Chapter 2 : Drunk

173 16 2
                                    

Langkah-langkah Lana di trotoar yang penuh dengan keramaian Monte-Carlo membawa kenangan manis tentang pertemuan mendebarkan di Café de Paris. Saat melihat Ella melambaikan tangannya, senyuman Lana tak terbendung. Dia langsung bergegas masuk, dan pelukan hangat antara mereka berdua adalah sambutan yang tepat untuk memulai sore yang cerah.

"Ella!" serunya dengan suara yang penuh semangat, langkahnya cepat menembus ruangan menuju teman lamanya. Ella membalas pelukan dengan hangat, senyumannya mencerminkan kegembiraan yang sama. "Lana! Betapa aku merindukanmu," ucapnya, suaranya dipenuhi dengan kehangatan.

Dalam sekejap, ruangan itu penuh dengan canda dan tawa, menyelami kenangan masa lalu yang tak terlupakan dari hari-hari mereka saat sekolah di Inggris.Tiba-tiba, suara yang dikenal memecah keheningan yang manis itu. "Hei, apa kalian sudah lupa padaku?" ucap seorang pria muda yang duduk di sebelah Ella.Lana dan Ella berbalik, senyum mereka memperlihatkan kebahagiaan saat melihat Lando Norris, teman masa kecil mereka datang.

Mereka bertiga bertukar pelukan hangat, saling berbagi cerita tentang apa yang telah terjadi dalam hidup mereka sejak terakhir kali bertemu."Sudah terlalu lama, kalian berdua!" ujar Lando sambil tersenyum lebar.Lana mengangguk setuju, "Benar sekali! Kita harus merencanakan untuk bertemu lebih sering."Mereka bertiga duduk bersama di meja, menikmati suasana yang hangat dan ramai di Café de Paris.

Setelah beberapa jam berlalu, sorot matahari perlahan tenggelam, mewarnai langit dengan berbagai warna yang menakjubkan."Kalian masih ingat masa-masa kita di sekolah menengah?" tanya Ella, suaranya dipenuhi dengan nostalgia."Tentu saja! Itu adalah masa-masa yang tak terlupakan," jawab Lando sambil tersenyum.

"Aku jadi rindu London..

Mereka pun mulai mengingat kembali momen-momen lucu dan kenangan manis dari masa lalu mereka, tertawa bersama mengingat aksi gila yang mereka alami bersama-sama.Namun, pembicaraan mereka tidak berlarut-larut dalam kenangan masa lalu. "Bagaimana menurut kalian tentang balapan F1 tahun ini?" tanya Lando, matanya berbinar penuh semangat.Lana dan Ella dengan cepat terlibat dalam diskusi yang seru tentang balapan terbaru di Formula 1, saling bertukar pendapat dan prediksi tentang siapa yang akan menjadi juara musim ini.

Suasana di Café de Paris semakin hangat dengan tawa dan cerita yang mereka bagikan satu sama lain, mengingatkan mereka akan persahabatan yang tak tergantikan. Sore yang indah itu pun berlalu dengan kehangatan dan kenangan yang tak terlupakan bagi mereka bertiga.

...

Malam itu, di Café de Paris Monte-Carlo, suasana begitu ramai dengan ketawa dan canda antara Lana, Ella dan Lando. Mereka menikmati hidangan lezat yang disajikan di restoran tersebut, merasakan kehangatan persahabatan yang mengalir begitu alami di antara mereka.

Namun, kegembiraan itu terasa semakin berkobar karena wine yang mengalir deras, membuat Lana mabuk tak tertolong. "Kalian tahu, kalian adalah teman-teman terbaik yang pernah aku miliki hahahaha," ucap Lana dengan suara riang, meskipun agak cadel karena pengaruh alkohol. Lando menjadi korban pukulan setiap tawa Lana.

Ella melirik sahabatnya dengan cemas, menyadari bahwa Lana sudah terlalu mabuk. "Lana, mungkin sudah waktunya untuk pulang," ucap Ella dengan lembut."Apa? Sudah malam? Tapi aku masih ingin bersenang-senang!" jawab Lana dengan riang, namun matanya sudah sedikit berkabut.

Ella berpikir sejenak, lalu memandang Lando yang duduk di sebelah mereka. "Lando, bisakah kamu mengantarkan Lana pulang dengan mobilmu? Aku akan pulang dengan kekasihku." pinta Ella dengan sopan.Lando setuju dengan senyum. "Tentu saja, aku akan membantu." Mereka pun bergegas keluar dari café, dan Lana dengan ceria memasuki mobil sport Lando.

Sesaat, di dalam mobil, Lana mulai bicara tanpa henti dengan suara yang mabuk. Benar-benar mengoceh banyak tanpa ampun "Kamu tahu, Max itu tampan sekali, Lando! Aku selalu merindukannya, tapi dia... dia pergi... dan sekarang aku di sini... di mobilmu... hehehe," ucap Lana sambil tergelak-gelak.Lando hanya menggelengkan kepalanya sembari terkekeh mendengar celotehan Lana, sedikit bingung karena Lana tiba-tiba menyebut nama Max, namun entahlah, mungkin karena dia tahu Lana dalam kondisi yang tidak biasa.

Sekitar satu jam setengah, setelah perjalanan yang agak seru, mereka akhirnya tiba di depan apartemen Lana. Namun, kejutan menunggu mereka di sana. Max Verstappen baru saja pulang dari latihan dan berdiri di depan Lobby.

Lando merasa sedikit canggung bertemu dengan Max. Meskipun keduanya adalah pembalap F1 terkenal, hubungan mereka tidak pernah terlalu dekat "Ada apa?" tanya Lando karena mendapatkan tatapan tidak enak.Max mengernyitkan keningnya, "Apa yang kau lakukan dengan Lana?" Lando sedikit terkejut dengan pertanyaan itu. "Oh, Lana sedang mabuk, jadi aku membantunya pulang," jelasnya dengan sopan.

Max mendengus ringan, "Lepaskan. Biar aku yang membawanya. Aku tahu sandi apartemen Charles." Dengan sedikit kebingungan, Lando menuruti permintaan Max dan membantu Lana berpindah bahu.

Ketika Lando pergi, Max menggendong Lana dengan lembut ke dalam apartemen milik Charles. "Kamu selalu saja membuatku khawatir, Lana," ujarnya dengan lembut, meskipun sedikit terganggu oleh keadaan Lana yang mabuk.

Lana hanya tersenyum lebar dan merangkul leher Max, "Aku tahu, Max... tapi... kamu... tampan sekali, hahaha," ucapnya dengan riang, membuat Max sedikit salah tingkah. Max hanya bisa menggelengkan kepala sambil sedikit tersenyum, sedikit."Ini akan menjadi malam yang gila," gumam Max dalam hati, mengetahui bahwa malam itu akan menjadi rahasia yang tak akan ada orang lain tahu.




...

OFF THE RACESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang