15 - Give Me Your Forever

1.6K 281 43
                                    

Dalam kegelapan yang merayap, sebuah ruangan kecil tersembunyi di antara bayang-bayang kenyataan yang masih dipertanyakan. Dengan sentuhan cahaya remang, redup cahaya lampu adalah satu-satunya penerangan yang mengitari tempat ini. Sinar sang surya seakan enggan untuk hadir menembus sela-sela ruangan yang mematri begitu rapat. Layar komputer yang menyala adalah satu-satunya fokus cahaya nyata, menyinari wajah yang akan difokuskan dalam pencarian tak berkesudahan.

Ruangan ini adalah tempat dimana ilmu dan imajinasi saling mendekap dengan hangat. Ruangan ini juga menjadi tempat bagi sifat tamak penghuni bumi. Keingintahuan yang tiada henti memecahkan berbagai misteri, serta penemuan-penemuan baru yang ingin diungkap kebenarannya, walau harus melewati perjuangan yang panjang.

Sebuah bukti yang terkunci dalam naskah usang, yang telah berhasil mereka temukan adalah bukti lanjutan dimana harapan bersemayam dalam lembar yang tersaji di dalam sana. Sebuah foto usang yang terselip di antara lembaran tersebut akan mereka jadikan praduga lanjutan, untuk sebuah kesalahan yang entah benar dialah pelakunya atau bukan. Namun tak hanya itu saja, beruntung lembaran usang ini meninggalkan jejak lain berupa sidik jari, menghiasi halaman yang tak dapat lagi dibaca tulisan di dalamnya.

Sidik jari telah menjadi standar identifikasi hampir satu abad lamanya. Sidik jari dapat digunakan untuk memastikan individualitas seseorang, sehingga dapat diidentifikasi asalnya. Hampir tidak ada kejahatan yang terjadi di muka bumi ini tanpa bantuan sepasang tangan. Oleh karena itu, jejak dari jemari lentik yang memainkan skenario kejahatan, akan dapat terlihat tentang siapa yang telah memainkan peran untuk jalan cerita kemunafikan.

Prana duduk pada kursi ergonomisnya. Di depan pria itu sudah terdapat layar komputer yang akan menampilkan hasil analisis data dari bukti yang sudah mereka temukan. Sedangkan di sisi kanannya, sudah terdapat alat yang akan digunakan untuk membantunya mengenali sidik jari tersebut.

Prana mengambil buku usang itu dalam posisi tangannya yang sudah dibaluti sarung tangan latex. Ia melihat kembali jejak sidik jari yang terdapat di lembaran tersebut. Dengan ekspresi yang sulit diartikan, Prana beralih menatap Nara.

"Ada apa?" tanya Nara ketika Prana seolah ingin memberitahunya namun dalam posisi bibir yang masih terkatup. Gadis itu berdiri di samping Prana dengan posisi satu tangannya memegangi kursi yang tengah Prana duduki.

"Sidik jari ini terletak di permukaan kertas," ucap Prana.

Mengernyitkan dahinya, "Lalu?" tanya Nara lagi sebab ia tidak begitu paham tentang korelasi antara kertas dengan sidik jari.

"Sidik jari tercipta dari minyak alami dan residu yang tertinggal di jari kita. Sidik jari juga relatif mudah dihilangkan dari permukaan berpori seperti karton atau kertas," jelas Prana dalam konsep yang sederhana.

"Sidik jari itu terdapat di permukaan kertas, lalu apakah penyelidikan terhadap sidik jari ini tidak bisa kita lakukan?" tanya Nara dengan sebuah helaan nafas pesimis. Gadis yang awalnya terlihat bersemangat meneruskan penyelidikan kali ini, entah kenapa seketika dirundung sedikit rasa cemas. Apakah usaha pencarian kebenaran yang ia lakukan akan terhenti kali ini?

"Penyelidikan ini akan tetap kita lanjutkan. Hanya saja ada usaha ekstra untuk hal ini, mengingat permukaan berpori mengaburkan sebuah tanda yang seharusnya jelas." Prana kembali menanamkan keyakinan pada diri Nara. Penyelidikan ini akan tetap ia lanjutkan sampai kasus ini menemukan titik terangnya. Satu hal, agar gadis yang tengah membersamainya kali ini tidak merasa dikhianati karena janji yang tidak ditepati.

A Symphony for Justice and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang