"Alea, kamu jalannya lambat banget sih!" ujar gadis berbando pink yang tengah memelankan langkahnya, menunggu sang sahabat yang terkekeh ringan sembari mempercepat langkah untuk menyusulnya .
"Sabar dong Ji, lagian lo yang jalannya cepet kok nyalahin gue."
Azalea Eldara Bulan Perovic.
Gadis berambut hitam pekat, tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek. Tidak terlalu cantik, tetapi memiliki wajah manis dan menenangkan. Alea, gadis yang selalu tampil apa adanya dan tidak terlalu mengikuti trend masa kini. Menurutnya, apa yang ia suka akan ia lakukan.
"Ih, kamu kok keliatan b aja si Le? Kesel deh aku sama kamu!" Jiyaza Marcella Audinata.
Gadis bawel yang selalu menemani hari-hari Alea. Kata Jiya, 'kalo aku gak bawel aku gak bakalan hidup Alea, soalnya aku dilahirin bunda buat ngomelin kamu'. Eh, tapi bawel begitu juga kesayangannya Alea loh! Jangan macem-macem!
"Ya terus gue harus gimana Jiya? Keliatan C aja? Atau D aja?" Alea memandang Jiya yang kini berbalik menatapnya sambal terus berjalan. Alias jalan mundur.
"Kamu gimana sih Alea, nih denger yah!" ia mulai mengubah mimik wajahnya menjadi serius.
"Inituh hari pertama kita di SMA Mahatma yang notabennya sekolah unggulan yang isinya cogan semua Alea! Oh iya, aku udah stalking beberapa cowo famous disini tau, ih gemes banget deh! Nanti kamu bisa milih mau yang mana, ada Kak Ujang kelas XI IPA 2, ada Kak Ocong kelas XI IPS 1, oh iya ada Kak-"
DUGG!
Alea yang tadi hanya menanggapi Jiya dengan malas kini terbelalak kaget menatap sang gadis cerewet yang sudah tersungkur. Wajahnya memerah menahan tawa yang siap meledak kapan saja.
Baru saja ia akan membantu Jiya, tetapi gadis itu lebih dahulu bangkit dengan wajah yang menahan amarah. Oh tidak, Alea bakalan denger Jiya teriak-teriak lagi dong. Bukan gimana-gimana tapi telinga Alea kadang sakit sendiri kalo Jiya udah marah-marah.
"SIAPA SIH YANG NABRAK AKU, KAMU GA PUNYA MATA YA? KALO JALAN PAKE MA-" mulut yang tadinya mengeluarkan suara sumbang kini menganga dengan kedua mata yang berbinar-binar.
Alea yang merasa heran dengan tingkah Jiya kini ikut melihat apa yang membuat sahabatnya berhenti berteriak marah.
Seorang pria yang memiliki mata jernih serta rambut yang acak-acakan tengah menatap Jiya dengan tampang datarnya. Tampan, sangat tampan. Itulah kesan pertama kali Alea saat ikut menatap sang pria. Alea memutuskan pandangannya kala mata tajam yang awalnya menatap Jiya kini beralih menatap maniknya.
"Alea!" seru Jiya tanpa memutuskan pandangan pada pria yang telah menabraknya.
"Le, aku gak mati karna nyungsep kan? Soalnya di depan aku ada pangeran Le! Ganteng banget!!"
Oh Tuhan! Gini nih kalo Jiya tetiba liat cogan, urat malunya ilang semua. Alea yang takut Jiya akan semakin menjadi-jadi kini menarik ransel sang sahabat lalu maju dan tersenyum canggung pada pria di depannya.
"Eh, maaf yah Kak. Salah temen aku yang nabrak kakak. Sekali lagi maaf yah!"
Tidak ada respon. Pria tadi hanya terus menatap manik cokelat yang dimiliki Alea. Ia sedikit, tertarik?
Alea yang sedari tadi ditatap menjadi risih dan tidak nyaman. Ia berangsur mundur dan menarik Jiya yang masih dengan ekspresi cengoknya.
"Tunggu!" Alea menghentikan langkah kakinya kala suara dingin si pria menyapa telinganya.
Ia berbalik dan menemukan manik coklat itu menatapnya, lagi.
"Nama?" Alea mengerutkan keningnya bingung. Alea gak bego-bego amat kok buat ngerti maksudnya. Tapi yang Alea pikirin, emang penting kenalan di saat-saat kayak gini?
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑮𝒆𝒓𝒉𝒂𝒏𝒂 𝑩𝒖𝒍𝒂𝒏
Romance‼️JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BACA‼️ ----------- "Aku menyukai Gerhana." Tentang si gadis yang menyukai gerhana, Tentang gerhana yang menyukai bulan, Tentang bulan yang selalu menjadi sahabat malam. Namun rupanya sang gadis lupa, bahwa bulan tidak se...