...dengan Sangat sangat berhati-hati aku mengangguk dalam diam. Aku takut jika kak Niel sebentar lagi akan menjadi manusia harimau yang akan memakan ku. Cukup sederhana, dia tak menyukai keterlambatan. Dan aku tau itu. Sangat tau.
Nathaniel Rothschild
20-Februari-2005
Jakarta selatanKak Niel telah menjalani hidup selama 18 tahun. Dan selama hidupnya dia sangat tak bisa membuat aku dan bunda menangis. Hanya saja dengan wajah bijaksana nya itu membuat ku tak berani melawan atau menentang perkataannya. Dia itu satu spesies dengan kak Nor. Sama sama mempunyai kekuatan yang bisa menundukkan ku hanya dengan ucapannya yang tanpa ekspresi dan nada. Dia sangat sangat menghargai wanita, mungkin itu alasannya tak ingin mempunyai pacar hingga sekarang. Padahal jika ditelisik lebih jauh, dia pernah meng-crush seseorang. Dan aku mengetahui siapa yang pernah berhasil mengambil hatinya yang memiliki siluman harimau dan singa. Santai saja, sekarang crush nya itu sedang tidak ada di kota ini. Ku akui dia itu sangat cantik.
Oke, lihatlah dia sedang menatap ku yang sedang memikirkan segala tentangnya. Aku menggelengkan kepalaku dengan pelan, berharap supaya dia tak melihat gelengan kepala ku.
Bukan kak Niel jika tak mengerti setiap gelengan kepalaku. Dia berdehem pelan.
"Sha, cepat."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE NAUGHTY FAMILY
أدب المراهقينIni kisah gue dan keluarga super KPop gue, kalian pasti nggak nyangka kalau cerita keluarga gue memang se random itu. Pokoknya, nggak ada yang bener semualah. Oh iya nih, kami itu ada enam adik beradik dan gue anak ke-enam dari enam bersaudara, dan...