***
Zea menyalakan keran air mengalir di atas wastafel membasuh wajahnya mencoba membersihkan ingatan semalam selama bersama Askar di markas, ia mencengram sisi wastafel menunduk dalam tidak percaya dia bisa melakukan hal senekat itu.Ingin menjelaskan semuanya, ternyata Askar lebih dulu mencurigai sampai Zea terkena dampaknya. Bahkan anak anak yang lain tidak ada yang peduli untuk sekedar menolong saat ia di seret, banginya semua sama saja seperti sampah. Selalu Lora yang mereka pedulikan hingga detik ini yang kehilangannya belum terungkap.
"Cukup! Gue gak mau ketemu lo lagi!" cermin berhasil retak terkena lemparan yang terpampang pantulan tubuhnya di sana.
"Arghhh, Askar bangke!"
Zea emosi, kesal, ingin rasanya melepaskan itu semua padanya. Bersama dari kecil, tapi tidak pernah di anggap keberadaannya semejak Lora datang dan merusak segalanya. Siapa bilang orang lama pemenangnya? Sedangkan orang baru lah yang bisa menang kapan saja.
Lo gak akan bisa pergi jauh dari gue setelah kejadian semalam, Ze.
Kalimat terakhir sebelum Askar mendapat gamparangan keras dari Zea. Askar benar benar membiarkan ia mendekam disana tanpa ada seorang pun yang menolong. Markas besar Vagos menjadi neraka bagi Zea, dimana semuanya di mulai.
Tok tok tok
"Ze, ayo sarapan!" panggil Lily, wanita paruh baya di depan sana, jadi rutinitas di ingatkan oleh alarm sang Mama.
Zea mematikan keran airnya, keluar dari kamar mandi mengenakan setelan crop top pendek yang biasa di pakai sehari hari. "Mama duluan aja, Zea baru selesai mandi!"
"Jangan lama, ya! Mama sama abang perlu bicara sama kamu!" ucap Lily sebelum meninggalkan kamar milik putrinya.
"Iya, Nanti Ze turun!"
Kamar yang berantakan, banyak barang barang tidak sesuai pada tempatnya. Pulang pagi tadi menemui Askar kemarin, Zea mengobrak abrik semua meluapkan emosi. Bahkan, tanpa orang rumah sadari semalaman pergi lewat balkon kamar.
Zea meringis merasakan sudut bibirnya yang lecet mengeluarkan darah, dengan kondisi yang tidak baik seperti ini mana bisa di ajak bicara, yang ada menimbulkan kecurigaan orang rumah.
"Maafin Zea, Ma..."
"Zea takut ngecewain Mama."
Di meja makan, semua berkumpul untuk memulai sarapan. Ada Lily bersama putra pertamanya, Neal Vincent Navalion. Saudara kandung Zea yang tinggal di sekolah asrama modern, terkenal liar seperti Askar dkk, tapi hubungan mereka renggang karena terlibat sebuah problem.
Zea duduk di samping Vincent, rasanya canggung. Vincent yang jarang pulang ke rumah, baru menampakkan dirinya lagi. Bohong kalo Zea tidak ingin memeluk Vincent, dari dulu tumbuh bersama menciptakan momen, jelas ia merindukan itu. Apalagi setelah kepergian sang Papa, Zea baru bisa menemukan sosok Papanya di diri Vincent.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELASKAR GRAVIER
Novela Juvenil‼️ FOLLOW DULU SEBELUM BACA ‼️ -Sequel dibaca terpisah, & sedikit perombakan - Elaskar Gravier. Cenderung keras, pemaksa dan suka memerintah sesukanya, ketua geng Vagos yang namanya saja terkenal luas di penjuru bumi, sehingga dirinya sangat popule...