PROLOG

8K 457 34
                                    




Happy reading 🐬💙
.
.
.

||Aljio OR Algio

Langit yang pekat kali ini begitu tidak biasa, semilir angin berhembus pelan. Namun, tetap saja rasa dingin tersebut menusuk hodie yang anak lelaki itu kenakan. Jalanan sudah mulai sepi di karenakan sudah larut malam.


"Pulang, nggak ya?" monolog nya.

Ia binggung pulang atau tidak. Jika rumah adalah tempat ternyaman bagi kebanyakan orang lain, beda halnya dengan Aljio Bara. Baginya rumah itu, tidak jauh berbeda dari sungai Amazon yang di huni oleh hewan buas.

Jio terus saja melangkah di tepi jalan,  Seraya bersenandung kecil. Ke dua tangan nya ia masukkan ke dalam saku celana pendek berwarna hitam.

Tanpa lelaki itu sadar, kalau ternyata ia sudah sampai di depan bangunan kecil yang selama ini Aljio dan ibunya tempati.

"Sepatu siapa lagi, ini?" Jio menatap jengkel ke arah sepatu putih tersebut. Selalu saja begitu, ibu nya tidak pernah bosan membawa pria ke rumah.

Dengan langkah lesu, Jio tetap masuk ke dalam rumah, berharap bisa mengistirahatkan tubuh nya, yang sedari tadi sore sudah berkerja ekstra melayanin orang-orang di sebuah Cafe ternama.

Di saat Jio masuk ke rumah, dua sejoli yang sedang bercumbu mesra terlonjak kaget. Setelah tahu siapa yang masuk, sepasang kekasih tersebut kembali melanjutkan kegiatan nya.

"Menjijikkan," gumam Aljio pelan. Kemudian ia masuk ke dalam kamar nya yang tidak terlalu besar itu.

Sementara wanita dan pria tadi, sudah selesai dengan kegiatannya. "Kapan kau singkirkan dia?" Dia yang di maksud adalah Aljio.

"Malam ini juga."

Pria yang menjadi lawan main ibu Aljio tersebut, tersenyum miring. "Bagus. Ini baru, kekasih ku."

"Kalau begitu aku pulang dulu, selamat bersenang-senang," ucapnya.
Lalu, beranjak pergi meninggalkan rumah Zesya Analisa, ibu Aljio.

Setelah kepergian pria itu, Zesya  masuk ke dalam kamar putra semata wayangnya dengan membawa pisau dapur yang memang telah ia siapkan sebelum Aljio pulang.

"Belum tidur?" Mendengar suara yang sangat Aljio kenali, hanya menggeleng pelan. Malas rasanya untuk membalas pertanyaan wanita tersebut,yang sial nya ialah ibu nya sendiri.

"Jio sayang," panggil Zesya dengan nada rendah. "Coba lihat, apa yang ibu bawa." Wanita yang di hadapan Aljio sekarang menggoyangkan pisau dapur tersebut.

Dengan berat hati, Aljio melirik ke arah ibunya. Dan apa yang ia lihat? Ibu nya membawa pisau, yang ujungnya mengarah pada tubuh nya.

"I-ibu mau apa?" Jantung Aljio berdebar ketakutan sekarang, melihat ibu nya melangkah maju dengan sangat pelan.

"Malam ini, adalah malam terakhir mu!"

Tepat setelah ucapan itu selesai, dapat Aljio dengar ketawa bak iblis dari Zesya. Aljio menundukkan kepalanya, guna melihat dadanya yang sudah tertancap pisau. Darah segar merembes keluar, kepala Aljio rasanya tertimpa batu besar yang tak kasat mata, telinga nya berdengung.

"Mati lah kau. Anak sialan!!"

Itulah kata terakhir yang dapat Aljio dengar. Setelah nya anak lelaki tersebut tidak mengingat apa-apa lagi, gelap sudah merenggut kesadaran nya. Ntah, itu selamanya atau sementara.

Namun, Aljio berharap. Ia tidak akan membuka matanya lagi, Ibu nya saja, dengan sangat tega membunuh buah hatinya sendiri.

"Akhirnya..." Zesya memengang pergelangan tangan Aljio guna memastikan. "Mati juga kau." Setelah ia tidak merasa kan denyut nadi Aljio.

Lalu, Zesya pergi begitu saja, meninggalkan tubuh yang sudah tidak berdaya itu di dalam kamarnya sendiri. Beruntung tadi, di saat Alexa menancapkan pisau dapur itu ke dada kanan putra nya, wanita tersebut mengalasi pemegang nya menggunakan baju kaos milik Aljio. Berharap, sidik jarinya tidak akan terekam di sana.



















TBC.

Jangan lupa voment 🐬💙




The next???????

Aljio OR Algio Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang