"Udah dapet yang lo cari?" Alena sedikit terperanjat mendapat tepukan di belakang pundaknya. Nampak Arkas yang sedang menggenggam barang dia cari barusan.
"Lo kenapa? Kok bengong begitu?" Arkas tidak mengerti, kelihatannya Alena tengah menyembunyikan ekspresinya. Entah hal apa yang mengganggunya...
Sambil menganggukan kepala nya canggung gadis itu benar-benar menyembunyikan kegugupannya. Entah siapa pria itu yang jelas kini dia sudah menghilang sejak kedatangan Arkas yang mengejutkannya. Perasaanya tiba-tiba menyatakan perasaan buruk terhadap pria tersebut.
Perasaanya kalut, dia tidak ingin berlama-lama disini. Siapa tau pria itu juga masih disini bukan? Jadi segera saja dia mengambil barang seperlunya dan lekas membayar. Setelah semua urusannya selesai tanpa buang waktu Alena kembali ke dalam mobil yang di ikuti oleh Arkas.
Sebenarnya mau sekeras apa pun gadis di hadapannya menyembunyikan maksud, Arkas tetap tau betul kecemasannya. Tapi lebih baik dia diam dari pada membuat suasana Alena bertambah buruk. Selama 30 menit akhirnya tujuan mobil terhenti di sebuah basement apartemen.
Selama di perjalanan baik keduanya sepakat untuk makan malam di apartement Alena. Tadi dia memang mengatakan tidak mau makan malam, tapi di sisi lain dia sedikit lapar. Jadi lebih baik mengajak Arkas untuk ikut makan di tempatnya. Itung-itung sebagai ungkapan terima kasih karena Arkas terlalu sering membantunya.
Unit yang di tinggali Alena berada di lantai tiga. Jadi mereka tidak akan membuang waktu lama dalam lift. Baru ketika keluar lift kerut Arkas sedikit bingung dengan unit A28 yang tepat berseberangan dengan tempat tinggal Alena. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya dia kesini...
Sepertinya ada yang baru berpindah kemari...
"Penghuni baru?" Ucap Arkas setelah Alena sukses memutar kunci pintu. Alena melirik pintu di seberang unitnya sambil mengangguk "iya.., kalau gak salah baru saja kemaren. Mungkin dia belum selesai berberes" Arkas mengangguk mengerti, Itulah kenapa alasannya masih ada beberapa kardus dan juga barang lainnya di depan pintu hampir memenuhi lorong.
Sesampainya di dalam Arkas meletakan barang belanjaan Alena di dapur. Wanita itu bersi keras untuk tidak membuat Arkas terlibat dengan acara masak memasaknya ini. Jadi pria itu putuskan menunggu di ruang tamu sambil menonton acara televisi.
Selesai acara memasak mereka berdua pun makan di meja makan. Tidak banyak percakapan yang mereka bicarakan jadi acara makan malam berlangsung cepat. Menatap alena yang sudah menghabiskan sisa makanan di piringnya segera pria itu rebut dan berjalan ke arah wastafel dapur.
"Arkas jangan... biar gw aja yang nyuci" menyadari Arkas sudah mengambil alih piring kotornya segera dia ikuti, sedangkan yang di himbaunya sudah sibuk menggosok piring bekas pakai tersebut.
"Kali ini biar gw yang kerja. Lo udah buat makan malam jadi ini giliran gw yang bantuin nyuci piring" bantah pria tersebut.
"T-tapi~
"Mending sekarang lo duduk dan istirahat. Biar gw yang beresin sisanya" jelas Arkas. Sesaat Alena hanya menghembuskan napasnya panjang, terlihat jelas Arkas tidak akan menyerahkan spons di tangannya itu begitu saja.
Rasanya dia tidak nyaman membiarkan tamu yang membersihkan piring bekas makan mereka. Sedetik kemudian matanya menatap tempat sampah yang sudah menumpuk.
Benar saja..., dia tidak bisa diam begitu saja melihat orang lain membersihkan rumahnya sedangkan dia harus bersantai, lebih baik dia membuang sampah saja keluar. Segera saja Alena menyambar kantong sampah dan mengikatnya. "Kalau gitu gw buang sampah dulu keluar" jelas Alena sudah di depan pintu tengah memakai sandal.
Memang tidak ada yang bisa menghentikan wanita satu ini..., pikir Arkas sesaat menatap punggung Alena yang sudah menghilang dari balik pintu. Belum juga Arkas berkomentar tapi Alena sudah pergi begitu saja.
Untungnya lift pembuangan sampah tidak begitu jauh dari unitnya. Tapi ternyata sayang... terdapat peringatan bahwa lift sedang rusak karena perbaikan. Jadi mau tidak mau dia harus turun ke bawah.
Entah sudah jam berapa sekarang tapi suasana malam terasa begitu dingin dari biasanya. Sepertinya akan segera hujan. Memikirkan hujan akan turun Alena menambah kecepatan langkahnya menuju tempat sampah. Masalahnya tempat pembuangan sampah di bawah itu terletak di belakang gedung. Sedangkan gedung disini ada lima yang terletak secara vertikal. Untungnya gedung miliknya adalah gedung pertama, akses keluar dari apartement cepat.
Dinginnya membuat dia tidak tahan, cepat saja Alena membuang sampah di tangannya. Sambil berjalan kembali ke unit nya sesekali dia mengusap kedua telapak tangannya dan menggosoknya kembali di punggung tangan.
Mata gadis itu menangkap taman bermain anak-anak yang biasa penghuni apartemen bermain. Dia melihat ada seorang pria dengan setelan jubah tidur terduduk di sala satu bangku taman dengan arah membelakanginya. Pria itu terus menerus menatap ke arah langit sambil menggenggam sesuatu di dadanya.
Entah apa yang dilihatnya keatas padahal sangat jelas tidak ada bintang apalagi bulan yang muncul karena hari akan hujan. Dan apa pula itu? Bantal? walau sangat susah menangkap apa yang di pelukan pria itu tapi karena ukurannya yang lumayan besar dan bewarna putih, Alena tau bahwa pria itu tengah menggenggam sebuah bantal.
Tidak tau apa yang terjadi dengannya. Sepertinya pria malang ini sedang di usir istrinya mungkin untuk tidur di luar...?!
Beberapa temannya yang juga notabenya dokter di tempat kerjanya kebanyakan sudah menikah. Dan kadang dia bergidik sendiri mendengar curhatan temannya yang tega membiarkan suaminya tidur di teras rumah karena tidak sengaja membuang satu set alat make up merek terkenal.
Memang aneh.., tapi itulah kenyataanya. Jika pria ini juga mengalami nasib yang sama dia turut prihatin. Dunia pernikahan itu memang sesuatu yang unik..., pikirnya.
Rintik hujan akhirnya turun begitu saja. Tidak tau sudah berapa lama dia berdiri di sini mengasihi pria asing di taman itu mambuatnya dia lupa sesaat.
Dengan berlari Alena kembali menuju tempatnya.Untungnya dia tidak begitu basah tapi setidaknya rambutnya menjadi lepek. Arkas yang melihat keadaan Alena langsung bertanya dimana dia menaruh handuk dan bergegas mengambilnya. Arkas ini memang sesuatu yang bisa di andalkan...
Karena hari sudah larut jadi tidak lama setelahnya Arkas segera pamit untuk pulang. Melihat semua sudah selesai dia merebahkan dirinya di sofa.
Seperti biasa... sungguh hari yang melelahkan.
Sambil mememejamkan matanya Akena mencoba membuat tubuhnya relax sesaat. Tiba-tiba secara tidak sengaja tangan kanannya terasa menyentuh sesuatu. Di liriknya ternyata benda tersebut adalah sebuah jas. Tidak salah lagi, ini milik Arkas. Pasti pria itu lupa..., pikirnya.
Yahh kalau begitu di lain waktu saja dia akan mengembalikannya jika bertemu kembali.
Ting Tong~
Panjang umur! Baru saja di pikirkan dan nampaknya Arkas kembali lagi. Ternyata pria itu ingat barangnya tertinggal. Sambil berdiri Alena menyambar jas milik Arkas dan langsung membuka pintu.
Tapi bukan sosok pria itu yang di harapkannya melainkan kosong. Aneh..., dirinya kira dia akan mendapati Arkas ternyata tidak. Sambil celinguk kanan dan kiri sekitar lorong tapi tidak ada siapa pun. Apa ini kerjaan orang iseng?
Sepertinya begitu.., Alena ingin menutup kembali pintu tapi gerakannya tertahan. Dia melihat sebuah bingkisan di lantai berisi berbagai macam buahan segar di dalam nya.
Namun perhatiannya jatuh ke sebuah kertas note yang tertempel. Pesan tersebut berisikansenang bisa berkenalan...

KAMU SEDANG MEMBACA
Candu II
Teen Fiction⚠️Dewasa:17+⚠️ ⚠️kata-kata vulgar⚠️ *** *** *** *** *** Selama delapan tahun pelarian bukan hal yang mudah bagi Alena. Semua cerita masa lalu yang sudah berakhir ternyata baru permulaan setiap perjalanan takdirnya. "Lo harus bertanggung jawab Alena...