Ruangan bercat putih dipenuhi oleh rak-rak buku berjajar rapi. Setiap buku diletakkan pada raknya sesuai dengan genrenya. Dalam ruangan yang sepi, terlihat seorang gadis berpakaian putih abu tengah berdiri seorang diri diantara rak buku yang menjajakan kategori fiksi romance. Tangannya mengambil salah satu buku dengan sampul yang menarik perhatiannya. Gadis pemilik nama Cattleya Arshavina itu membuka setiap lembaran novel yang dibacanya secara sekilas. Sorot mata penuh kekaguman tercetak jelas di wajahnya.
Ruangan perpustakaan yang hening membuat setiap lembar buku yang ia buka terdengar begitu jelas. Namun saat pikirannya sudah hanyut dalam alur cerita novel yang ia baca, telinganya tiba-tiba menangkap suara benda yang membentur lantai. Lewat celah rak buku dihadapannya, matanya menangkap sesosok lelaki yang menjatuhkan setumpuk buku tebal di tangannya. Mulutnya tiba-tiba terdiam membisu, tangannya kemudian menutup buku dalam genggamannya. Tanpa ada niatan untuk membantu, gadis itu hanya menatap lelaki tersebut dari jarak yang jauh dengan mulut bungkam. Sementara lelaki itu, kini sedang duduk bersimpuh memunguti buku-buku tebal yang berserakan di lantai.
"Siapa di sana?" tanya lelaki itu.
Sepersekian detik detak jantungnya terasa berhenti. Cattleya tertangkap basah. Sejurus kemudian tangannya membolak-balikkan lembaran buku yang berada digenggamannya. Berpura-pura membaca untuk menetralisir rasa gugupnya. Cattleya membatin, bagaimana lelaki itu bisa tahu bahwa dia sedang berada di sini?. Karena nyatanya posisi lelaki itu saja saat ini tengah memunggungi badannya. Apakah dia cenayang? atau punya mata batin?.
"Ga usah pura-pura, karena gue tahu lo cuman membolak-balikkan halaman" ucap lelaki itu dengan tenang. Lelaki itu berdiri dengan setumpuk buku ditangannya, langkah kakinya berjalan mendekati sang lawan bicara. Setiap ketukan yang berasal dari langkah kakinya, terdengar jelas mendominasi ruangan. Juga setiap bunyi ketukan yang terdengar jelas, terasa seirama dengan detak jantung Cattleya.
"Benarkan?" tanyanya.
Merasa tersinggung oleh fakta. Cattleya membalikan badannya, berhadapan dengan lelaki itu. Mata lentik dengan netra kecoklatan miliknya bersitatap dengan netra hitam milik lelaki itu selama beberapa saat. Lelaki yang tidak ia ketahui namanya siapa itu, berdiri tepat di depan matanya dengan tubuh bersandar pada rak buku dihadapannya. Cattleya kembali menutup mulutnya, entah pergi kemana keberanian untuk menentang kebenaran dari ucapan lelaki itu beberapa saat yang lalu. Karena sekarang lidahnya terasa kelu. Cattleya menelan ludah, kakinya mundur selangkah.
"Lo yang katanya murid baru itu ya?"
Senyum miring tercetak jelas di wajah lelaki itu. Netra hitamnya menatap Cattleya menilai."Iya, kenalin nama gue Cattleya" Cattleya menjulurkan tangannya dengan gugup. Menunggu orang di hadapannya menerima jabatan tangannya. Namun setelah menunggu sekian lama, tangan itu tidak tersentuh sedikitpun. Sementara di sisi lain, lelaki itu sudah melangkahkan kakinya menjauhi Cattleya. Berjalan berlawanan arah meninggalkan Cattleya seorang diri di sana. Cattleya tersenyum masam menatap tangannya yang masih menggantung di udara.
"Gue udah tahu nama lo sejak lama" ucap lelaki yang tidak diketahui namanya itu. Lelaki itu tidak sedikit pun menengok ke belakang. Langkahnya membawanya ke arah pintu keluar. Dengan detak jantung yang masih berdebar kencang, Cattleya terbelalak mendengar ucapannya. Saat ia hendak mengucapkan sepatah kata, suaranya terpotong oleh ucapan berikutnya yang keluar dari mulut lelaki itu. Cattleya menelan ludahnya sendiri.
"Semoga kali ini lo berhasil"
Cattleya membalikan badannya menatap punggung lelaki itu dengan tatapan tidak percaya. Maksudnya apa? kalimat itu terngiang-ngiang di kepalanya. Sementara, baru kali ini mereka berdua bertemu. Lagi pula dia bukanlah anak dari orang yang terpandang sehingga namanya dikenal banyak orang. Apalagi selebritis yang mukanya ada dimana-mana. Seluet lelaki itu semakin lama semakin menghilang dari pandangannya.
