17. Mimpi

1.3K 112 81
                                    

"Aku..." Boruto mencoba menenangkan dirinya, mencari jawaban yang tepat untuk pertanyaan Sarada.

Sarada menunggu.

Gadis itu, hanya ingin kepastian. Kepastian yang dapat memastikan keberlangsungan hubungan mereka, juga komitmen yang harus mereka jalani bersama.

"...dari dulu, hingga nanti, perasaanku untukmu tak pernah berubah. Aku mencintaimu, Sarada..."

Di detik itu, beban di sudut hati Sarada sedikit terangkat.

Apakah, kepastian itu... Bisa datang kepada hubungan mereka?

~Our Home~

Boruto terdiam usai menyatakan isi hatinya, dia menatap Sarada dalam-dalam.

Dia ingin Sarada memahami bahwa perasaannya memang tulus dan begitu dalam untuk gadis Uchiha itu. Perasaan kasih yang mendalam, lebih dalam dari sekedar cinta biasa.

"Aku mencintaimu, Sarada." Boruto kembali mengulangi ungkapan hatinya, ketika dia menyadari Sarada termenung memandangnya. Belum juga menanggapi.

Pemuda Uzumaki itu meraih tangan Sarada. Dia mengecup jari jemari gadis itu secara berurutan. Sarada berjengit, merinding kala Boruto mengecup punggung tangannya dalam waktu yang cukup lama.

Boruto dapat merasakan beban di hatinya terangkat. Akhirnya, dia mengatakan perasaan yang dimilikinya dengan jelas. Meski, ada perasaan bersalah sedikit mengganggunya. Ini bukan situasi yang baik untuk menyatakan perasaannya.

Mereka baru saja bersitegang. Dia baru saja memaksakan kehendaknya pada Sarada.

Namun, jika yang diinginkan Sarada adalah kejelasan dari perasaannya, maka Boruto akan dengan senang hati mengungkapkannya.

Jika itu bisa menahan Sarada pergi, jika itu bisa membuat Sarada tetap di sisinya, maka Boruto akan melakukan segalanya.

"Lalu..." Sarada membuka suara.

Boruto menatap Sarada dengan penuh harap.

Mungkin, Sarada akan bertanya, "...lalu, apa kita adalah sepasang kekasih, sekarang?" yang membuat Boruto tersenyum kecil akan pemikirannya sendiri.

"...kenapa kau memeluk perempuan lain, di belakangku?"

Senyuman Boruto sirna.

Tatapan mereka saling bertubrukan. Boruto dapat melihatnya.

Ada setitik ketakutan di mata sewarna batu obsidian yang berkilau milik Sarada. Sorot matanya menunjukkan keraguan dan juga ketidakpercayaan.

Jujur, Boruto merasa terluka.

Itu bukan tanggapan yang dia harapkan.

"Apa kau tidak percaya padaku?" tanya Boruto dengan nada penuh penekanan. Dia mencari-cari sorot mata yang dia harapkan dari Sarada.

Sorot mata haru, bahagia. Apapun itu.

"Jawab pertanyaanku dulu, kenapa kau memeluk perempuan lain? Apa... Kau cinta padaku, tapi, aku bukan satu-satunya bagimu?" ucap Sarada, meluapkan kegundahan yang selama ini melandanya.

Bukannya berkurang, rasa ragu dan takut gadis itu semakin nampak begitu jelas di matanya.

Boruto tak menemukan setitik rasa bahagia dari Sarada, bahkan setelah pemuda itu menyatakan perasaannya.

Boruto tersenyum kecut.

"Apa maksudmu? Aku mencintaimu. Bukankah itu sangat jelas? Kenapa kau masih tak percaya? Kau bilang kau bukan satu-satunya bagiku, jadi kau mau bilang aku pemuda brengsek yang suka mempermainkan perempuan? Apa kau sadar dengan pertanyaanmu?" cecar Boruto, meraih kedua tangan Sarada dan meremasnya dengan kuat. Dia menatap gadis itu lurus-lurus, "lihat aku baik-baik. Apa aku orang yang seperti itu?"

OUR HOME (BORUTO X SARADA) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang