3 : Jangan menuduhnya seperti itu

169 19 0
                                    

"Aku akan pikirkan..." Ucap Simon sembari menerima brosur itu.

Simon membaca brosur itu sebentar, laku bertanya. "Kenapa kakak masuk klub karate?"

"Biar bisa pukul orang-orang yang lancang." Senyumnya.

"Yang lancang? Kakak tenang saja. Kalau ada yang ganggu, nanti Simon pukulin."

Noah terkekeh pelan. Makhluk gemesin dari mana ini... pikirnya begitu.

Simon serius, jika ada yang berani mengganggu Noah, dia pastikan orang itu babak pelur, paling parah palingan masuk tanah.

"Aku dengar-dengar kakak benci perbuatan jahat seperti... Gangster, bullying gitu, ya?" Simon memberanikan diri bertanya.

"Ya. Kalau aku bertemu dengan mereka di luar sekolah, pasti sudah membunuhnya." Tiba-tiba suasana jadi tidak mengenakkan, suara Noah juga jadi begitu dingin.

Simon memilih untuk tidak lanjut bertanya, pasti ini bukan hal bagus untuk didengarkan.

"5 menit lagi masuk. Kembalilah ke kelasmu."

"Gamau, masih mau main sama kakak."

Noah menghela napas pelan. "Bahkan adikku tadi aja tidak pernah bersikap seperti ini." Ucapnya dengan suara kecil.

"Kakak tau ga? Tiap kita dekat seperti ini, rasanya jantungku berdegup kencang. Sepertinya Simon suka sama Kak ketos." Ucap Simon dengan jurus puppy eyesnya.

Noah sedikit terkejut dengan pernyataan cinta yang luar nalar ini, mendadak sekali.

"Suka, ya? Tapi Simon terlalu lucu buat jadi pasangan kakak. Dilihat-lihat Simon lebih cocok buat jadi adik kesayangan~" Oke, Nolan terbuang.

Simon membuat wajah bingungnya. "Pasangan? Aku bilang, aku suka kakak sebagai kakak kelas, bukan menuju hal itu."

Sialan.

Noah jadi malu sendiri, mukanya pasti udah memerah. Apa dia kepedean? Dia ingin sekali memukul manusia di depannya untuk melampiaskan rasa malunya itu.

Simon sepertinya sudah menertawakan reaksi Noah di dalam hatinya. Seru sekali menjahili ketua osisnya ini.

'Apa sih... Lagian memang mustahil makhluk polos ini bisa tau cinta...' Pikir Noah yang nyesal udah kepedean seperti itu.

Akhirnya bel masuk berbunyi, Simon terlihat begitu kecewa.

"Udah kembali sana." Usir Noah sambil mengibaskan tangannya bertanda mengusirnya.

"Cium dulu dong," ucap Simon menunjuk ke arah pipinya.

Noah menatap tidak percaya. "Apa?"

"Katanya kakak menganggap aku sebagai adik kesayangan. Keluarga ketika mau berpisah pasti harus cium pipi dulu, kan? Biar ga kangen. Ayo, sebelum kelas ada orang."

"Gaada, gaada!" Noah langsung mendorong Simon keluar dari kelas.

Simon melihat itu hanya tertawa. Yah, dia berhasil menjahili Noah lagi, lihatlah mukanya yang merah padam.

Sangat imut.

Akhirnya Simon kembali ke kelasnya dengan berat hati karena tidak ada ciuman dari doi.

"Noah, bisa-bisanya kau temenan sama dia." Ucap anak sekelasnya, Zie.

"Huh? Memangnya kenapa? Dia lucu kok."

"Lucu apanya? Penampilan culun gitu, trus katanya dia membunuh ibunya sendiri." Bisiknya ke Noah.

Noah mendengar itu terdiam, dia langsung menatap tajam ke arah anak itu.

"Apa? Ulangi perkataanmu."

"Banyak orang yang bilang dia membunuh ibunya sendiri."

"Apa-apaan, itu hanya rumor." Ucap Noah yang berusaha tenang, jangan sampai dia buat masalah di sekolah. Apa lagi sekarang adalah jam wali kelas, beliau sangat cepat masuk ke kelas ketika sudah bel.

"Tapi sudah banyak orang yang membicarakan itu, buktinya, dia adalah anak pindahan, dia berhenti sekolah selama 1 tahun, dan masuk kembali di sekolah ini. Dari mukanya, bukankah sudah jelas itu kenyataan?"

"Lebih baik kau jangan dekat-dekat dengan pembunuh sepertinya."

Buak!

Terdengar suara pukulan yang keras, seorang anak terlempar menabrak meja kursi sampai berserakan ke mana-mana.

"ARGGH!"

Terbukti Noah meninju pipi anak itu, kesabarannya sudah habis.

"Pembunuh? Bukankah kau yang harus berkaca?!" Noah menarik kerah baju anak itu sampai napasnya sesak.

"UHK! KH-! AK–!?"

"Kalian terus membullynya karena rumor? Memangnya apa yang kalian tau tentangnya? BISA SAJA SUATU HARI KALIANLAH YANG MENJADI SEORANG PEMBUNUH SECARA TIDAK LANGSUNG!"

"Tidak ada bukti yang jelas, tapi terus mengatainya pembunuh? Aku tidak habis pikir dengan otakmu itu, apa otakmu sesempit itu hanya untuk sekedar berpikir?!"

Noah akhirnya berhenti mencengkram kerah bajunya, dan menunjuk ke arahnya, "Kau. Minta maaf padanya."

Anak itu hanya mengangguk sambil memegang lehernya yang sempat kecekik tadi, dia benar-benar takut sekarang. Dia tadi hampir terbunuh oleh ketua kelasnya sendiri.

Noah melihat di pintu sudah ada wali kelasnya berdiri di sana. Ia sadar apa yang telah diperbuatnya, berbuat keributan di kelas dan memukul anak orang sembarangan, dan juga mengganggu jam pelajaran.

"Maaf, bu." Ucap Noah sambil menundukkan kepalanya.

"Ikut ibu ke ruang guru."

Noah hanya mengangguk dan mengikuti guru itu.

'Sepertinya ayah bakal dipanggil ke sekolah...' Pikir Noah sekarang, dia selama masa SMA tidak pernah berbuat masalah sampai separah ini, dia hanyalah siswa teladan semasa hidup SMAnya.

Ibu gurunya berhenti berjalan saat sudah mau sampai di ruangannya.

Gurunya menghadap ke arah Noah lalu mengelus kepala anak muridnya itu. Tinggi badan mereka setara.

"Bu?"

"Ibu sudah melihatnya. Membela anak yang tidak bersalah, itu bukan sebuah kejahatan, kan?"

"Perbuatan bullying memang sangat dilarang di sekolah ini. Kamu membela anak yang dibully, itu bukan hal yang harus dihukum."

Rasanya mata Noah udah mulai berkaca-kaca, memang sekolah mahal kualitasnya berbeda...

"Tapi bukan berarti ibu membenarkan kekerasan, ya. Kamu tetap harus tanda tangan di buku kasus ibu. Lain kali jangan pakai kekerasan, pakailah kata-kata yang baik untuk menyadarkan anak yang berpikiran sempit."

Noah mengangguk sambil menghapus air matanya yang hampir jatuh itu. Jujur, dia takut jika orang tuanya akan dipanggil ke sekolah, jika sampai dipanggil, harus simpan di mana mukanya sebagai murid teladan nantinya? Dan pasti ayah ibunya akan sangat murka. Dibiarin mandiri malah buat ulah di sekolah.

Tanpa mereka sadari, ternyata Simon menyaksikan itu.

Simon kembali saat mendengar ada suara benturan yang keras dari kelas Noah.

...

Simon menatap tajam ke arah anak yang tidak berdaya itu.

Zie 12-1... Liat aja nanti. Ga bakal gua biarin, berani sekali bikin kakak marah. Persiapkan dirimu.

Adik Kelas Gangster Menyukaiku [BxB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang