PROLOG

3 0 0
                                    

"Saya terima nikahnya Fiona Aletisya Mahatma dengan maskawin tersebut dibayar tunai."

***

Tok tok tok

"Fiona?" Perempuan yang tengah duduk di sofa tepat di tengah-tengah ruangan mengangkat kepalanya ke arah wanita baya yang baru saja memanggil namanya tadi

"Tante Manda.." sahut perempuan itu.

Manda berjalan masuk. Menatap pada gadis bergaun putih yang barusaja menyelesaikan make up  untuk pesta malam pernikahannya. Kedua sudut bibir wanita itu terangkat membentuk senyum lembut.

"Mama gak nyangka, kamu akhirnya yang menjadi pasangan hidup putra saya. Mama bahagia.."

Fiona tersenyum kecil oleh untaian kalimat singkat itu. "Tante aku..-"

"Mama." Manda mengoreksi.

"Mama, seharusnya Fiona yang berterima kasih karena mama dan papa udah membantu Fiona bertemu mas Devan. Kita berdua mungkin belum kenal lama, tapi sikap mas Devan udah cukup meyakinkan aku untuk menerimanya sebagai bagian dari sisa hidup aku sekarang. Fiona juga minta maaf kalau Fiona mungkin bakal menjadi istri sekaligus menantu yang mungkin masiu jauh dari yang mama inginkan."

"Mama gak masalah, namun kamu gak boleh ragu buat beri tahu mama tetang semua kesulitan yang kamu alami bersama Devan. Jangan tanggung semuanya sendiri. Memang benar kamu baru mengenal kamu kurang dari tiga bulan, tapi mama sendiri sudah lama kenal sama kamu. Ingat, kamu sekarang punya dua orang tua yang selalu siap mendukung kamu disaat susah dan senang."

"Makasih ma." Fiona sangat dibuat terharu oleh perkataan Manda, jika bukan karena mengingat riasan yang ada di wajahnya, dia mungkin sudah lama meneteskan setitik air mata.

"Ayo, Devan pasti udah nungguin kamu di luar."

***

"Papa masih gak nyangka, kamu yang dulu sekecil botol AQUA benar-benar sudah menikah sekarang."

Devan dibuat tertawa oleh kata botol AQUA yang dilontarkan oleh Alan papanya. Karena dia dulu yang terlahir prematur, dan tubuhnya yang baru lahir setelah tujuh bulan di dalam rahim ibunya benar-benar begitu kecil sepeeti botol AQUA. Memang agak mengejutkan sih, bayi yang dahulu diejek mirip kayak monyet benar benar beristri sekarang.

"Papa senang kamu benar-benar sudah dewasa sekarang, itu artinya tanggung jawab yang kamu pikul udah bertambah. Jaga istri kamu baik-baik, jangan bertindak kasar apalagi sampai main tangan. Ingat, dia sekarang adalah bagian dari sisa hidup kamu. Dia istrimu, bukan seseorang yang bisa kamu anggap sebagai ibu. Kalau ada masalah selesaikan baik-baik. Kamu paham maksud papa?"

Devan mengangkat tangannya dan memeluk pria baya yanh selalu menjadi sosok papa kebanggaannya selama ini. "Devan paham pa, makasih selalu ada mendukunh Devan hingga titik ini. Kalau bukan karena papa, Devan mungkin gak punya keberanian untuk bisa melamar perempuan yang Devan cintai sampai sekarang."

"Hmph!" Alan mendengus "Tau juga kamu berterimakasih ke papa. Kirain gengsi kamu tinggi toh."

"Apasih pa, waktu Devan lulus sekolah juga Devan selalu bilang makasih kok ke mama papa." kekehnya.

"Serah mu, padahal, perasaan baru kemarin papa marahin kamu karena cosplay duyung di kolam ikan koi kesayangan papa. Sekaranh tau-tau sudah beristri satu."

"Masa kecil biarlah berlalu pa.."

"Halah, bilang aja kamu malu."

SUKA SUKA MASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang