Meluapkan rasa letih terhadap makanan adalah hal terbaik yang Alena rasakan. sekarang waktu menunjukan pukul setengah satu siang, yang dimana dia tengah beristirahat di kantin rumah sakit dengan beberapa teman kerjanya. dari ke empat teman kerjanya tengah asyik berbincang, sesekali Alena menanggapinya atau hanya mengangguk mengiyakan. sebenarnya dia tidak terlalu menyimak percakapan mereka.., karena kebanyakan mereka mengeluh soal dunia pernikahan yang sedang dilaluinya.
Dia sendiri tidak mengerti dengan dunia itu sekarang, memikirkan dirinya suatu saat nanti akan menikah saja belum terpikirkan sama sekali sekarang. padahal semua wanita di usianya kini kebanyakan sudah berkeluarga dan meggendong anak.
"Kalo Alena sendiri- kapan pacar kamu itu ngelamar?" sontak dirinya yang tengah mengunyah mie ayam menjadi tersedak. buru-buru Alena menggapai jus jeruk miliknya dan menegaknya habis.
sedangkan wanita baya yang cukup berumur- dan nyatanya memang sudah lebih senior menjadi dokter di rumah sakit ini sedikit merasa bersalah dan membantu menepuk punggung Alena. "P-pacar yang mana yang mana bu Monica maksud?" tanya balik Alena sesekali terbatuk...
dia tidak mengerti, sedang asyik makan tiba-tiba senior di sebelahnya bertanya pertanyaan yang tidak pasti kenyataannya. "Loh yang ganteng itu..., biasa kadang jemput kamu kok pulang kerja. bahkan kemaren saya sendiri juga liat kok dia jemput kamu lagi kayak biasanya" jelas wanita itu kembali. Alena sekarang mengerti kearah mana maksud dari kata 'Pacar' tersebut. tidak salah lagi itu pasti Arkas...
"K-kayknya ada salah paham disini. dia bukan pacar saya.., cuma kenalan lama dari waktu saya SMA" jelas Alena
"Loh sayang banget dong.., padahal dia ganteng loh. Lagian saya juga liat kayaknya dia ada perasaan sama kamu"
"Buk Monica bisa aja.., perasaan doang itu"
"Ih kamu tuh dikasih tau juga.., saya ini udah punya anak perempuan udah gadis lagi- dia naksir sama teman semasa kecilnya. Nah kasus kamu sama kayak anak perempuan saya cuma keterbalikan nya. Saya bisa liat kalo pemuda itu pasti suka sama kamu" jelas Monica panjang lebar. Alena tidak tau harus menanggapi bagaimana lagi.., jika dia terus mengelak pasti Monica akan terus menceramahinya.
satu rumah sakit tau kalau bu Monica ini cerewet, cuma di sisi lain dia seorang ibu yang hebat dan juga dokter yang baik. Alena tidak mau meneruskan perdebatan tidak jelas ini jadi dia pamit lebih dulu yang di angguki oleh semuannya.
Sebenarnya dia ada janji untuk bertemu Arkas hari ini untuk makan siang di luar, cuma dia tidak akan memberitahukan hal tersebut ke teman kerjanya. yang ada nambah lagi orang berperasangka bahwa Arkas adalah kekasihnya.
Arkas menjelaskan bahwa dia sedang rapat dari sejam yang lalu. entah sekarang sudah selesai atau belum karena dari tadi dia tidak membalas chat. yasudah..., dia tidak mau membuang waktu jadi cepat saja Alena memesan grab mobil menuju tempat Arkas bekerja. sebelumnya dia tidak pernah mendatangi tempat pria itu bekerja, jujur saja ini baru pertama kalinya.
Tapi Alena tau dimana kantor tersebut terletak. Jadi sesampainya disana Alena lekas membayar ogkos mobil dan segera masuk menuju meja resepsionis.
"Hallo selamat siang, ada yang bisa saya bantu" ucap seorang wanita yang berdiri tept di balik meja resepsionis. Dengan ramah Alena menyunggingkan senyum terbaiknya menyapa balik sapaan wanita itu. "Saya Alena.. kebetulan saya ada janji dengan pak Ar~
"Arkas" secara mengejutkan wanita yang menyabutnya tadi menyelesaikan kalimatnya.
"Maaf jika saya lancang. Tapi sebelunya pak Arkas memang sudah ber pesan jika ada seorang wanita bernama Alena biarkan dia naik ke ruang kantor nya" jelas wanita itu tersenyum. Mendengar tuturan tersebut Alena kembali tersenyum menanggapi.
"Kalau begitu di lantai berapa Arkas berada?"
"Silahkan segera saja naik menuju lantai 20. Saat ini pak Arkas masih meeting, tapi sebentar lagi pasti akan selesai" jelasnya kembali. Dari tutur logatnya Alena menebak pasti ini sala satu wanita yang lumayan dekat dengan Arkas..., apalagi sejak barusan dia sangat antusias jika menyebut nama pria tersebut.
"Baik, terima kasih kalau begitu" Alena segera meninggalkan tempat menuju lantai 20.
Sesampainya disana dia tidak menuju ruang milik Arkas, melainkan duduk di sala satu sofa yang tersedia untuk tamu. Rasanya akan tidak sopan jika dia masuk begitu saja, ditambah lagi ini baru pertama kalinya dia kesini.
Dia tidak tau sudah menunggu berapa lama tapi yang jelas sala satu pintu ruang di ujung mulai terbuka. Beberapa orang dengan pakaian kantor mulai berhambur keluar. Disana Alena menangkap jelas sosok Arkas..., serasa ketika pandangan mereka berdua bertemu, Arkas mulai mempercepat langkahnya. Sesekali Arkas menengok ke arah belakang seperti takut tertangkap basah... entah apa yang terjadi dan siapa yang sedang di hindarinya!?
"Lo udah nunggu lama?" Tanya Arkas sesampainya di hadapan Alena
"Kurang tau.., tapi kayaknya gak begitu lama" tampak Alena tidak keberatan sama sekali.
"Kalo begitu ayok gw anter lo pulang" ucap Arkas segera menarik Alena tapi hal itu tertahan.
Gadis itu tidak mengerti, kenapa Arkas ingin mengantarkan pulang sekarang?
"Bukannya kita mau makan siang bareng?" Tanya Alena memastikan janjian mereka rencanakan sebelumnya.
"Untuk sekarang sepertinya tidak bisa.. tapi gw janji bakal ngebarin lo lagi nantinya" aneh... entah setan apa yang lewat tapi perasaan gadis itu menyatakan tingkah Arkas sedikit aneh.
Tapi jika memang seperti itu dia tidak bisa memaksa bukan?! Jadi Alena hanya menganggukan kepala mengiyakan.
"Tunggu sebentar disini.., biar gw ambil kunci mobil dulu" sekali lagi Alena hanya mengangguk mengiyakan. Tanpa buang waktu Arkas bergegas menuju ruang kantornya.
Belum lama menunggu Alena merasakan sesuatu yang terus mengalir di bawah perutnya. Ohh.. jangan bilang dia sedang datang bulan sekarang?!
Tidak pikir panjang gadis itu sedikit berlari mencari kamar mandi. Sialnya hari ini dia memakai celana putih.., semoga saja yang tidka di inginkannya tidak terjadi.Tapi ternyata harapan tidak sedang menyertainya. Masuk ke dalam sala satu bilik Alena berusaha menggosok bagian belakangnya yang sudah bercampur noda merah dengan sebuah tisu. Sungguh sial! Bagaimana dia bisa keluar dengan begini?!
Hampir 15 menitan dia menggosok bagian belakangnya tapi noda itu tidak kunjung hilang. Pikirannya takut jika Arkas akan mencarinya, jadi dia putuskan untuk keluar. Tidak lupa sebelum keluar dia mencuci kedua tangannya di wastafel. Satu-satunya yang bisa dia harapkan adalah semoga saja tidak ada yang menyadari noda di pantatnya. Biar dia pikirkan caranya nanti bagaimana dia menutup noda di pantatnya di hadapan Arkas.
Sambil mengeringkan tangannya dengan tisu Alena melangkah keluar. Kesibukannya mengelap tangan tidak membuatnya memperhatikan jalan dan berujung menabrak dada bidang seseorang yang sepertinya tengah ingin masuk ke toilet pria di sebelahnya.
"S-saya minta maaf" ucap Alena menggosok kedua hidungnya yang sepertinya akan memerah.
"Hi Alena"

KAMU SEDANG MEMBACA
Candu II
Teen Fiction⚠️Dewasa:17+⚠️ ⚠️kata-kata vulgar⚠️ *** *** *** *** *** Selama delapan tahun pelarian bukan hal yang mudah bagi Alena. Semua cerita masa lalu yang sudah berakhir ternyata baru permulaan setiap perjalanan takdirnya. "Lo harus bertanggung jawab Alena...