09. Terang-terangan

1.4K 138 55
                                    

Sejak saat itu, Boruto menjadi lebih terang-terangan menunjukkan perhatiannya.

Boruto menyadari, ada perbedaan sorot mata Sarada untuknya. Dulu, gadis itu tidak melihatnya sebagai pria, namun sekarang, mungkin pandangan Sarada mulai berubah.

Boruto tidak bisa menyia-nyiakan kesempatan ini.

Namun Boruto juga tak mau memaksa. Dia sendiri belum yakin, apakah Sarada benar-benar memiliki perasaan yang sama dengannya.

Tapi, Boruto akan maju.

"Aku ada kelas jam sembilan besok. Mau berangkat bersamaku?" tanya Boruto, menghampiri Sarada yang sedang memasak di dapur.

Sarada mematikan kompor lalu mengendurkan tali celemeknya, sambil menjawab, "apa tidak merepotkan?" tanyanya.

"Tidak." jawab Boruto. Dia mendekati Sarada, "masak apa malam ini?"

"Aku masak ayam teriyaki," sahut Sarada, hendak menggantung celemeknya. Dia membalikkan badan dan tak menyangka Boruto sudah berada dekat di posisinya, "...ah! Menjauhlah!" ujar Sarada sambil mendorong tubuh Boruto.

Boruto mundur selangkah. Tak menyangka Sarada mendorongnya dengan keras.

"Kau kenapa, monster mungil?"

"Terlalu dekat! Hembusan napasmu kena wajahku!" seru Sarada, terlihat panik dan gugup. Dia buru-buru melewati Boruto dan menggantung celemeknya.

Boruto terkekeh pelan. Sarada menjadi sering gugup dan agak canggung dengannya sejak mereka berpelukan tempo hari.

"Memangnya kenapa? Perkara napas saja berlebihan begitu, padahal kita sudah berpeluk-"

"-stop!" Sarada menutup mulut Boruto dengan tangannya. Wajahnya terlihat merah padam.

Dia menyadari pelukan mereka tempo hari bukan sekedar pelukan. Perasaannya menjadi begitu berdebar tanpa bisa dikendalikannya dan gadis itu tidak mengerti mengapa begitu.

Boruto membahasnya dan membuatnya malu.

Sarada tampak tak ingin melepaskan mulutnya dalam waktu dekat, membuat ide licik muncul di kepala Boruto.

Pemuda itu menjulurkan lidahnya, menjilat telapak tangan Sarada.

"Kyaaa!!!" Sarada melepaskan tangannya dengan tergesa-gesa, mengusapkannya pada baju Boruto. Dia bisa merasakan sensasi basah di tangannya. "Boruto! Kau gila!" teriaknya.

"Salah sendiri," ledek Boruto, memeletkan ujung lidahnya.

Sarada menatap telapak tangannya. Sebenarnya, meski sekilas dirinya terkesan jijik, di sudut hatinya dia merasa makin gugup dan malu, tapi dia menyukai sensasi ini-

-Sarada!!! Kau gila??? teriak Sarada dalam hati.

Sarada hendak menuju wastafel tapi Boruto buru-buru menarik tangannya lagi. Pemuda itu mengecup telapak tangannya, membuat Sarada refleks menendang perutnya.

"Ugh!"

"Kau ini kenapa! Jangan menjahiliku terus!" protes Sarada. Dia buru-buru menuju wastafel dan mencuci tangannya.

Telinga gadis itu memerah.

Boruto memegangi perutnya yang terasa nyeri, namun senyuman kecil terpatri di bibirnya.

Sarada yang tengah malu sangat menggemaskan di matanya. Dia jadi ingin terus menjahili gadis itu.

~Our Home~

Boruto menghentikan mobil di tempat parkir sekolah. Sarada melepaskan sabuk pengamannya, bersiap untuk turun.

"Terima kasih," ucap Sarada buru-buru. Gadis itu membuka pintu mobil dengan tergesa-gesa.

OUR HOME (BORUTO X SARADA) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang