Noah hidup berdua dengan adik laki-lakinya. Tentu saja, mereka masih memiliki orang tua. Hanya saja orang tuanya ingin membiarkan mereka berdua hidup mandiri.
Ayah ibunya tidak ingin membiarkan anaknya terlalu mengandalkan uangnya, jadi mereka dikirim ke kota lain sejak Noah SMA.
Kehidupan Noah dan adiknya itu tiada akur, selalu adu mulut. Tapi itu sangat mencerminkan kakak adik, bukan?
Seperti hari ini.
"Ngapain pakai mobil? Sekolah dekat, 10 menit juga sampai. Hitung-hitung olahraga pagi." Ucap Noah.
"Panas tau, namanya juga mager. Lagian punya motor sama mobil bukannya dipake." Ucap adiknya, Nolan.
"Uang yang dikasi ayah terbatas. Kau jangan buang-buang hal yang tidak diperlukan sekarang."
Nolan hanya berdecih pelan. Dia sekarang kelas 10 SMA. Tentu, 1 sekolah dengan Noah. Tapi mereka seperti orang yang tidak kenal saat berada di sekolah.
"Bawel, udah kaya ibu aja." Ucap Nolan lalu akhirnya berlari pergi dari rumah.
Noah hanya bisa menghela napas pelan, kesabarannya sangat diuji, di rumah ada pisau. Bisa saja ia diam-diam menikam Nolan, atau melemparkannya dengan batu besar di halaman rumah.
Saat melihat di meja, dia menyadari ada baju olahraga dan bekal makanan Nolan. Dia tersenyum lalu mengambilnya.
'Aku sudah tidak sabar nanti dia pasti datang ke kelas pinjam baju olahraga.'
Walaupun banyak debat, mereka masih kakak adik yang berhubungan baik^^
—————————
Seperti dugaan, Nolan diam-diam datang ke kelas Noah di saat istirahat pertama.
'Sialan, bukan hanya bekal ketinggalan, ini baju harus pinjam sama dia lagi.' Nolan sekarang emosinya sedang memuncak, betapa sialnya dia hari ini.
Pelajaran olahraga kelas Noah ada pada jam pertama dan kedua, sedangkan Nolan ada pada jam kelima dan keenam.
Namun, saat dia ke kelas. Terlihat kakaknya itu tertempel oleh sebuah makhluk yang asing baginya.
"Kak ketos, ayo sama-sama ke kantin."
Noah menatapnya sinis, bagaimana bisa seorang Simon yang menurutnya sangar dan tinggi itu malah bersikap sama berekspresi imut begini?
Jujur saja, Noah paling tidak tahan dengan hal-hal gemesin, contohnya kucing putih yang ada di rumahnya yang diberi nama bebek.
'Apa yang mereka lakukan berduaan di kelas waktu istirahat?'
"Oi."
Kedua orang yang ada di kelas 12-1 itu langsung mengalihkan perhatiannya ke sumber suara.
"Apa?" Sahut Noah, walaupun dia sudah tau niat Nolan ke sini.
"Pinjam... Baju olahraga." Ucapnya pelan.
Nolan tersenyum meledek.
Tiba-tiba suara menggebrak meja terdengar dari samping Noah, jelas itu disebabkan oleh Simon.
"Kak! Aku baru ingat nanti ada jam olahraga. Aku lupa bawa bajunya..." Ucap Simon dengan muka panik yang dibuat-buat, jelas dia berbohong.
"Apa-apaan orang ini...?" Ucap Nolan pelan saat melihat tatapan sinis dari Simon.
"Mohon maaf dulu, ya. Tapi aku tidak akan meminjamkan baju ke siapapun."
"Ck, kau siapa?" Nolan menunjuk ke arah Simon.
"Dia kakak kelasmu, jangan tidak sopan." Noah langsung menurunkan tangan Nolan yang terangkat itu.
"Namaku Simon, kelas 11-2. Aku teman baiknya." Tiba-tiba saja Simon merangkul Noah yang ada di sampingnya.
Rasanya amarah Nolan meledak begitu saja dengan senyuman di wajahnya.
Brengsek, apa-apaan mukanya itu? Muka 2 bangsat. Sok sinis anjing. Pikir Nolan sekarang, tapi sulit untuk diungkapkan.
"Udah, ini." Noah kelihatannya sudah bosan dengan drama hari ini, dia memberikan baju olahraga dan bekal milik Nolan.
Nolan loading sejenak. "Kau– KENAPA KAU MENGAMBIL BEKAL SAMA BAJUKU?!"
"HEH! ENAK AJA, KAU YANG TINGGALKAN SENDIRI DI RUMAH. MASIH BAIK AKU BANTU BAWAIN." Noah langsung beranjak dari kursi.
Entah siapa yang salah~
Di sela-sela perdebatan mereka, ada yang memasang wajah bingung, siapa lagi kalau bukan Simon.
Simon rasanya gendang telinganya mau pecah saat mendengar teriakan kakak beradik tersebut.
Ia berpikir ingin melerai pertengkaran itu.
"Noah, udahlah. Ini masih di sekolah, jangan teriak-teriak–" siapa sangka, baru saja Simon ingin melerainya, dia langsung didorong Noah begitu saja.
"Jangan ikut campur, dia adikku! bebas mau aku apakan!"
Simon syok beberapa saat.
'A-Apa-apaan kekuatannya itu? Apa aku lengah tadi?' Untung saja dia masih bisa menjaga keseimbangannya dan tidak menabrak meja kursi sampai terjatuh, bisa-bisa imagenya rusak di depan banyak orang.
Tapi apa yang dia dengar barusan? Adiknya? Maksudnya adik ipar Simon, ya? Haha.
Saat ini Simon beneran menengahi mereka.
"Udah, udah! Banyak orang yang lihat." Benar, di lorong sudah ramai karena kebisingan kakak beradik itu.
Nolan berdecih pelan– ke arah Simon lalu mengambil baju olahraga dan bekalnya. "Ya, ya ya, makasih." Ucap Nolan dengan nada tidak ikhlas.
Noah terlihat sudah lelah, apa dia harus menenggelamkan Nolan ke dalam laut? Jujur saja, dia sudah tidak sanggup~
"Kalian akur sekali, ya." Ucap Simon yang dapat tatapan sinis dari Noah, dia merasa tersindir.
"Aku serius loh. Katanya bertengkar itu dapat mempererat hubungan. Tapi aku anak tunggal sih, jadi tidak pernah merasakannya." Ia sedikit menunduk.
Noah mulai merasa iba dengan tatapan penuh kesedihan dari Simon, dia berpikir bahwa Simon kesepian di rumah maupun di sekolah. Bagaimana tidak, di sekolah aja penampilannya culun gini, walaupun masih ada aura ketampanannya.
"Jangan dipikirkan. Kalau memang ngerasa kesepian, kau bisa masuk klub karate, siapa tau kita bisa akrab di sana." Ucap Noah sembari memberikan sebuah brosur klub karate pada Simon, hitung-hitung promosi, kan?
Simon sedikit sweatdrop, tapi dia diam-diam menyeringai, udah lampu kuning~
KAMU SEDANG MEMBACA
Adik Kelas Gangster Menyukaiku [BxB]
Teen FictionSeorang ketua osis yang populer karena tampangnya yang lucu menolong adik kelas yang terbully, siapa sangka adik kelas itu malah jatuh cinta dan sedikit obsesi padanya... ketua osis juga paling benci tindakan kriminal seperti mafia, gangster, geng m...