4. Friction (When Shooting Stars Fall)

59 4 0
                                    

Aku tak menyangka jantungku akan mulai berakting (sakit) bahkan sebelum aku bisa berharap pada sebuah bintang. AC Akademi bekerja tanpa mempedulikan pasien, mengeluarkan udara dingin ke dalam ruangan. Aku membuka mata untuk melirik Xavier. Barulah aku sadar hawa dingin itu bukan berasal dari AC. Satu gerakan mata kami bisa memecah keheningan ini.

Aku belum memikirkan bagaimana menjelaskannya, jadi aku membelakangi dia. Aku mendengarkan derak botol obat di tangannya. bergemeretak bergemeretak bergemeretak dan bergemeretak Agak menjengkelkan, tapi tak lama kemudian, dia meredamnya dengan bunyi klak.

"Berapa lama kamu akan menyembunyikan ini dariku jika kamu tidak pingsan dikelas hari ini?"

"Jangan pura-pura tidur. Aku tahu kamu tidak tidur"

Nada suaranya lembut, jadi semakin sulit untuk menghindarinya. Aku berbalik, memutuskan untuk menghadapi ini secara langsung.

"Aku harus mulai mana..."

Aku memikirkan bagaimana menjawab pertanyaan ini. Aku dapat menceritakan kisah kelahiranku sambil menangis, atau aku bilang saja ini adalah cacat lahir yang langka dan tidak ada yg bisa kita lakukan. Aku hanya tidak mengira kata-kata ku akan berubah menjadi bubur yang tidak bisa dimengerti saat sampai di mulutku. Aku menjelaskan dengan berbelit-belit, Aku tak tau apakah dia memahaminya.

Aku duduk di tempat tidur, berpura-pura bersabar sambil menunggu dia mengatakan sesuatu.

"Apa itu Sindrom Protocore?" Dia menatapku setelah membaca label di botol obat.

"Mungkin... penyakit mematikan yang membuat jantungku semakin lemah?"

"Apakah tidak ada obatnya?"

"Ada...tapi kita membutuhkan Protocore khusus."

"Jenis apa?"

"Katanya ada Protocore yang bisa menyembuhkan penyakit apa pun..."

Xavier tidak menanggapi, tapi aku bisa melihat alisnya berkerut dan matanya menari-nari mengelilingi ruangan.

"Philos sangat besar. Butuh waktu lama untuk menemukannya. Jangan khawatir, aku akan baik-baik saja untuk saat ini dengan obat... Selain itu, mungkin keajaiban akan terjadi, dan aku akan sembuh."

Aku berbicara dengan cepat, berharap dapat meredakan ketegangan. Tapi saat Xavier melirik ke arahku, dia terlihat sama sekali tidak terpengaruh. Diam-diam, dia berbalik untuk mengamati matahari terbenam dari jendela. Lalu dia kembali menatapku.

"Ayo kita saksikan hujan meteor bersama-sama."

Xavier anecdote (Translate)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang