03 [COLD]

584 42 3
                                    

HAPPY READING

_______________________________________

Hari-hari berlalu, setelah kejadian itu Jay sangat menjaga jarak dengan Owen. Jay tidak habis pikir, mengapa Owen mengajak Jay mempraktekkan hal 'itu' dengannya? Jay itu laki-laki, apa Owen penyuka sesama jenis? kalau iya, mengapa harus dengan dirinya? Lagi pula yang Owen lihat di koleksinya bukan sesama jenis.

Banyak sekali pertanyaan yang ada di pikiran Jay, membuatnya akhir-akhir ini susah belajar bahkan tidak fokus dalam kegiatan apapun. Bahkan saat ini, Jay berjalan sambil melamun.

“Jay!” lamunan itu berhenti, dia melihat ke belakang. Ah, itu Shelly.

“Pagi Jay, ayo ke kelas dengan aku.” Shelly menggandeng tangan Jay, dia menggandeng Jay erat dan berlari.

_________

Bel pulang berbunyi, murid-murid seperti biasa langsung merapikan buku-buku nya. Hari ini, sekolah sangat berjalan dengan lancar, tidak ada gangguan apapun.

Owen. Pria itu dari awal pelajaran pertama sampai terakhir tidak ada mengganggunya, padahal Owen sangat sering mengganggu Jay, bahkan menggodanya. Hari ini Owen sangat aneh, berbicara 1 kata saja tidak ada, benar-benar hanya diam dan memperhatikan dengan baik.

'Tumben? dia kenapa?' Batin Jay.

Jay tidak ambil pusing, saat Owen berjalan keluar kelas, ia menahan tangan Owen. 'Tangannya panas?' gumam nya.

Lo sakit? badan lo panas banget.” Owen tidak menjawab Jay, dia hanya diam menatap Jay didepannya. Pandangan Owen jadi memudar, dia pingsan.

Jay terkejut, ia menangkap badan Owen yang hampir terjatuh dan membawa Owen ke UKS. 'Badan kingkong kali ya? berat banget.'

_________

Jay menunggu Owen sadar bermenit-menit, dia hanya duduk dan memainkan ponselnya. Sesekali dia ingin foto Owen yang sedang tertidur sekarang, dia mengklik kamera di ponselnya.

Cekrek

'Sialan.' batin Jay, ia lupa mematikan flash di kameranya. Jay berharap agar Owen tidak terbangun karena flash ponselnya, jantung nya berdetak sangat kencang. Sialnya, itu membuat Owen terbangun dari pingsannya. Jay terkejut, dia mencoba mengalihkan pandangan. 'Tuhan, tolong hilangkan aku dari sini'  batin Jay.

Owen tersenyum melihat tingkah Jay yang seolah-olah tidak terjadi apapun. “Foto-foto, suka ya?”

“Lo sakit aja masih nyebelin.” Jay memutar bola matanya, menjawab Owen dengan kesal. Sedangkan Owen hanya terkekeh mendengar jawaban Jay.

“Ayo pulang, udah mau gelap. Gua anterin ke rumah lo.” Owen menggelengkan kepala nya. Kening Jay mengkerut. “Kenapa?”

“Rumah lo aja, disana nyaman, banyak koleksi bo–” Jay dengan gerak cepat menutup mulut Owen. “Stop bahas itu.” Jay menatap Owen dengan tajam.

Owen tersenyum menahan tawanya, tangan Jay kencang sekali menutup mulut Owen agar tidak bicara sembarangan.

dibalik tangan itu, ada Owen yang berusaha menahan senyum liciknya. Owen menjilat telapak tangan yang menutupi mulutnya, membuat si pemilik telapak tangan dengan cepat menarik tangannya.

“Gila.” Jujur saja itu menggelikan, wajah Jay sekarang sangat merah seperti strawberry. Owen terkekeh, ia ingin sekali menerkam pria yang ada di depan nya, tetapi untuk situasi sekarang itu bukan waktu yang tepat.

“Ayo pulang.” Jay berdiri dari tempat duduknya dan menarik paksa tangan Owen. “Sabar sayang, masih pusing ini.”

Jay menghela nafas, ia sentil kening Owen sekeras mungkin. “Diem. Ayo pulang, nanti gua dicariin.” Owen hanya terkekeh dan menuruti nya.

_________

Sesampainya dirumah Jay, mereka hanya berada di kamar Jay dan mengurus Owen yang sakit. Owen benar-benar tidak ingin pulang kerumahnya, bahkan Jay sudah memaksanya di perjalanan tetapi Owen hanya merengek terus terusan hingga akhirnya Jay menyerah.

“Minum obatnya.” Owen mengangguk, ia meminum obat yang diberikan Jay. “Udah.” ucap Owen memperlihatkan isi mulutny agar Jay percaya Owen sudah meminumnya.

Jay hanya diam menatap Owen dan berbalik badan, ia berjalan ke arah meja belajar nya dan duduk kursi nya. “Ngapain?" Tanya Owen.

“Belajar.”

“Ga tidur?”

“Belajar.”

“Tidur aja, temenin gua.”

“Belajar.”

Owen kesal mendengar jawaban Jay, ia menghela nafas kasar mengacak-acak rambutnya. Owen pikir dia bisa memanfaatkan situasi ini bermanja-manja dengan Jay seperti di film-film, ternyata malah sebaliknya.

“Tidur duluan.” Sambung Jay yang masih fokus belajar.

“Ga.” Owen bangun dari kasurnya, dia menghampiri Jay.

Jay menatap Owen yang berdiri disampingnya sekarang. “Ngapain? Tidur duluan aja.”

“Tidur.”

“Tidur dikasur ngapain disi—” Owen menggendong Jay. Benar. Owen menggendong Jay dan menaruhnya di atas kasur, sedangkan yang di gendong hanya terdiam berusaha mencerna. Di lanjutkan dengan Owen yang Tidur disamping Jay. Tangan Owen menarik Jay ke dalam pelukannya.

Jay diam, ia terkejut, tidak. Jay benar-benar terkejut. Jay tidak tau harus berbuat apa, pelukannya itu sangat hangat di malam cuaca dingin. Sudah bermenit-menit mereka pelukan, Jay tidak bisa tidur, dia hanya terdiam tidak melakukan apa-apa.

“Tidur, kasian matanya.”

Jay pikir Owen sudah tertidur pulas. Ia menatap Owen yang matanya masih tertutup. “Ga bisa.”

Owen membuka matanya, menatap balik sang pria didalam pelukannya itu. “Kenapa? Dingin?” Tatapan Owen semakin dalam dan menaruh kekhawatiran disana.

Jay hanya mengangguk pelan, ia heran kenapa tetap dingin ya? Padahal mereka juga ditutupi oleh selimut tebal.

Owen mengubah posisinya jadi duduk dan menyenderkan punggungnya. “Sini” ucap Owen, Jay bingung. Dia hanya menuruti perintah Owen dengan ragu.

“Ken—” Tangan Jay ditarik Owen, membuat wajah mereka berdua sangat dekat. Hanya beberapa inci saja bibir mereka bisa menyentuh, bahkan keduanya bisa merasakan helaan nafas satu sama lain.

Owen tidak menyia-nyiakan kesempatannya, ia memajukan kepalanya membuat bibir mereka tersentuh. Owen mulai menciumi nya, menjilat pelan bibir plumpy Jay, Owen sangat tergoda.

Jay diam membeku, membiarkan Owen yang masih menjilati bibirnya. Jay teringat kejadian yang di gang saat itu. Owen yang sadar Jay hanya diam saja ia menggigit bibir Jay, membuat Jay tersadar dari ingatannya dan reflek membuka mulutnya.

Owen memasuki lidahnya, ia melumat rakus bibir Jay. Jay mulai terbawa permainan yang dibuat Owen, ia juga membalas lumatan Owen.

Kedua pria itu sekarang berada diambang gairah, ciuman keduanya sangat panas, Jay yang tadi merasa kedinginan sekarang menjadi panas.

Jay memukul pelan dada Owen, Owen segera melepaskan lumatannya. Jay kehabisan nafas, nafasnya terengah-engah, saliva mengalir membasahi dagu nya.



“Let's continue, what we start.”



TO BE CONTINUE
______________________________________

Haloo haloo, terimakasih banyak buat yang sudah membaca chapter dan menunggu cerita ini, maaf jika ada yang kurang atau pun berlebihan. Aku menerima kritikan apapun di komentar, yang mungkin aku bisa perbaiki lagi.

Sekali lagi, terimakasih banyak. Boleh support aku dengan vote setiap chapter nya ya! See u 👋🏻

Fyi. Aku up seminggu sekali ya, kalau emang ada waktu bisa lebih cepat.

GREEN OR RED? [ OWENJAY ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang