Pak Utoyo dan mas Indra masih telanjang duduk santai berhadapan di antara sofa dan kursi busa. Mereka tak malu lagi dengan ketelanjangan itu sambil menikmati wine dan merokok. Entah apa yang dibincangkan, wajah mereka terlihat bahagia.
Sesaat kemudian bu Elis datang menemui mereka, kini memakai gaun putih transparan tanpa lengan. Memek dan payudaranya terlihat indah di balik gaun transparan yang ia kenakan. Bibirnya merah menyala, ia memoles liptik usai membersihkan diri di kamar sebelumnya. Pak Utoyo menyambut dengan menuangkan wine di gelas dan memberikan ke bu Elis, kecupan dan diberikan untuk menghibur perempuan yang ia gangbang malam itu.
Ia mendudukan bu Elis bersandar setengah tiduran di sofa, bersebalahan dengan dirinya sehingga mudah memeluk dan membelai rambut sebahu bu Elis. "Maaf baru kali ini saya begini," kata bu Elis yang merasa tak bisa memuaskan para pria pemujanya itu.
Pak Utoyo tersenyum memaklumi, ia menghabiskan sebatang rokoknya, menengak sisa wine di gelas kemudian kembali membelai rambut kemudian beralih ke dada bu Elis. Tangannya memilin-milin putting kemudian memangut bibir bu Elis yang usai merasakan lelah. Pengaruh minuman beralkohol menjadikan mereka rileks dan mengembalikan syahwat dalam pesta kecil mereka.
Pangutan bibir pak Utoyo dan bu Elis semakin liar, mereka beradu lidah dalam ronga mulut. Tangan pak Utoyo aktif menarik kuncian tali gaun bu Elis, kemudian mereka duduk berhadapan di sofa sama-sama. Pangutan bibir pak Utoyo beralih ke dada bu Elis yang selama ini ia kagumi.
Mas Indra yang duduk di dapan mereka bangkit setelah mendapat kode dari pak Utoyo agar dia bergabung. Ia mendekat memegang Pundak menjilat punggung mulus bu Elis yang menghadap pak Utoyo.
Tangan kanan bu Elis diraih mas Indra diarahkan memegang pensinya. Bu Elis paham, jarinya lembut mengelus penis yang kembali mengembang berdiri kemudian mengocok-kocok kecil. Dengan gerakan memegang pinggang bu Elis, mas Indra mengarahkan agar perempuan itu menungging, kemudian melucuti celana dalam bu Elis .
Pak Utoyo paham, dia bersandar di sofa mengarahkan penisnya ke mulut bu Elis. Rasa hangat ia rasakan dari rongga mulut dan lidah perempuan pengusaha itu.
"Izin pak," mas Indra meminta izin ke pak Utoyo untuk eksekusi bu Elis dri belakang, yang kemudian dijawab dengan acungan jempol pa Utoyo tanda setuju.
Mas Indra melanjutkan mengawali dengan meludahi sela bongkahan pantat bu Elis, ludah menetes tepat di bibir tempik kemduian dia oles, dan memasukan pensinya yang tegang. Mas Indra mendoggy bu Elis yang sedang mengoral pak Utoyo.
Menggunakan penyangga lutut mas Indra memaju mundurkan penisnya.
"Eeeeeeeeegggggghhhhhhhzzzzzzz ........ "bu Elis mendesis-desis dengan mulut tersumpat penis, merasakan batang kemaluan mas Indra.
"SSsssstt,,,hmmm Eeeeeeeeegggggghhhhhhhzzzzzzz ........ " bu Elis kembali mendesis-desis saat mas Indra memasukan penisnya maju mundur, tanganya awalya memagang pinggang bu Elis beralih ke bawah dibalik peut menggosok-gosok depan bibir vagina dan kelentit yang ia tusuk dari belakang.
Hal itu membuat bu Elis semakin blingsatan. Sementara pak Utoyo yang sedang dioral kembali memilin payudara bu Elis, memencet, memelintir sambil menarik narik kedua puting susu hitam sebesar kelingking yang menegang kaku karena terangsang.
"Prluettsuourt plok polute teriiutit," ayunan pompanan penis mas Indra menimbulkan suara tempik bu Elis. Kedua tangan bu Elis menjadi tumpuan tubuhnya yang sedang didoggy.
Permainan jari mas indra di kelentit bu Elis membuat tubuhnya menggelinjang tak karuan di antara mengoral dan dipermiankan payudaranya.
"Aaaaaaaaaagggggghhhhh ....... " bu Elis terus mendesah-desah saat jari telunjuk itu memainkan klitorisnya, sementara penis mas Indra menjejali liang vagina dan kemudian mengorek-ngorek di dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Relasi Bisnis, Uang dan Seks
AvventuraMata bu Elis berbinar saat membuka pengumuman lelang proyek nasional dari sebuah situ lembaga pemerintah. Sebuah usaha yang tak sia-sia, selama ini bu elis membangun relasi dengan segala cara. jamuan, menyuap hingga menyerahkan tubuhnya.