"Renjana Maheswara" gumam Cattleya mengingat-ingat kembali nametag yang tertera dibaju putih lelaki itu. Pikirannya mencoba mengingat wajah lelaki yang sama sekali tidak ia kenali sebelumnya. Mungkinkah mereka pernah bertemu di suatu tempat sebelumnya? atau hanya Cattleya yang tidak mengingatnya?.
_____________________
"Hei Cattleya!" ucap seorang gadis dengan rambut indah yang tergerai bebas. Gadis yang memiliki nama Arsyla Anindyaswari, merupakan teman baru Cattleya. Beruntungnya mereka ditakdirkan untuk menjadi teman sebangku. Terlebih mereka berdua memiliki kesamaan yaitu penyuka karakter fiksi. Sehingga tidak cukup sulit untuk keduanya mengakrabkan diri.
"Arsy lo ngagetin!" Cattleya menghempaskan tangan Arsyla yang menempel dibahunya. Gadis itu barusan menepuk bahunya cukup kuat. Sehingga sang empu yang tengah melamun itu terkejut seketika dengan perlakuannya.
"Lo ga liat apa?, dari tadi lo diliatin terus sama Bu indie!" ucapnya berbisik di telinga Cattleya.
Cattleya melihat ke depan untuk memastikan apa yang diucapkan oleh Arsyla. Sedangkan di depan sana, Bu Indie selaku guru yang membidangi mata pelajaran bahasa Indonesia itu saat ini tengah fokus menulis di whiteboard. Cattleya berdecak pelan, ternyata Arsyla berbohong. Sudut matanya menangkap Arsyla yang tengah menahan tawa di sampingnya. Sungguh menyebalkan.
"Lagian kenapa sih lo liatin si rencana mulu, naksir ya?" Ucapnya cengengesan.
"Rencana? Maksudnya rencana apa?" Cattleya bingung. Karena suara gaduh anak-anak yang tengah berolahraga di luar membuatnya tidak mendengar jelas ucapan Arsyla yang terdengar seperti gumaman baginya.
"Maksud gue tuh si Renjana" Arsyla menunjuk sosok lelaki yang duduk di barisan ke dua dengan jari telunjuknya. Cattleya mengikuti arah telunjuk Arsyla. Matanya menatap lamat-lamat sosok di depan sana yang tengah mencatat materi. Orang yang sama, yang saat ini tengah memenuhi isi pikirannya. Ucapan Renjana beberapa saat yang lalu masih terngiang-ngiang dikepalanya. Jiwa penasarannya melambung tinggi pada sosok lelaki itu. Apalagi fakta mengejutkannya ternyata mereka berdua sekelas. Seolah memberi jalan mudah bagi Cattleya untuk mencari petunjuk.
"Gue tahu lo salah fokus kan?" Kali ini gadis itu semakin menyebalkan. Sebelah alisnya naik turun meminta jawaban. Hanya saja, sayangnya ucapannya dihiraukan oleh Cattleya begitu saja. Cattleya lebih memilih menuliskan catatan materi di depan sana, ketimbang meladeni ucapan Arsyla yang tidak ada habisnya.
"Ya secara kan si Renjana itu ganteng, kulitnya putih, idungnya mancung terus alisnya juga tebel...." Arsyla semakin menjadi jadi. Baru 4 hari mengenalnya saja sudah membuat Cattleya mengetahui secara langsung sifat buruknya. Gadis itu suka menggerutu tidak jelas.
"Tetapi jangan pernah menaruh hati pada Renjana!" ucapnya dengan menggebrak meja cukup kuat. Dengan tatapan mata meyakinkan, gadis itu hendak mengeluarkan kembali suaranya. Namun sayangnya suara itu hanya bisa tertahan ditenggorokan.
"Kau Arsyla keluar!" suara yang berasal dari depan sana berhasil mengakhiri sesi ocehan Arsyla yang tidak berarti. Suara itu juga yang membuat gadis disebelahnya melangkahkan kaki dan melenggang pergi.
"Mampus tau rasa lo!" Cattleya tersenyum penuh kemenangan.
___________________________________
Hi, sekedar info.
Cattleya dibacanya Katleya ya atau terserah semau kalian aja.Makasih yang sudah mau membaca cerita ini, semoga kalian suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Secret
Teen Fiction"Pokonya lo harus ngerasain apa yang gue rasain!" Cattleya Arshavina, murid baru di SMA Bumi Laksana yang baru menginjak 3 hari yang lalu tidak pernah menyangka akan bertemu dengan sesosok lelaki yang begitu misterius. Cattleya dengan segenap jiwa p...