3. Om Ice Cream!?

10K 848 16
                                    

Lingga termenung, tidur terlentang diatas kasur bertingkat. Wajahnya tenang, tapi pikirannya berkecamuk.

Sore kemarin, saat Bunda mengajak Lingga bertemu di ruang tamu. Beliau mengatakan,

"Nak? kamu besok libur sekolah dulu ya?" ucapan itu berhasil mengundang pertanyaan pada diri Lingga.

"Kenapa Bunda?"

Terlihat wanita didepannya menghela napas, ada apa? "Izin saja. Besok akan ada tamu yang ingin bertemu." Walau tak sepenuhnya mengerti, Lingga tetap mengangguk, menurut.

"Siapa kira-kira?" jari lentik itu menyingkirkan poni rambut yang sedikit menghalangi pandangan. Lingga duduk, lalu meraih buku di samping kanan.

Jika boleh jujur, baru kali ini Lingga absen dengan keterangan 'izin'. Pernah Lingga tidak berangkat karena badannya yang sedang tidak vit. Selain sakit Lingga tak pernah sekalipun alpa.

Jadi, ini adalah pengalaman baru Lingga tak berangkat dengan alasan izin.

Lingga menolehkan kepalanya kearah pintu yang telah diketuk tiga kali. Seorang wanita masuk seraya tersenyum.

"Kemari nak. Beliau, sudah datang,"

Lingga dengan patuh mengangguk, turun dari kasur lalu mengikuti Arista dari belakang.

Dua telapak kaki tanpa alas berhenti, kala 'yang diikuti' tak bergerak. Lingga berdiri dibelakang Arista dengan kepala tertunduk, gugup.

Tangannya jadi panas dingin saat Arista, berujar.
"Maaf Tuan sudah dibuat menunggu,"

Arista sedikit menggeser, menampakkan remaja kecil seperti sedang menahan gugup. "Nak, perkenalkan dirimu" Instruksi dari Arista sedikit membuat dua pundak sempit Lingga tersentak.

Sepatu pantofel hitam nampak lebih menarik daripada wajah datar milik si sepatu. Yang di tunggu-tunggu akhirnya membuka suara,

"H halo, perkenalkan Saya Alingga Sa.."

"Angkat kepalamu jika sedang berbicara, Alingga."

Kalimatnya terdengar menekan, sampai Lingga tak sadar mendongakkan kepalanya--menatap Pria jangkung berpakaian formal yang terlihat familiar!

Seperti sudah disetel otomatis, dua bola hitam miliknya membola dengan ekspresi tak percaya.

Orang itu...

Jemari lentiknya meremat kain celana yang sedang dipakai. Samar-samar Lingga melihat Pria itu tersenyum. Miring.

Pria itu terlihat sama, tapi kenapa terasa berbeda?

"..Om eskrim?"

Wajah bingung Lingga menimbulkan senyuman aneh pada Pria itu.

Apa-apaan..

Tbc

OBEDIENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang