Silencia terpana, ia menengokkan kepalanya keluar dari kereta. Ini pertama kalinya ia melihat portal sihir yang begitu besar ; gerbang sihir setinggi pilar istana yang terletak di sebuah tanah kosong tandus. Ia terpesona oleh keindahan dan misteri portal tersebut. Portal berwarna merah terang itu terlihat seperti pintu yang terbuka ke dunia lain, dengan sinar membentuk spiral di dekatnya.
"Indah bukan? Tapi karena ini pertama kali untukmu, kau harus berpegangan erat denganku," Ares mendekati Silencia dan memeluknya.Kusir menyerukan sebuah kata yang belum pernah Silencia dengar sebelumnya. Entah itu mantra atau hanya tanda bahwa mereka akan melewati portal.
"Apakah ini menakutkan?" Silencia memeluk tubuh besar Ares dengan erat.
"Tidak, tapi mungkin akan membuatmu sedikit mual," Ares mengusap punggung Silencia.
Kereta dan rombongan berjalan maju memasuki portal. Ketika mereka berjalan melewati portal, Silencia mengalami sensasi yang aneh. Dunia di sekitarnya berputar cepat dan segala sesuatu terlihat berubah bentuk dan ukuran. Kepalanya terasa berat waktu melihat sekeliling. Setelah beberapa saat, mereka tiba di tempat yang tampak seperti reruntuhan kuil tua."Kita sudah tiba di reruntuhan kuil Ades. Silencia, kau baik-baik saja?" bisik Ares. Ares merasakan pelukan Silencia semakin erat. Tubuh Silencia demam. "Oh, tidak. Tubuhmu bereaksi terhadap portal sihir," ujarnya lagi.
Pelukan Silencia melemah, ia tidak sadarkan diri. Portal sihir memang terbuat dari kekuatan sihir milik Ash Alkaid, tapi jauh sebelum itu, tanah reruntuhan kuil Ades adalah tempat dimana para iblis dimusnahkan dulu. Portal itu terbentuk dengan mengambil sedikit energi milik iblis, jika tanpa energi tersebut, Ash tidak bisa membangun portal.
Ares memberi tanda pada kusir untuk menghentikan kereta.
"Panggil Thorne dan Tessa," perintahnya. Dengan cepat sang kusir berlari ke kereta di belakang.
"Permisi Yang Mulia," Tessa mengetuk pintu kereta dan masuk.
"Setelah melewati portal, tubuhnya demam tinggi." Cerita Ares pada Tessa.Ares tahu bahwa Tessa pasti dibekali sesuatu oleh Ash. Dan benar saja, Tessa mengeluarkan beberapa butir pil dari sebuah wadah kecil.
"Ini beberapa obat dari Tuan Ash Alkaid, beliau sudah mengira ini akan terjadi karena mana di tubuh nona bercampur dengan kekuatan suci." Tessa menjelaskan sambil memasukkan obat ke dalam mulut Silencia yang setengah sadar lalu menenggakkannya air dari dalam botol. "Sekarang kita harus menunggu obatnya bekerja," ujarnya lagi."Yang Mulia, apakah kita harus berhenti?" Thorne bertanya dengan khawatir.
"Tidak perlu, tetap lanjutkan. Aku dan tessa akan menjaganya di sini," Ares mengisyaratkan agar Thorne kembali ke keretanya. "Kau tetap di sini dan bantu aku kalau sesuatu terjadi pada Silencia," Ares beralih ke Tessa, tangannya memeluk erat Silencia yang tidak sadarkan diri.
"Baik, Yang Mulia"
***
Silencia bangun dengan rasa nyeri hebat di kepalanya dan memijat keningnya lembut. Ia merasakan kereta masih berjalan.
"Kau sudah bangun?" Tanya Ares dengan suara rendah. Ternyata Ares masih di sisinya dengan setia."Ah, iya. Maafkan aku. Kepalaku sakit sekali rasanya." Entah berapa hari Silencia tidak sadarkan diri. Ingatan terakhirnya adalah ketika mereka memasuki portal.
"Kau tidak harus minta maaf," Ares membelai rambut Silencia dengan perlahan.
"Berapa hari aku tidak sadarkan diri?"
"Dua setengah hari, kau pasti lapar. Ini, makanlah," Ares membuka bungkusan kertas yang berisi beberapa roti dengan ukuran kecil."Masih hangat, apakah kau baru membelinya?" Tanya Silencia sambil mengambil satu.
Ares mengangguk."Iya. Karena kita sudah masuk ke wilayah tengah kota utara, jadi banyak toko di daerah ini"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Duke's Adopted Daughter (REVISI)
RomanceSuatu hari Hasegawa Aya, seorang wanita berusia 30 tahun mengalami kecelakaan sepulang kerja, dan ketika bangun, ia mendapati dirinya berada di dalam sebuah novel online yang terakhir dibacanya sebelum tewas. Berawal dari rasa simpatinya semasa hidu...